Germo dan Pelacur Politik #3

 
Germo dan Pelacur Politik #3

LADUNI I KOLOM-  Dunia politik kerap membawa berbagai macam fenomena. Saat musim politik tiba timbul dan lahirnya bermacam istilah,  diantara pelacur politik. Ungkapan Politik atau pelaku politik (politikus) dan pelacur tentunya mempunyai wajah (alasan) kesamaannya dari satu sisi walaupun ada perbedaannya.

Sosok politikus dan pelacur sesungguhnya keduanya sangat berbeda, akan tetapi jika kita mengkaji pada substansinya lebih dalam, pelacur dengan politikus dalam batas-batas tertentu ada sedikit kesamaannya yaitu pada kepuasan. Politikus adalah seseorang atau kelompok orang yang berusaha atau terlibat dalam kegiatan politik, tujuannya mendapatkan kekuasaan. Dengan kekuasaan seseorang atau kelompok tentunya orang tersebutakan mendapatkan kepuasan. Sedangkan Pelacur atau prostitusi adalah orang yang berkegiatan dalam penjualan jasa seksual, tujuannya untuk uang dan kepuasan. Jadi ada sedikit nilai kesamaannya antara Politikus dengan Pelacur atau Pelacuran, yaitu kepuasan. (Imam Kodri, Kompasiana, 2015)

Selanjutnya Imam Kodri juga menambahkan dengan demikian tujuan berpolitik ujung-ujungnya adalah mendapat kekuasaan dan kepuasan. Demikian juga dengan melakukan pelacuran atau prostitusi si pelaku akan merasakan kepuasan. Kepuasan yang didapat dalam politik maupun prostitusi sifatnya sementara alias tidak abadi. 

Hanya saja kepuasan dari pelacuran atau prostitusi lebih cepat berlalu secepat anak panah melesak lepas dari busurnya. Bahkan ada yang lebih cepat dari itu. Setiap besaran sesuatu fariabel tentu ada yang bernilai positip maupun negatip. Jika Politik dan Prostitusi dianggap sebagai suatu besaran dari fariabel yang menghiasai kehidupan umat manusia, maka baik politik maupun prostitusi seharusnya ada nilai positipnya dan negatipnya. Akan tetapi yang saya ketahui dalam pelacuran atau prostitusi sangat sulit mencari nilai positipnya bahkan oleh banyak kalangan prostitusi dianggap suatu perbuatan tercela. Oleh sebab itu dalam Prostitusi selalu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, karena si pelaku tidak akan sudi jati dirinya diketahui oleh umum, walaupun dalam proses ada kesepakatan oleh para pelaku-pelakunya. Sedangkan dalam politik akan mudah mencari sisi baiknya, baik dalam proses maupun hasil, Apalagi jika dalam proses Politik tidak dengan paksaan. (Imam Kodri, komposiana, 2015)

Praktik Pelacur dan Germo Politik
Pesta demokrasi rakyat dengan berbagai trik politik dan afiliasinya telah melahirkan politik yang sehat dan tidak sedikit munculnya politik menyimpang. Efek dari praktekmenyimpang tresebut dikenal dengan “pelacuran politik” Tempat-tempat praktik perpelacuran politik di negeri ini, tidak terlepas di areal APBN, Banggar, perpajakan, proyek pemerintah, dan dana hibah yang tidak jelas pengeluaranya, merupakan bagian wilayah atau tempat potensial mengambil berkah.

Tentunya tidak heran jika para pelacur dan praktek perpelacuran politik biasa mangkal di tempat-tempat tersebut guna meraup keuntungan pribadi. Praktik-praktik yang digunakan cenderung manipulatif dan merekayasa rakyat dalam bentuk data-data statistik pengeluaran yang disusun seksi dan menarik.  Hingga pada akhirnya rakyat kagum dan terpesona dengan polesan bedak pencitraan politisi yang tampil dengan retorika yang seksi dan hot  di depan televisi. Fenomena tersebut jika merujuk pada istilah “Dramaturgi” yang diperkenalkan oleh Erving Goffman, prilaku korup (koruptor) memainkan peran teater perpolitikan sarat dengan manipulatif. 

Mereka berusaha mengontrol diri seperti penampilan, gesture, dan retorika agar prilaku penyimpangan tidak tercium oleh publik, karena politisi tersebut faham betul menjaga citra merupakan bagian penting untuk mendulang simpati. Dengan begitu, koruptor berperan ganda, atau malah bermuka dua. (Korupsi Dalam Praktek Pelacuran Politik, Faqih Al-Bantani, 2017).

Makmurnya dunia prostitusi dewasa ini begitu juga kelangsungan pelacuran tidak terlepas peran dari para pelanggan dan mucikari(germo) politik itu sendiri. Faqih dalam tulisannya juga menambahkan jika ada pelacur politik, lantas adakah pelanggan dan mucikari atau germo politik? Tentu jawabannya iya!. 

Pelanggan-pelanggan para pelacur politik ini kebanyakan mereka adalah para pengusaha gelap (Kapital) atau  pihak-pihak berkepentingan yang sering menggunakan jasa pelacur-pelacur politik tersebut. Ini salah satunya fenomena yang mewarnai negeri kita ini, lantas bagaimana kita menyikapinya?