Biografi Abuya Ahmad Widara Cidodol
- by Budi
- 1.247 Views
- Jumat, 10 Juni 2022

Daftar Isi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-guru Beliau
2.3 Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
3 Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
3.2 Murid-murid Beliau
4 Karier
4.1 Karier Beliau
5 Chart Geneology
5.1 Chart Geneology Guru Beliau
5.2 Chart Geneology Murid Beliau
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Tanah Banten merupakan gudangnya para ulama. Banyak para pemikir Islam yang lahir dan tumbuh di Banten. Abuya Ahmad adalah salah satunya. Ia lahir di Kampung Cidodol, sebuah kampung kecil di Desa Malangsari (kini Desa Harumsari), Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten. Tanggal kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun di identitas kartu tanda kependudukannya tercantum bahwa ia lahir tanggal 1 Januari 1925, yang jika dikonversi ke penanggalan hijriyah bertepatan dengan tanggal 6 Jumadilakhir 1343.
Abuya Ahmad lahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dengan nama Ahmad Widara. Ketiga kakaknya adalah Nya Hj. Suha, Abah KH. Muhammad, dan Abah KH. Ardiwan. Nyai Hj. Suha kemudian diperistri oleh Abah KH. Madsari, yang anak keturunannya kemudian juga menjadi tokoh agama, seperti Abah KH. Jasir Cilisung, Abah KH. Basir Cidodol, dan lainnya.
Ayahnya, KH. Musa Mulafar, merupakan seorang tokoh agama setempat, pendiri Madrasah Al-Hidayah Cidodol. Santrinya merupakan para remaja lokal sekitaran desa. Sedangkan ibunya, Nyai Hj. Lamah, merupakan putri seorang saudagar lokal bernama H. Irma.
1.2 Riwayat Keluarga
Dari pernikahannya dengan Nyai Hj. Upi, Abuya Ahmad mempunyai 14 anak, namun hanya 8 orang yang tumbuh sampai dewasa dan berkeluarga, tiga laki-laki dan lima perempuan. Sedangkan anak lainnya wafat ketika masih belia.
1.3 Wafat
Pada tanggal 14 Ramadan 1426 hijriyah, atau bertepatan dengan tanggal 18 Oktober 2005 masehi, Abuya Ahmad kemudian dipanggil oleh penciptanya. Ratusan masyarakat, santri, alumni, dan para muhib berdatangan dari berbagai penjuru daerah untuk menyalati dan mengantarkan jenazah sang Abuya. Abuya Ahmad kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Cieucit, Cidodol. Haulnya selalu diperingati tanggal 20 Syakban setiap tahunnya, dan dihadiri oleh para santri, alumni, muhib, dan masyarakat sekitar.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Pendidikan awal keagamaan Abuya Ahmad didapat dari ayahnya yang juga merupakan seorang ulama. Setelah cukup mengerti ilmu agama dasar, pada usia 12 tahun, ia kemudian diberangkatkan oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Bondong, Cipanas, pimpinan Abuya KH. Ali Rahman. Setelah cukup lama di Bondong, pada usia 15 tahun, ia kemudian dijemput oleh saudaranya karena ayahnya wafat.
Hasrat untuk mencari ilmu tidak luntur dari diri Abuya Ahmad setelah wafat ayahnya. Ia kemudian diberangkatkan oleh ibunya ke Pondok Pesantren Sampora, kecamatan Maja, Lebak, pimpinan Abuya KH. Rasyidi. Di Sampora, ia bermukim cukup lama. Kepada anaknya ia pernah bercerita bahwa kebanyakan ilmunya di dapat dari sana. Selain kepada Abuya Rasyidi, di kecamatan Maja, Abuya Ahmad juga menimba ilmu kepada Abuya KH. Zuhri Cibeureum dan Abuya KH. Umar Sa’id Calingcing.
Setelah menetap cukup lama di Sampora, Abuya Ahmad kemudian pulang ke Cidodol. Sekitar tahun 1947, saat berusia 22 tahum, ia menikah dengan seorang janda berusia belia, Nyai Hj. Upi Yuningsih. Nyai Upi merupakan putri H. Sardafi bin H. Qomali, cucu Syekh Abdullah Cieucit. Syekh Abdullah merupakan generasi ke-5 dari Prabu Wong Sagati Sajira, Lebak.
Setelah menikah, jiwa kesantrian Abuya Ahmad tidak hilang. Bersama istrinya, ia kemudian melanjutkan perjalanan keilmuannya ke Pondok Pesantren Cuping, pimpinan Abuya KH. Abdulhaq bin Abuya KH. Abuhasan. Setelah dari Cuping, ia kemudian menyantri ke luar daerah, tepatnya ke Pondok Pesantren Riyadhul Aliyah Cisempur, Bogor, pimpinan Mama KH. Royani bin Mama KH. Shiddiq. Sedangkan istrinya pulang ke Cidodol. Selain kepada Mama Royani, Abuya Ahmad juga berguru kepada Mama KH. Tubagus Ujang Nabrowi bin Mama KH. Tubagus Ahmad Asy’ari, pimpinan Pondok Pesantren Bakom, Bogor.
Jika diruntut, perjalanan keilmuan Abuya Ahmad hanya bermukim di empat tempat, yaitu Pondok Pesantren Bondong, Pondok Pesantren Sampora, Pondok Pesantren Cuping, dan Pondok Pesantren Riyadhul Aliyah Cisempur. Sedangkan guru lainnya, Abuya Ahmad mengambil ilmu ketika ia masih bermukim di antara empat pesantren tersebut.
Pada tahun 1950, saat berusia 25 tahun, ia kemudian menunaikan ibadah haji ke Makkah bersama gurunya dari Cisempur, Mama Royani. Namun, tidak lama setelah di Makkah, Mama Royani kemudian wafat karena sakit. Mama Royani kemudian dimakamkan di pemakaman Jannatul Mu’alla.
Di Makkah, Abuya Ahmad kemudian mendapatkan ilmu dari beberapa guru, salah satunya adalah Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani. Di sana, ia juga mengambil ijazah Dala’ilul Khairat kepada Abuya KH. Tubagus Muqri bin Suqia, seorang ulama asal Karabohong, Labuan, Banten, saat menetap di Makkah.
Jiwa haus akan ilmu dari diri Abuya Ahmad tidak pernah hilang. Setelah mendirikan pesantren, sekitar bulan Jumadilakhir tahun 1960an, ia kemudian menimba ilmu ke Jawa Tengah, tepatnya ke Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol, Semarang, pimpinan Simbah KH. Ahmad Asy’ari bin Romo KH. Hasan Asy’ari. Di Poncol, ia mempelajari kitab Shahih Muslim yang sudah rutin dilaksanakan di Al Ittihad bersama Shahih al-Bukhari sejak 1948.
Selain itu, bersama putra pertamanya yaitu Abah KH. Ujang Sa’id al-Khudri, Abuya Ahmad juga mempelajari kitab Tafsir al-Jalalain kepada Mama KH. Muhammad Basri Abdurrahman, pimpinan Pondok Pesantren Kadawung, Bogor.
2.2 Guru-guru Beliau
Guru-guru beliau saat menuntut ilmu, di antaranya:
- KH. Musa Mulafar
- Abuya KH. Ali Rahman
- Abuya KH. Rasyidi
- Abuya KH. Zuhri Cibeureum
- Abuya KH. Umar Sa’id Calingcing
- Abuya KH. Abdulhaq bin Abuya KH. Abuhasan
- Mama KH. Royani bin Mama KH. Shiddiq
- Mama KH. Tubagus Ujang Nabrowi bin Mama KH. Tubagus Ahmad Asy’ari
- Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani.
- KH. Ahmad Asy’ari bin Romo KH. Hasan Asy’ari. Di Poncol
- Mama KH. Muhammad Basri Abdurrahman, pimpinan Pondok Pesantren Kadawung, Bogor.
2.3 Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Sekembalinya dari Makkah, pada tahun 1952, Abuya Ahmad kemudian mendirikan sebuah pesantren di Cidodol, beliau kemudian memberi nama Pondok Pesantren Riyadhul Mubarakah yang diresmikan pada tahun 1954 oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Sumber: https://jabar.nu.or.id/tokoh/kh-hilman-abdurrahman-ulama-dan-penulis-dari-pondok-pesantren-al-musri-cianjur-nAwiO
3 Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
Anak-anak beliau yang menjadi penerus perjuangan keulamaan di antaranya:
1. Abah KH. Ujang Sa’id al-Khudri, pendiri Pondok Pesantren Al-Khudriyah
2. KH. Abdulaziz Ahmad Jamidemang
3. Abi KH. Shihabuddin Ahmad, penerus kepemimpinan Abuya Ahmad di Pondok Pesantren Riyadhul Mubarakah Cidodol.
3.2 Murid-murid Beliau
Selain itu, di antara ratusan santrinya, beberapa ada yang kemudian melanjutkan kiprah Abuya Ahmad di dunia keagamaan, di antaranya adalah
1. Abah KH. Mad Isa, pendiri pondok pesantren di Sukaraja, Bogor
2. Abah KH. Encep Ismail, pendiri pondok pesantren di Cidokom, Cisarua, Bogor; dan para alumni lainnya.
4 Karier
4.1 Karier Beliau
Karier sesuai dengan keilmuan beliau, posisi karier yang diduduki di antaranya:
Pengasuh pesantren Riyadhul Mubarakah Cidodol
5 Chart Geneology
5.1 Chart Geneology Guru Beliau
Berikut ini contoh Chart Geneology guru beliau dapat dilihat selengkapnya melalui: Chart Geneology Guru beliau
5.2 Chart Geneology Murid Beliau
Berikut ini contoh Chart Geneology guru beliau dapat dilihat selengkapnya melalui: Chart Geneology Murid beliau
6 Referensi
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...