Asbabun Nuzul Surat Ad-Dukhan Ayat 10-16 - Peristiwa Paceklik dan Kelaparan Berlangsung Lama Akibat Menentang Dakwah Rasulullah

Kaum Quraisy mengalami paceklik dan kelaparan sekian lama akibat menentang dakwah Rasulullah. Begitu hebat kelaparan itu menimpa hingga pandangan mereka gelap, seolah ada asap di depan mata mereka. Ayat di atas turun berkaitan dengan peristiwa tersebut.

  1. عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ إِنَّمَا كَانَ هَذَا، لأَنَّ قُرَيْشًا لَمَّا اسْتَعْصَوْا عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم دَعَا عَلَيْهِمْ بِسِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ، فَأَصَابَهُمْ قَحْطٌ وَجَهْدٌ حَتَّى أَكَلُوا الْعِظَامَ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرَى مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا كَهَيْئَةِ الدُّخَانِ مِنَ الْجَهْدِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى (‏فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ، يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ‏)‏ قَالَ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَسْقِ اللَّهَ لِمُضَرَ، فَإِنَّهَا قَدْ هَلَكَتْ‏.‏ قَالَ ‏"‏ لِمُضَرَ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ ‏"‏‏.‏ فَاسْتَسْقَى فَسُقُوا‏.‏ فَنَزَلَتْ (‏إِنَّكُمْ عَائِدُونَ‏)‏ فَلَمَّا أَصَابَتْهُمُ الرَّفَاهِيَةُ عَادُوا إِلَى حَالِهِمْ حِينَ أَصَابَتْهُمُ الرَّفَاهِيَةُ‏.‏ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ‏(‏يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ)‏ قَالَ: يَعْنِي يَوْمَ بَدْرٍ. (1)

    Abdulla>h bin Mas‘u>d berkata, “Ayat ini turun berkaitan dengan kaum Quraisy ketika mereka mendurhakai Nabi s}allalla>hu ‘alaihi wasallam. Beliau berdoa agar mereka ditimpa kelaparan dan paceklik seperti halnya kejadian yang menimpa kaum Nabi Yusuf. Benar saja; mereka pun mengalami paceklik dan penderitaan hingga terpaksa memakan tulang belulang. Kejadian itu sangat luar biasa, sampai-sampai ketika seseorang di antara mereka menengadah, yang ia dapati hanyalah asap yang menghalangi pandangannya ke arah langit. Maka Allah lalu menurunkan ayat, fartaqib yauma ta’tis-sama>’u bidukha>nim-mubi>nin yagsyan-na>sa ha>z\a> ‘az\a>bun ali>m. Seorang pria (menurut riwayat ia adalah Abu> Sufya>n, sesepuh kaum Mud}ar) kemudian menghadap Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam seraya berkata, ‘Wahai utusan Allah, kami mohon engkau berkenan meminta hujan kepada Allah untuk kaum Mud}ar. Mereka sangat menderita—akibat paceklik ini.’ ‘Untuk kaum Mud}ar? Betapa lancang dirimu!’ jawab Nabi. Beliau akhirnya bersedia meminta hujan untuk mereka, dan tak lama kemudian hujan pun turun. Setelah peristiwa itu turunlah ayat, innakum ‘a>’idu>n. Ternyata begitu mendapat kemakmuran, mereka kembali berbuat durhaka seperti sedia kala. Allah ‘azza wajalla lalu menurunkan firman-Nya, yauma nabt}isyul-bat}syatal-kubra> inna> muntaqimu>n, yakni menimpakan siksa kepada mereka berupa kekalahan pada Perang Badar.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Diriwayatkan oleh al-Bukhariy dan Muslim. Lihat: al-Bukhariy, S{ah}i>h}} al-Bukha>riy, dalam Kita>b at-Tafsi>r, Ba>b Yagsya> an-Na>s ha>z\a> ‘Az\a>b Ali>m, hlm. 1216–1217, hadis nomor 4821; Muslim, S{ah}i>h}} Muslim, dalam Kita>b S{ifa>t al-Muna>fiqi>n wa Ah}ka>mihim, Ba>b ad-Dukha>n, hlm. 2156–2157, hadis nomor 2798. Dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa pria yang menghadap Rasulullah tersebut adalah Abu> Sufya>n, pembesar kaum Mud}ar. Bila demikian, terdapat kejanggalan dalam redaksi riwayat di atas; bagaimana mungkin Abu> Sufya>n yang masih kafir mengakui Nabi sebagai utusan Allah dengan memanggilnya “ya> rasu>lalla>h”. Ibnu H{ajar mencoba menjawab kejanggalan ini. Menurutnya, bisa jadi yang mengatakan kalimat “ya> rasu>lalla>h” bukan Abu> Sufya>n, melainkan Ka‘b bin Murrah, yang kisahnya termaktub dalam Musnad Ah}mad. Alhasil, terbuka kemungkinan kedua orang ini bersama-sama menghadap Nabi untuk tujuan yang sama, yakni meminta hujan untuk kaum Quraisy yang tertimpa paceklik. Riwayat Ka‘b bin Murrah dalam Musnad Ah}mad, lanjut Ibnu H{ajar, memang mengesankan peristiwa tersebut terjadi di Madinah karena memakai redaksi “istans}artalla>h fa nas}arak—engkau meminta pertolongan kepada Allah, lalu Dia pun menolongmu”. Pertolongan Allah dalam bentuk kemenangan Rasulullah atas kaum kafir Mekah baru terjadi pasca-hijrah Nabi ke Madinah. Namun, andaikata Ka‘b bin Murrah masuk Islam sebelum hijrah, maka dari redaksi tersebut dapat dipahami bahwa pertolongan Allah itu datang dalam bentuk dikabulkannya doa Nabi agar Allah menimpakan paceklik kepada kaum Quraisy—dengan demikian, kisah Abu> Sufya>n dan Ka‘b bin Murrah terjadi di Mekah. Lihat: Ibnu H{ajar, Fath} al-Ba>ri>, juz 2, hlm. 512.