Dibalik Kecerdasan Syekh Ali Syibromalisi yang Tuna Netra, Ternyata Ini Amalannya

 
Dibalik Kecerdasan Syekh Ali Syibromalisi yang Tuna Netra, Ternyata Ini Amalannya
Sumber Gambar: Ilustrasi (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Beliau lahir di desa Syibromalisi Mesir pada tahun 997 H. Diusia 3 tahun beliau kena penyakit cacar air hingga menghalangi penglihatan matanya alias tuna netra. Beliau berkata, “Aku tidak mengetahui macam-macam warna kecuali warna merah karena warna tersebut yang ia pakai pada waktu itu.

Hal ini sama juga dialami oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al Haddad (Pengarang Ratib Alhaddad) di usia 4 tahun beliau sakit cacar hingga membuat matanya buta namun Allah hidupkan mata hatinya sehingga mampu mengarang banyak kitab, inilah yang dimaksud dengan hadis Ihsan dimana kita ibadah kepada Allah SWT seolah-olah kita melihat-Nya atau kalau tidak bisa maka seolah-olah kita dilihat Allah.

Pengertian melihat di atas bukanlah dengan mata kepala akan tetapi dengan mata hati, oleh sebab itu, Rasulullah menggunakn huruf kaf tasybih(seolah-olah seperti) dan Jibril bertanya tentang islam dan iman dulu baru ihsan, jika islam dan iman seseorang kuat dan mampu menjalankn dengan sempurna maka dia akan bisa sampai pada makom ihsan.

Majlis taklimnya selalu terjaga dari ghibah atau menjelek-jelekan orang lain, dan semua waktunya digunakan untuk muthola’ah, membaca Al-Quran, shalat dan ibadah lainnya. Orang-orang Islam dan kafir dzimmi saling berdesak-desakan untuk mencium tangan beliau.

Beliau banyak mengarang kitab di antaranya Hasyiyah Nihayatul Muhtaj (Syarah kitab Al Minhaj) karya Imam Syamsuddin Ar Ramli yang dijuluki dengan Imam Syafi’i kecil. Adapun sebab beliau mengarang kitab tersebut adalah beliau sering muthola’ah kitab Tuhfatul Muhtaj karya Ibnu Hajar Al Haitami, lalu suatu malam beliau mimpi di datangi Imam Ramli dan berkata : “Wahai Syekh Ali, hidupkanlah kembali kitabku (Nihayatul Muhtaj) maka semoga Allah SWT menghidupkan hatimu.” Maka sejak itu beliau sibuk memuthola’ah kitab Nihayah kemudian beliau menuliskan Hasyiyah untuk kitab tersebt 6 jilid tebal2.

Syekh Salim bin Ahmad As Syama’ menceritakan tentang sholawat yamg dinisbatkn kepada Nabi Khidhir ini yang terkenal faedahnya untuk menolak lupa dari Imamnya Ulama Ahli Hadis Abdullah bin Salim Al Bashri Al Makki berkata : “Aku meriwayatkan cerita ini dari guruku Syekh Abu Thahir bin Al Arif Mulla Ibrahim Al Kaurani As Syafi’i, dari Abu Muhammad Hasan Al Manufi berkata; “Guruku Syekh Ali As Syubramalisi mengkhabariku, beliau matanya buta, setiap hari Jumat beliau masuk ke rumah Syihab Al Khofaji, lalu di sodorkan kursi dan duduk, Syihab Khofaji juga duduk di dekatnya serta bertanya tentang hal-hal yang isykal baginya kemudian beliau menjawabnya dan menyebutkn dalil dari kitab apapun beserta sanad-sanadnya, kemudian beliau ditanya tentang hal tersebut (bisa menjawab berbagai pertanyaan sulit lengkap dengan sanad dan kitabnya padahl buta tapi tidak seperti orang buta) beliau menjawab; iya karena aku tidak pernah lupa, kemudian ditanya apa sebabnya bisa tidak lupa? Beliau berkata: aku punya teman yang selalu bersama-sama dalam menuntut semua ilmu tapi dia memisah dariku untuk mencari ilmu raml (ilmu untuk mengetahui kejadian yang akan datang atau meramal dengan menggaris-garis di atas pasir, termasuk juga ilmu perbintangan) dan bagiku itu sulit, lalu aku mendatangi guruku dan menceritaknnya dan aku ingin membacakannya kepadaku, maka guruku berkata: Tidak bisa sempurna mempelajari ilmu tersebut kecuali harus dengan melihat, sedangkan kamu buta, maka putus asalah aku dan sedih hingga aku tidak ingin makan selama 2 hari karena hal tersebut, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan berkata tidak apa-apa bagimu wahai Ali, lalu aku ceritakan, lelaki tersebut berkata: Sesungguhnya ilmu tersebut tidaklah bagus baik didunia atau di akhirat jadi jangan kau gantungkan keinginanmu terhadap ilmu itu, dan aku akan memberimu sebuah faedah dengan janji kamu tidak boleh menggantungkan dan mementingkan ilmu itu, aku berkata: Beri tau aku tentang faedah tersebut dan aku akan berjanji kepadamu, maka lelaki tersebut memberiku faedah sholawat yang berkah ini untuk menolak lupa, dibaca antara maghrib dan isya’ tanpa jumlah tertentu” Allahumma Sholli Alaa Muhammaddin Wa AAlihi Kama Laa Nihayata Likamaalika Wa Adada Kamaalihi.”

Disebutkan dalam kitab Al Asrar Ar Rabbaniyyah wal Fuyudhat Ar Rahmaniyyah Syarah As Ashowi Ala Shalawat Ahmad Ad Dardir bahwa shighot shalawat ini di atas yang juga dinamakan dengan sholawat Kamaliyah adalah termasuk mulia-mulianya shighat shalawat, sebagian Ulama berkata sholawat ini bandingannya sama seperti dengan 70 ribu shalawat.

Beliau wafat malam kamis 8 syawal 1087H. Beberapa hari sebelum wafat, muridnya (Ahmad Al Banna Dimyathi) mimpi di datangi gurunya Syekh Ali Syibramalisi menyuruh untuk memandikan dan mengurus jenazahnya, lalu Ahmad Al Banna bergegas dari Dimyathi (ujung timur Mesir) menuju ke Kairo hingga tiba disana pas bertepatan dengan wafatnya gurunya, kemudian Ahmad memandika mengurus dan memandikan jenazah gurunya tersebt, dan disaat mewudhukan gurunya, tiba-tiba nampak cahaya dari gurunya dan menerangi rumah sehingga orang-orang tidak mampu melihat jenazah Syekh Ali Syibromalisi karena saking terangnya itu cahaya.

Wallahu A’lam Bishowab