Profil
Untuk memenuhi pendidikan keagamaan yang mampu mencetak kader-kader ulama yang berdedikasi tingggi terhadap agama dan negara, berakhlak mulia dan memiliki jiwa kepemimpinan amanah, sesuai harapan masyarakat Desa Sumurbandung, Kec. Cikulur, Kab. Lebak, Prop. Banten, maka KH. Hanbali, seorang tokoh agama yang sangat kharismatik di daerah itu, berupaya mewujudkannya dengan membentuk majlis mudzakarah kecil-kecilan.
Dalam majlis mudzakarah itu, KH. Hanbali mengajarkan kitab-kitab sumber keagamaan dalam berbagai bidang, baik bidang fikih (Kifayah al-Akhyar, I’anah al-Thalibin, Kasyifah al-Saja, Safinah al-Najah, Fath al-Wahhab, Fath al-Mu’in, Riyadh al-Badi’ah, dll), bidang tauhid (Fath al-Majid, Kifayah al-‘Awwam, dll), dan bidang tasawuf (Ihya’ Ulum al-Din, Bidayah al-Hidayah, Minhaj al-‘Abidin, Kifayah al-Adzqiya’, Nashaih al-‘Ibad, Sullam al-Taufiq, dll).
Kala mengelola majlis mudzakarah itu, KH. Hanbali masih berstatus lajang dan baru berumur 26 tahun. Umur yang relatif muda untuk seorang tokoh yang memiliki “kelebihan” di bidang agama. KH. Hanbali yang pernah mendekam di penjara Nippon sekitar 2 tahun, karena “pemberontakan”nya itu, semakin digandrungi oleh masyarakat sekitar. Karenanya, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, kegiatan majlis mudzakarahnya kian ramai dikunjungi orang-orang yang dahaga pengetahuan agama.
Memuat Komentar ...