Pengurus PCI NU Ini Raih Predikat Tertinggi Sidang Doktoral di Universitas Al-Azhar Kairo

 
Pengurus PCI NU Ini Raih Predikat Tertinggi Sidang Doktoral di Universitas Al-Azhar Kairo

LADUNI.ID, Jakarta - Ahmad Ikhwani, putra daerah Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung berhasil meraih predikat cemerlang, yakni Martabah al-Syaraf al-Ula setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul Syarh al-Syaikh al-Zurqani ‘ala al-Mawahib al-Ladunniyyah (Min Awwali Bab Ghazwati Badr al-‘Uzhma ila Akhiri Ghazwati Uhud) Dirasah wa Ta’liq wa Tahqiq.

Ahmad Ikhwani adalah mahasiswa S3 di Universitas Al Azhar Kairo Mesir yang diuji selama empat jam dan berhasil melewati sidang ujian untuk meraih gelar doktoralnya, yang dilaksanakan di Auditorium Imam Al-Bukhari Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo.

Ahmad Ikhwani berhasil menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan para penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Mushtafa Abu Imarah (Supervisor I), Prof. Dr. Syahatah Abdullatif (Supervisor II), Prof. Dr. Ahmad Ma’bad Abdul Karim (Penguji Internal) dan Prof. Dr. Subhi Abdul Fattah Rabi’ (Penguji External).

Ustadz Ikhwani, begitu sapaannya, adalah pengurus Cabang Istimewa NU Mesir yang telah mampu menjawab dengan baik sekaligus banyak mendapat pujian. Padahal permasalahan yang dibahas dalam disertasi tersebut cukup sulit, yakni dalam bidang Sirah Nabawiyah. Bidang ini membutuhkan autentifikasi mendalam pada setiap riwayat-riwayat yang sampai kepada umat Islam saat ini.

Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan penguji eksternal Prof. Dr. Subhi banyak berkisar pada ranah penelitian sanad (dirastul isnad). Sementara itu, Prof. Dr. Ahmad M’abub Abdul Karim yang digelari Syaikh al-Muhadditsin bi al-Diyar al-Mishiriyyah memuji kemampuan yang dimilikinya. Gurunya para mahaddits seantero Mesir ini menilai tidak banyak peneliti zaman sekarang yang memiliki kekuatan dalam menganalisa pendapat-pendapat yang berbeda dan ketepatannya dalammentarjihkan yang paling kuat menurutnya.

“Anak saya ini telah berupaya keras dan tekun selama lima tahun tanpa henti menulis disertasi ini. Saya melihat bahwa ketika ia kembali ke negerinya kelak, ia telah mempunyai senjata paling ampuh yang pernah ada dalamstudi hadits. Tidak kurang sesuatu apa pun. Saya tidak bialng ia tidak akan salah, tapi senjatanya lengkap,” terang Prof. Dr. Ahmad Ma’bad Abdul Karim, pada Rabu (10/7).

Selain itu, Prof. Dr. Mustofa Abu Imarah selaku pembimbing utama menyimpulkan bahwa apa yang disampiakan kedua penguji jika diibaratkan dengan sebuah bangunan maka terdiri dalam tiga aspek. Pertama, aspek pondasi yang berkenaan dengan kerangka pokok dan manhaj penulisan karya ilmiah.

Kedua, aspek dinding suatu bangunanyang berkenaan dengan ketajaman dan substansi karya tersebut. Ketiga, aspke dekorasi bangunan yang berkenaan dengan gaya penulisan.  Pada aspek pertama, Ustadz Ikhwani telah memberikan yang terbaik. Adapun bahwa banyak koreksi dan kritik pada aspek kedua dan ketiga tidak lah lantas mengurangi bobot disertasi yang ditulisnya.

Seperti dilansir dari laman mui-lampung.or.id pada Jumat (12/7), Prof. Syahatah Abdullatif sebagai pembimbing kedua mengumumkan hasil munaqasyah disertasi ini di hadapan ratusan hadirin yang memenuhi auditorium siang itu.

“Majelis sidang sepakat memutuskan untuk menganugerahkan kepada peneliti bernama Ahmad Ikhwani Syamsuddin gelar ilmiah doctoral dengan nilai Martabah al-Syaraf al-Ula (Summa Cum Laude/ Pujian Tertingg),” pungkas Prof. Syahatah Abdullah, yang disambut tepuk tangan para hadirin.