Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah Ayat 196 - Perintah Allah untuk Penyempurnaan Rangkaian Manasik Haji pada Peristiwa Perjanjian Hudaibiyah

Ayat ini turun pada peristiwa Perjanjian Hudaibiyah tahun 6 Hijriah. Ketika itu kaum musyrik Mekah mencegat kedatangan umat Islam yang hendak menunaikan umrah—pada waktu itu haji belum diwajibkan. Melalui ayat ini Allah meminta mereka yang melaksanakan umrah (dan haji ketika nanti diwajibkan) untuk menyempurnakan rangkaian manasik.

  1. عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ، أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِالْجِعْرَانَةِ، وَعَلَيْهِ جُبَّةٌ وَعَلَيْهِ أَثَرُ الْخَلُوقِ - أَوْ قَالَ صُفْرَةٍ-، فَقَالَ: كَيْفَ تَأْمُرُنِي أَنْ أَصْنَعَ فِي عُمْرَتِي؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسُتِرَ بِثَوْبٍ وَوَدِدْتُ أَنِّي قَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ الْوَحْىُ‏.‏ فَقَالَ عُمَرُ تَعَالَ أَيَسُرُّكَ أَنْ تَنْظُرَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ الْوَحْىَ قُلْتُ نَعَمْ‏.‏ فَرَفَعَ طَرَفَ الثَّوْبِ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ لَهُ غَطِيطٌ، -وَأَحْسِبُهُ قَالَ: كَغَطِيطِ الْبَكْرِ-‏ فَلَمَّا سُرِّيَ عَنْهُ قَالَ: أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ الْعُمْرَةِ؟ اخْلَعْ عَنْكَ الْجُبَّةَ وَاغْسِلْ أَثَرَ الْخَلُوقِ عَنْكَ، وَأَنْقِ الصُّفْرَةَ، وَاصْنَعْ فِي عُمْرَتِكَ كَمَا تَصْنَعُ فِي حَجِّكِ. (1) عَنْ كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ قَالَ: وَقَفَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالْحُدَيْبِيَةِ، وَرَأْسِي يَتَهَافَتُ قَمْلاً، فَقَالَ: يُؤْذِيكَ هَوَامُّكَ؟‏ قُلْتُ: نَعَمْ،‏ قَالَ: فَاحْلِقْ رَأْسَكَ، أَوْ قَالَ: احْلِقْ، ‏ قَالَ فِيَّ نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ (‏فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ)‏ إِلَى آخِرِهَا‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ، أَوْ تَصَدَّقْ بِفَرَقٍ بَيْنَ سِتَّةٍ، أَوِ انْسُكْ بِمَا تَيَسَّرَ. (2)

    Ya‘la> bin Umayyah berkata, “Pada peristiwa Hudaibiyah seorang pria menghadap Rasululullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam yang saat itu berada di Ji‘ranah (3). Pria itu mengenakan jubah dengan bercak kekuningan akibat minyak wangi yang dipakainya. Ia bertanya, ‘Menurutmu, apa yang harus aku lakukan terkait umrahku?’ Allah lalu menurunkan ayat, wa’atimmulh}ajja wal-‘umrata lilla>h. Ketika ayat ini turun, badan Nabi tertutup selembar kain. Aku sungguh ingin tahu bagaimana keadaan beliau ketika menerima wahyu. (Seakan tahu keinginanku), Umar menanyaiku, ‘Kemarilah! Apakah engkau ingin melihat Nabi menerima wahyu?’ ‘Ya,’ jawabku. Ia lalu menyingkap ujung kain itu sehingga dapat kulihat bagaimana Nabi mendengkur lirih—aku kira perawi mengatakan, ‘Layaknya dengkuran unta muda.’ Begitu kain itu disingkap seluruhnya dari badannya, Nabi bersabda, ‘Dimanakah pria yang tadi bertanya tentang umrah? Tanggalkan jubahmu, basuhlah bekas minyak wangi, bersihkanlah bercak kekuningan itu, dan sempurnakan rangkaian umrahmu layaknya engkau menyempurnakan rangkaian haji.’” Adapun sebab nuzul bagian kedua ayat di atas adalah kejadian yang terekam dalam riwayat berikut. Ka'b bin 'Ujrah berkata, “Pada peristiwa Hudaibiyah, Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam berhenti di dekatku. Ketika itu kutu-kutu di kepalaku berjatuhan. ‘Apakah kutu-kutu di kepalamu itu mengganggumu?’ tanya beliau. ‘Ya,’ jawabku. Beliau bersabda, ‘Kalau begitu, cukurlah rambutmu!’—dalam riwayat lain, ‘Bercukurlah!’ Terkait diriku turunlah firman Allah, faman ka>na minkum mari>d}an au bihi> az\an min ra’sih ... hingga akhir ayat. Rasulullah bersabda setelah aku bercukur, ‘Sebagai dam (pengganti/denda) atas bercukur itu, berpuasalah selama tiga hari, atau bersedekahlah kepada enam orang sebanyak satu faraq—sekitar 6,5 kg; atau sembelihlah hewan yang engkau mampu.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukha>riy, S{ah}i>h}} al-Bukha>riy, dalam Kita>b al-‘Umrah, Ba>b Yaf‘al bi al-‘Umrah ma> Yaf‘al bi al-H{ajj, hlm. 431, hadis nomor 1789; Muslim, S{ah}i>h}} Muslim, dalam Kita>b al-H{ajj, Ba>b Ma> Yuba>h} li al-Muh}rim bi H{ajj au ‘Umrah, hlm. 836, hadis nomor 1180. Perintah menyempurnakan haji dan umrah dalam hal ini bisa dipahami beragam. Pertama, menyucikan haji dan umrah dari permusuhan, fitnah, dan semisalnya. Kedua, merampungkan rangkaian haji dan umrah dan tidak membatalkan niat pasca-melaksanakan ihram. Ketiga, menyempurnakan apa saja yang disyariatkan dalam rangkaian ibadah haji dan umrah tersebut. (2) Diriwayatkan oleh al-Bukha>riy, S{ah}i>h}} al-Bukha>riy, dalam Kita>b al-Muh}s}ar, Ba>b Qaul Alla>h au h}adaqah wa Hiya It}‘a>m Sittah Masa>ki>n, hlm. 437, hadis nomor 1815; Muslim, S{ah}i>h}} Muslim, dalam Kita>b al-H{ajj, Ba>b Jawa>z H{alq ar-Ra’s li al-Muh}rim iz\a> Ka>n bih Az\a>, hlm. 860–861, hadis nomor 1201. (3) Ji‘ranah adalah sebuah lokasi yang terletak di antara Mekah dan Taif, namun lebih dekat dengan Mekah