Direktur Wahid Institut Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, NU Tidak Kemana-mana Tapi Ada Dimana-mana

 
Direktur Wahid Institut Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, NU Tidak Kemana-mana Tapi Ada Dimana-mana

LADUNI.ID I Jakarta - Direktur Wahid Institut, Ariffah Chafsoh Rahman Wahid yang lebih dikenal dengan panggilan Yenny Wahid mengatakan bahwa NU seharusnya berjalan dengan Khittah NU 1926 sesuai kesepakatan hasil Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo Jawa Timur.

“Secara organisasi NU tidak boleh berpolitik praktis meskipun yang maju dalam Pilpres merupakan Rais Aam PBNU,” ujar Yenny, Ahad (19/8/2018) malam, setelah acara Istighasah Kubra di Masjid Jami' Nurul Islam Koja, Jalan Cipeucang II, Koja, Jakarta Utara.

NU tidak boleh berpolitik praktis, lanjut Yenny, itu semua sudah menyadari, dan saya kira ini sudah menjadi pegangan sikap kita semua.

“Secara individu warga NU boleh berpolitik dan boleh memilih siapapun calon pemimpinnya, warga NU juga boleh menjadi tim sukses dari pasangan Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin ataupun pasangan Prabowo-Sandiaga Uno,” ucap putri kedua Gus Dur ini.

Menurut dia, NU memang netral dalam berpolitik. Itu sikap organisasi dari dulu sampai sekarang. Kalau kemudian ada orang yang punya sikap politik sendiri dan kemudian mengatasnamakan NU, maka itu tidak mengatasnamakan organisasi secara besar.

“Majunya Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin sebagai pasangan Jokowi, juga belum tentu bisa membulatkan suara warga NU pada Pilpres mendatang, sejak dulu suara warga nahdliyin tidak pernah utuh hanya pada satu calon,” jelas Yenny. 

Ia mengungkapkan, dari dulu kita lihat sejarah NU saja, bahkan ketika salah satu tokoh NU ikut dalam kontestasi politik, yaitu KH Hasyim Muzadi suara NU juga tidak bulat.

Menurut dia warga NU ada dimana mana, ada yang di PPP, PKB, Golkar, Gerindra, dan Nasdem. Jadi ya inilah kenyataannya, dan ini membuktikan bahwa NU tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana.

“Warga NU memang mempunyai proses sendiri dalam membuat keputusan,” terang Yenny

(srf)