INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
KH. Mushlih bin H. Abdurrozi yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Ajengan Jenggot
Habib Ali Kwitang Al-Habsy merupakan tokoh penting dalam jejaring habaib pada akhir abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20. Hampir seluruh jejaring habaib di Nusantara dan Haramain terkoneksi dengannya, bahkan beliau juga menghubungkan generasi sebelumnya dengan generasi setelahnya, juga antara ulama pribumi dan ulama hadrami.
KH. Abdul Wahid Hasyim merupakan putra dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas, lahir pada hari Jumat legi, Rabiul Awwal 1333 H, atau dengan 1 Juni 1914 M
Perjalanan karir beliau beberapa kali mengalami ketidakstabilan. Karya beliau pernah diklaim oleh kelompok Manikebu (seniman dan sastrawan sayap kanan) dalam sengketa melawan Lekra (seniman dan sastrawan sayap kiri) karena pada masa ini Islam dianggap sesuatu yang bertentangan dengan PKI.
KH. Imam Sonhaji merupakan pemimpin keempat yang meneruskan kepemimpinan dari KH. R. Haedar Dimyati. Pada tahun 1965 KH. Imam Shonhaji mulai menginjakan kaki di Sukamiskin sebagai santri, sampai pada akhirnya KH. Imam Shonhaji menikah dengan anak pertama KH. R. Haedar Dimyati yaitu Hj. Memunah Haedar.
KH. Moh Dhofir Suhaimi, beliau adalah ulama kharismatik dari Trenggalek dan pendiri pesantren Manbaul Huda Trenggalek.
Raden Ali adalah seorang ulama’ pembuka (babat) tanah Ngelom Pesantren pada sekitar tahun 1261 Hijriyah dipekirakan 1845 Masehi, beliau juga seorang Waliyullah ahli Thariqah Syaththariyah, penyebar dan peletak dasar ajaran Islam yang berhaluan faham Ahlus Sunnah Wal Jamaah di daerah Ngelom Sepanjang dan sekitarnya,
Dr. KH. Moch. Ujang Saefullah, Drs.,MM.Pd. lahir di Subang pada tanggal 6 April 1964, beliau anak kedua dari pasangan Bapak H. Sukiman dan Ibu Angrum. Beliau dibesarkan dari keluarga yang berlatar pendidik atau guru.
KH. Uci Turtusi adalah tokoh ulama besar yang sangat dihormati dan disegani oleh semua kalangan masyarakat, beliau sangat berjasa besar karena telah mengharumkan bangsa Indonesia terutama Kabupaten Tangerang Banten.
Di lain kesempatan, konon KH. Romli pernah di tahan oleh penjajah, namun anehnya setiap shalat jamaah di Pondok Njoso akan dimulai, beliau selalu hadir dan mengimami shalat, namun kemudian kembali lagi. Hal inilah yang pada akhirnya menggemparkan para penjajah saat itu.