Koin Muktamar: Dari, Oleh dan Untuk NU

 
Koin Muktamar: Dari, Oleh dan Untuk NU

KH. Robikin Emhas (Ketua PBNU/Ketua Panitia Muktamar Ke-34 NU)

Koin Muktamar: Dari, Oleh dan Untuk NU

Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Senin 4 November 2019, memutuskan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama bakal dilangsungkan di Lampung 5-10 Rabi’ul Awwal 1442 H / 22-27 Oktober 2020 mendatang. Dalam Rapat Harian yang sama juga diperoleh sebuah kesepahaman bahwa untuk menyukseskan Muktamar, dibutuhkan sebuah program penggalangan dana dari jama’ah dan simpatisan NU. Rapat kemudian menyepakati sebuah program penggalangan dengan nama “Koin Muktamar”. Seperti apa ketentuan dan target capaiannya, berikut wawancara dengan Ketua Panitia Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama, KH Robikin Emhas

Muktamar ke-34 NU sudah dipastikan bakal dihelat Oktober 2020 mendatang. Menuju hajatan besar lima tahunan ini sejauh mana persiapan dan perencanaan panitia?

Alhamudulillah, rencana penyelenggaraan Muktamar Ke-34 NU sudah diputuskan. Tanggal dan lokasi pelaksanaannya sudah ditetapkan. Tepatnya melalui Rapat Gabungan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada Hari Senin 4 November 2019 yang lalu. Dimana setelah melalui proses seleksi yang panjang, PWNU Lampung dinilai menjadi yang paling memenuhi kriteria sebagai tuan rumah Muktamar. PWNU Lampung menyisihkan PWNU Jawa Barat dan PWNU Kalimantan Selatan.

Selain itu, rapat gabungan juga memutuskan Kepanitiaan Muktamar. Katib 'Aam PBNU Kiai Yahya Staquf ditunjuk sebagai Ketua Steering Committee (SC) dan saya sebagai Ketua Organizing Committee (OC).

Kapan waktu pelaksanaannya?

Setelah melalui berbagai pertimbangan, Muktamar ke-34 NU akan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Santri yaitu tanggal 22 sampai 27 Oktober 2020.

Apa saja pertimbangannya?

Awalnya ada usulan Agustus. Namun dinilai kurang pas karena pada bulan itu bertepatan dengan bulan haji. Ada lagi masukan bulan September. Namun pada bulan itu juga dinilai kurang kondusif karena berbarengan dengan gawe nasional berupa pilkada serentak di 270 daerah.

Dalam rapat mengemuka gagasan tentang ikhtiar mengokohkan kemandirian NU. Antara lain mengenai kemandirian finasial pembiayaan Muktamar. Ahirnya rapat memutuskan bahwa pembiayaan pelaksanaan Muktamar diupayakan dengan cara penggalangan dana (crowdfunding) melalui program bernama gerakan “Koin Muktamar” yang digalang dari warga nahdliyyin dan simpatisan NU. Kalau dibahasakan dengan kalimat pendek, jadinya “Muktamar NU: dari, oleh dan untuk NU”.

Saya bisa jelaskan, gerakan ini merupakan rangkaian ikhtiar berkesinambungan guna mencapai kemandirian finansial NU semenjak Launching KOIN NU yang terbukti telah menghasilkan capaian yang cukup signifikan, baik dari sisi manajerial, penghimpunan, program hingga pelaporan.

Gerakan “Koin Muktamar” ini melibatkan seluruh struktur NU, dari Pengurus Ranting hingga PBNU. Juga melibatkan seluruh perangkat NU, yakni semua lembaga dan badan otonom NU di semua tingkatan. Dimana leading sectornya adalah NU Care -LAZISNU PBNU.

Apa saja ketentuan-ketentuan program Koin Muktamar yang perlu diketahui bersama warga nahdliyyin?

Koin ini adalah akronim dari Kotak Infaq. Untuk menggerakkan Koin, ada beberapa kegiatan antara lain Kirab Koin Muktamar. Kirab Kin Muktamar ini adalah kegiatan penggalangan dana Muktamar melalui prosesi arak-arakan Kotak Infaq yang diselenggarakan secara bersama-sama oleh Pengurus Wilayah se-Indonesia. Kirab akan memaksimalkan potensi NU beserta struktur dibawahnya di masing-masing PC di tingkat kabupaten/kota dan MWC di tingkat kecamatan yang seluruh hasilnya digunakan untuk pendanaan Muktamar NU. 

Ada lagi Program Koin Muktamar. Ini merupakan program basic yang penggalangannya dimotori oleh PP NU CARE-LAZISNU, UPZIS NU CARE-LAZISNU Kab/Kota, Kecamatan, dan JPZIS NU CARE-LAZISNU, melalui penyisihan sedikitnya 20 persen dari total perolehan program Koin NU yang sedang berjalan.

Program lain yaitu Program Sinergi Koin Muktamar. Adalah kegiatan kerjasama penggalangan dana Muktamar yang melibatkan antar Lembaga dan Badan Otonom NU di tingkat Pusat melalui kegiatan Kirab Koin Muktamar seperti yang dilaksanakan oleh PWNU, maupun bentuk-bentuk penggalangan aktif lainnya semisal pengajuan proposal kemitraan dengan jejaring Lembaga dan Badan Otonom NU di tingkat Pusat, dan lainnya.

Warga nahdliyyin dan simpatisan NU juga bisa menyumbang secara langsung dalam bentuk barang atau non uang melalui program NU Natura untuk Muktamar. Prinsipnya, semua lapisan masyarakat bisa berpartisipasi aktif dalam menyukseskan jalannya Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama. Dengan berbagai kategorisasi program Koin Muktamar ini panitia mengharapkan muncul keterlibatan seluas-luasnya warga dan simpatisan NU dari semua lapisan. 

Lalu bagaimana menyosialisasikan program Koin Muktamar ini?

Iya ini yang penting. Banyak cara yang akan kami lakukan untuk melakukan sosialisasi Koin Muktamar NU terutama di media sosial. Kami akan bersinergi dengan influencer-influencer NU, dengan jejaring netizen NU. Nanti akan ada tim yang khusus bertugas memproduksi poster dan meme. Lembaga dan Banom yang terlibat juga bisa membuat poster dan meme masing-masing dengan logo Lembaga/Banom, logo NU Care-LAZISNU, logo NU, dan rekening khusus penampungan.

Ada juga berupa konten video. Video ajakan pengurus harian PBNU, video ajakan pengurus wilayah, video ajakan pengurus Lembaga/Banom dan video demonstratif lainnya yang melibatkan endorser-endorser NU. Materi cetak, seperti iklan di majalah Risalah NU per bulan, majalah NU Care-LAZISNU per semester dan tentu saja media mainstream lainnya. 

Ada juga materi online. Seperti, NU Online per bulan, E-Buletin NU Care-LAZISNU per bulan, Website Nucare.id, Media Online Mainstream dan media sosial lainnya. Sedangkan crowdfunding nucare.id per semester dan materi sponsorship custom.

Bagaimana teknis pelaksanaan program Koin Muktamar NU?

Secara teknis, pelaksanaan program Koin Muktamar ini dijalankan secara terpadu. Pertama,  PP NU CARE-LAZISNU berkoordinasi dengan PW NU CARE-LAZISNU, UPZIS NU CARE-LAZISNU, dan JPZIS NU CARE-LAZISNU untuk melaksanakan Program Koin Muktamar secara serentak mulai periode bulan Januari sampai dengan September 2020.

Kedua, PW NU CARE-LAZISNU menjadi koordinator program yang dilakukan oleh struktur di bawahnya. Ketiga, UPZIS NU CARE-LAZISNU, dan JPZIS NU CARE-LAZISNU melaksanakan Program Koin Muktamar dengan beberapa ketentuan.

Untuk yang dikomandoi langsung oleh NU CARE-LAZISNU,  alokasi Program Koin Muktamar minimal sebesar 20 persen dari total perolehan Koin NU pada bulan berjalan. Alokasi Program Koin Muktamar sebagaimana dimaksud diserahkan oleh UPZIS NU CARE-LAZISNU dan JPZIS NU CARE-LAZISNU kepada PW NU CARE-LAZISNU dengan disertai berita acara serah terima dan foto dokumentasi. Ini wajib.

Keempat, PW NU CARE-LAZISNU mengkoordinir penyerahan alokasi Program Koin Muktamar kepada PP NU CARE-LAZISNU melalui rekening yang telah ditentukan. Kelima, PP NU CARE-LAZISNU akan menginformasikan perkembangan perolehan Program Koin Muktamar dalam perolehan tabulasi nasional yang diupdate di website nucare.id yang dapat dilihat oleh seluruh masrayakat secara real time.

Seperti ini kira-kira alur akuntabilitas yang kami persiapkan. Secara detail seperti apa ketentuan dan petunjuk teknisnya nanti akan dilampirkan dalam surat Instruksi PBNU yang akan segera dikirimkan ke PW dan PC dalam pekan ini.

Bisa diceritakan sejarah perjalanan Koin Muktamar NU?

Koin dalam pengertian kotak infaq sebenarnya bukan barang baru. Budaya filantropi atau kedermawanan berupa zakat, infaq, dan sedekah telah menjadi kultur NU sejak awal didirikan. Sebelum NU lahir, tahun 1918, KH. Hasyim Asyari, KH. Wahab Chasbullah, dan kiai-kiai lain melahirkan gerakan filantropi dan ekonomi berbasis gerakan Nandlatut Tujjar.

Nah, Koin NU sebagai salah satu metode penghimpunan dana Zakat Infak Sedekah NU Care - LAZISNU mampu menyentuh masyarakat akar rumput yang masih nyaman dengan metode penghimpunan konvensional.

Dulu, Koin Muktamar NU sudah pernah dijalankan dan dilakukan oleh para masyayikh NU. Makanya untuk muktamar tahun depan kami bertekad mengulang sejarah perjalanan Muktamar NU demi kemandirian dan kebesaran jami’iyyah Nahdlatul Ulama. Tentu tidak menutup kemungkinan banyak warga NU yang ingin menyumbangkan hasil panennya, baik berupa beras, sapi, ayam dan sumbangan lain hanya untuk keperluan muktamar nanti.

Sebagai informasi, bahwa ada salah satu PCNU dari Lampung (PCNU Mesuji) sudah menyatakan kepada panitia akan menyumbang berupa 1000 ekor ayam potong dan 10 ton beras. Bisa jadi nanti, PCNU lainnya akan ikut berpartisipasi menyumbangkan hasil bumi dan menyiapkan kebutuhan Muktamar NU, mudah-mudahan diberi kemudahan oleh Allah dan Muktamar NU sukses, amin.

Bisa diceritakan seperti apa historisitas dari gerakan ini?

Sejarahnya dulu, pada era 80 an, rakyat Indonesia menyaksikan kebesaran dan kemandirian NU pada saat Muktamar NU ke 13 tahun 1938 di kota kecil Menes di wilayah Kabupetan Pandeglang, Banten. Muktamar 13 NU di Menes diselenggarakan sejak hari Sabtu Pahing 12 Rabiul Awal 1357 (11 Juni 1938) dan berakhir Kamis Pahing 17 Rabiul Awal 1357 H (16 Juni 1938).

Muktamar NU ke 13 diselenggarakan secara gotong royong. Dalam catatan disebutkan bahwa Kiai Hasyim menyumbang Rp 30 rupiah. Rais Syuriah NU Banten menyumbang Rp 10 rupiah. Ulama Pandeglang KH. Ismail menyumbang Rp 120,68. Total kontribusi dari wilayah dan cabang mencapai Rp 471 rupiah. Bantuan innatura dari masyarakat diperkirakan mencapai Rp 100 rupiah lebih.

Kemudian, pada Munas NU 1983 dan Muktamar ke 27 tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur,  kembali NU menunjukkan taringnya yang tidak perlu dibantu siapa pun untuk menyelenggarakan pesta lima tahunan itu. Adalah KHR As’ad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Asembagus, yang menolak bantuan siapa pun karena warga NU di sekitar Situbondo sanggup membiayainya.

KHR As’ad Syamsul Arifin membangkitkan jaringan santri Sukorejo yang mampu membangkitkan solidaritas pendanaan Munas dan Muktamar itu dalam jumlah yag besar dalam waktu singkat. Acara Munas Ulama NU tahun 1983 yang berlangsung sepekan itu, panitia menampung bantuan berupa 20 ekor sapi, 50 ekor kambing, 200 ekor ayam, 15 ton beras, 5 truk gula, dan lain lain.

Bahkan, Batalion 10 Brawijaya menurunkan pasukannya untuk membantu masak untuk sekitar 1.500 peserta dan ratusan lagi panitia dan penggembira yang datang secara bergelombang. Jadi, setiap hari tak kurang dari enam kuintal beras dimasak, 300 ekor ayam, lima ekor kambing dan sapi, dan lain sebagainya. (huda)

 

 

 

Tags