Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 6-8 - Peristiwa di Masa Nabi Muhammad SAW Mengutus Sahabat untuk Mengambil Zakat dari Suku-suku yang Baru Masuk Islam

Nabi mengutus al-Walid bin 'Uqbah untuk mengambil zakat dari Bani al-Mustaliq yang baru masuk Islam. Di tengah perjalanan, al-Walid memutuskan untuk kembali ke Madinah. Ia melapor kepada Nabi bahwa Bani al-Mustaliq enggan membayar zakat dan bahkan ingin membunuhnya, meskipun sebenarnya ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani al-Mustaliq. Allah kemudian menurunkan ayat ini.

  1. عَنِ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي ضِرَارٍ الْخُزَاعِيِّ قَالَ قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَعَانِي إِلَى الْإِسْلَامِ فَدَخَلْتُ فِيهِ وَأَقْرَرْتُ بِهِ فَدَعَانِي إِلَى الزَّكَاةِ فَأَقْرَرْتُ بِهَا وَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرْجِعُ إِلَى قَوْمِي فَأَدْعُوهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَدَاءِ الزَّكَاةِ فَمَنْ اسْتَجَابَ لِي جَمَعْتُ زَكَاتَهُ فَيُرْسِلُ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولًا لِإِبَّانِ كَذَا وَكَذَا لِيَأْتِيَكَ مَا جَمَعْتُ مِنْ الزَّكَاةِ فَلَمَّا جَمَعَ الْحَارِثُ الزَّكَاةَ مِمَّنْ اسْتَجَابَ لَهُ وَبَلَغَ الْإِبَّانَ الَّذِي أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبْعَثَ إِلَيْهِ احْتَبَسَ عَلَيْهِ الرَّسُولُ فَلَمْ يَأْتِهِ فَظَنَّ الْحَارِثُ أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ فِيهِ سَخْطَةٌ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولِهِ فَدَعَا بِسَرَوَاتِ قَوْمِهِ فَقَالَ لَهُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ وَقَّتَ لِي وَقْتًا يُرْسِلُ إِلَيَّ رَسُولَهُ لِيَقْبِضَ مَا كَانَ عِنْدِي مِنْ الزَّكَاةِ وَلَيْسَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْخُلْفُ وَلَا أَرَى حَبْسَ رَسُولِهِ إِلَّا مِنْ سَخْطَةٍ كَانَتْ فَانْطَلِقُوا فَنَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَلِيدَ بْنَ عُقْبَةَ إِلَى الْحَارِثِ لِيَقْبِضَ مَا كَانَ عِنْدَهُ مِمَّا جَمَعَ مِنْ الزَّكَاةِ فَلَمَّا أَنْ سَارَ الْوَلِيدُ حَتَّى بَلَغَ بَعْضَ الطَّرِيقِ فَرِقَ فَرَجَعَ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْحَارِثَ مَنَعَنِي الزَّكَاةَ وَأَرَادَ قَتْلِي فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَعْثَ إِلَى الْحَارِثِ فَأَقْبَلَ الْحَارِثُ بِأَصْحَابِهِ إِذْ اسْتَقْبَلَ الْبَعْثَ وَفَصَلَ مِنْ الْمَدِينَةِ لَقِيَهُمْ الْحَارِثُ فَقَالُوا هَذَا الْحَارِثُ فَلَمَّا غَشِيَهُمْ قَالَ لَهُمْ إِلَى مَنْ بُعِثْتُمْ قَالُوا إِلَيْكَ قَالَ وَلِمَ قَالُوا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَعَثَ إِلَيْكَ الْوَلِيدَ بْنَ عُقْبَةَ فَزَعَمَ أَنَّكَ مَنَعْتَهُ الزَّكَاةَ وَأَرَدْتَ قَتْلَهُ قَالَ لَا وَالَّذِي بَعَثَ مُحَمَّدًا بِالْحَقِّ مَا رَأَيْتُهُ بَتَّةً وَلَا أَتَانِي فَلَمَّا دَخَلَ الْحَارِثُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنَعْتَ الزَّكَاةَ وَأَرَدْتَ قَتْلَ رَسُولِي قَالَ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا رَأَيْتُهُ وَلَا أَتَانِي وَمَا أَقْبَلْتُ إِلَّا حِينَ احْتَبَسَ عَلَيَّ رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَشِيتُ أَنْ تَكُونَ كَانَتْ سَخْطَةً مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولِهِ قَالَ فَنَزَلَتْ الْحُجُرَاتُ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ) إِلَى هَذَا الْمَكَانِ (فَضْلًا مِنْ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ. (1)

    Al-H{a>ris\ bin Abu> d}ira>r al-Khuza>‘iy bercerita, “Aku menghadap Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wasallam dan beliau pun mengajakku masuk Islam. Aku menuruti ajakan itu dan berikrar masuk Islam. Beliau juga memintaku menunaikan zakat; aku pun menurutinya. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku (yakni Bani al-Mus}t}aliq). Aku ingin mengajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Bila mereka menyambut baik ajakanku maka aku akan bersedia mengumpulkan zakat mereka. Pada waktu yang kita tentukan, utuslah seseorang untuk mengambil zakat yang telah aku kumpulkan.’” Ketika al-H{a>ris\ telah mengumpulkan zakat dari orang-orang yang menyambut baik dakwahnya dan waktu yang disepakatinya bersama Rasulullah telah tiba, ternyata sang utusan tidak dapat datang akibat satu dan lain hal. Al-H{a>ris\ menduga tidak datangnya utusan Rasulullah merupakan pertanda bahwa Allah dan Rasulullah memurkainya. Karena itu, al-H{a>ris\ memanggil para pembesar kaumnya untuk mengajak mereka berdiskusi. ‘Rasulullah telah menentukan waktu untuk mengirim utusan kepadaku guna mengambil zakat kalian yang telah aku kumpulkan. Rasulullah tidak pernah ingkar janji. Aku yakin utusan beliau urung datang karena beliau murka kepada kita. Karena itu, mari kita berangkat ke Madinah untuk menghadap beliau,’ kata al-H{a>ris\ kepada mereka. Di saat yang sama ternyata Rasulullah mengirim utusan yang lain, yakni al-Wali>d bin ‘Uqbah, untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan al-H{a>ris\. Di tengah perjalanan al-Wali>d bin ‘Uqbah urung menunaikan tugasnya (ia khawatir Bani al-Mus}t}aliq atau Bani Wali>‘ah mengeroyoknya karena adanya sejarah permusuhan antara kaum al-Wali>d dengan Bani al-Mus}t}aliq atau Bani Wali>‘ah pada masa jahiliah, penerj.); kembalilah ia ke Madinah. Ia kemudian melapor kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, al-H{a>ris\ melarangku mengambil zakat. Ia malah berniat membunuhku.’ Mendapat laporan seperti itu, Rasulullah lalu mengutus beberapa orang untuk menemui al-H{a>ris\ dan kaumnya. Pada saat itu al-H{a>ris\ bersama beberapa sahabatnya sedang dalam perjalanan menuju Madinah. Akhirnya bertemulah kedua rombongan itu di luar Madinah. Ketika al-H{a>ris\ menemui para utusan Nabi, mereka berkata, ‘Inilah al-H{a>ris\!’ Mereka pun mengepungnya. Dalam kondisi demikian al-H{a>ris\ bertanya, ‘Kepada siapa kalian diutus?’ ‘Kepadamu,’ jawab mereka. ‘Ada perlu apa?’ al-H{a>ris\ bertanya keheranan. Mereka menjawab, ‘Beberapa waktu lalu Rasulullah mengutus al-Wali>d bin ‘Uqbah untuk menemuimu, lalu ia melapor bahwa engkau menolak menyerahkan zakat kepadanya. Ia juga mengatakan engkau ingin membunuhnya.’ Usai mendapat penjelasan demikian, al-H{a>ris\ dengan tegas berkata, ‘Tidak! Demi Tuhan yang mengutus Muhammad dengan benar, kami tidak pernah melihat al-Wali>d. Dia bahkan tidak pernah menemuiku.’ Ketika al-H{a>ris\ menghadap, Rasulullah pun menanyainya, ‘Benarkah engkau menolak menyerahkan zakat dan berniat membunuh utusanku?’ Ia menjawab, ‘Tidak! Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, kami tidak pernah melihat al-Wali>d. Dia bahkan tidak pernah menemuiku. Kami kemari justru karena utusanmu tidak datang tepat waktu untuk mengambil zakat yang telah aku kumpulkan. Aku khawatir itu menandakan bahwa Allah dan Rasul-Nya murka kepada kami.’ Pada peristiwa ini turunlah firman Allah dalam Surah al-H{ujura>t, ya> ayyuhallaz\i>na a>manu> in ja>’akum fa>siqun binaba’in fatabayyanu> an tus}i>bu> qauman bijaha>latin fatus}bih}u> ‘ala> ma> fa‘altum na>dimi>n … hingga firman-Nya, fad}lan minalla>hi wani‘matan walla>hu ‘ali>mun h}aki>m.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Hasan; diriwayatkan Ah}mad, al-Musnad, juz 30, hlm. 403–405, hadis nomor 18459. as-Suyu>t}iy menilai sanad hadis ini memang baik (jayyid), dan para perawinya tepercaya. Lihat: ad-Durr al-Mans\u>r, juz 13, hlm. 545; Luba>b an-Nuqu>l, hlm. 240. Hadis ini mempunyai beberapa pendukung (syawa>hid) yang mengangkat statusnya, misalnya hadis yang diriwayatkan at}-T{abra>niy dari Ja>bir bin ‘Abdulla>h dalam al-Mu‘jam al-Ausat} dan dari ‘Alqamah bin Na>jiyah dalam al-Mu‘jam al-Kabi>r; diriwayatkan at}-T{abariy dalam Ja>mi‘ al-Baya>n dan at}-T{abra>niy dalam al-Mu‘jam al-Kabi>r dari Ummu Salamah; dan diriwayatkan at}-T{abariy, Ja>mi‘ al-Baya>n dan al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubra> dari Ibnu ‘Abba>s. Meski riwayat ini dapat diterima, namun tidak secara otomatis dapat dipahami bahwa ayat di atas menganggap ‘Uqbah bin al-Wali>d sebagai orang fasik. Inti dari ayat ini bukan hal itu, melainkan perintah untuk meneliti terlebih dulu kebenaran berita yang sampai kepada kita, dan kita tidak boleh begitu saja mempercayainya.