Menanti Kontribusi Santri Sosok Agen Of Change Zaman Now

 
Menanti Kontribusi Santri Sosok Agen Of Change Zaman Now

LADUNI.ID I KOLOM- Santri sebagai elemen mayoritas yang menghuni nusantara ini, hendakanya peran dan kontribusi sangat urgen demi kemajuan negeri ini. Salah satunya dengan  menerapkan metodologi dakwah merupakan salah satu hal penting yang dapat memberi pengaruh pada masyarakat untuk menjauhi tindakan ekstrim bahkan brutal sekalipun. Kendati demikian, jika dakwah disajikan dengan pemahaman-pemahaman kaku dapat dipastikan akan muncul masyarakat yang gemar pada kekerasan.

Salah satu realitas saat ini dimana banyak desa (gampong) yang dihuni umat Islam, namun, masyarakatnya masih tertinggal atau pun primitif, bahkan tidak diketahui berapa jumlah penduduk, yang biasanya hidup dalam kemiskinan dan memprihatinkan.

Situasi ini rentan membuat masyarakat hidup dalam keadaan kurang terdidik, baik dalam bidang agama, mau pun kemampuan lainnnya. Situasi seperti ini di perlukan dakwah bersama ketiga komponen di atas secara stimulan. Sudah lebih dari setengah abad Indonesia menjadi negara merdeka. Namun, belum ada perubahan yang berarti untuk kemajuan di berbagai aspek negara. Korupsi merupakan salah satu peermasalahan bangsayang hingga saat ini belum ditentukan alternatif penyelesaiannya.

Pemerintah seperti lamban dalam mengatasi permasalahan yang satu ini. Sebuah hasil survey menunjukkan bahwa Indonesia termasuk slah satu negara tertinggi angka korupsinya. Hal ini dikarenakan pemimpin yang tidak jujur dalam mengemban amanah, sehingga angka kemiskinan dan pengangguran semakin bertambah di berbagai pelosok daerah.

Peran yang dapat dilakukan pemerintah dalam menghadapi permasalahan ini adalah dengan lebih meningaktkan kualitas dalam bidang penyelidikan seperti Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) agar tidak hanya menjadi simbol semata, namun juga mampu menuntaskan permaslahan-permasalahan korupsi di Indonesia.

Mempertahankan ketahanan negara merupakan salah satu ciri mencintai bangsa sendiri dan sebagai bentuk tanda terimakasih kepada para pahlawan bangsa yang sudah memperjuangkan bangsa kita. Ancaman-ancaman yang menghujam bangsa saat ini antara lain perang saudara, terorisme internasional mau pun domestik, penindasan, dan berbagai bentuk aksi illegal lainnya.

Di Indonesia sendiri, kasus terorisme menjadi masalah yang serius sejak terjadinya bom Bali I pada tahun 2002. Mata dunia menyalahkan Islam, menuduh bahwa Islam adalah penyebab dari berbagai kasus terorisme dunia. Terutama setelah Irak mengumumkan keinginannya untuk membangun negara Islam atau yang dikenal dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) di wilayah yang saat ini masih wilayah dari Iraq, Iran, Suriah, dan Turki.

Gerakan kelompok ini meluas ke seluruh penjuru dunia, karena mereka membangun kaderisasi secara terus-menerus dengan mengumpulkan dan merekrut generasi muda muslim dari seluruh dunia, tidak terkecuali generasi santri sebagai penerus agama.

Hal ini sangat urgen di realisasikan agar santri tidak terpengaruh dan oleh gerakan terorisme tersebut, maka ada baiknya santri terlebih dahulu memantapkan aqidah dalam hati mereka. Kemana pun kaki hendak melangkah, asalkan sang raja “al-Qalbu” sudah di pagari dengan penjaga yang sudah mantap, sekuat apa pun musuh yang mengahadang, semanis apa pun rayuan yang menyapa, hati yang sudah kita siapkan dengan baik, tentunya akan mudah pernah goyah.                                                

Beranjak dari itu untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di kalangan masyarakat, santri harus menjadi agen of change (lokomotif perubahan) dalam mewarnai fenomena tersebut menuju arus perbaikan dan kebaikan baik dengan tindakan langsung, pemberi ide maupun lainnya. Pundi pundi dakwah tidak boleh padam di muka bumi ini.

Kini sudah saatnya santri berdiri di depan dalam mencerdaskan dan perubahan bangsa ini di tengah terpaan arus era globalisasi dan degradasi akhlak yang semakin memprihatinkan. Kalau bukan kita santri yang memikirkan dan mencurahkan segalanya demi kebaikan dan perbaikan negeri ini, siapa lagi?

 

Wallahu ‘Allam Bishawab

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi,Penggiat Literasi asal Aceh