Abdurrahman Moaliem: Ikrar Kiai Hasyim di Hadapan Ka'bah

 
Abdurrahman Moaliem: Ikrar Kiai Hasyim di Hadapan Ka'bah

Ka'bah pun menjadi saksi pembaitan. Di hadapan Ka'bah yang menjadi kiblat muslim sedunia, sekelompok pemuda dari berbagai negara, mengucapkan ikrar mengembangkan syiar Islam di negeri masing-masing.

Kelompok pemuda itu adalah saudara seperguruan yang barusan merampungkan pendidikan. Salah seorangnya KH Hasyim Ashari. Sekelumit kisah ikrar saudara seperguruan itu diungkapkan M Ishom Hadzik, keturunan KH Hasyim.

Di balik kisah ikrar tersebut, menyemburatkan keteguhan pemuda Hasyim mengembangkan ajaran Islam di muka bumi, sekaligus jalinan erat ukhuwah sesama muslim, kendati berbeda warna kulit.

Lahir di Desa Nggendang -- dua kilometer sebelah utara Jombang -- pada 24 Dzuqa'dah 1287 H (14 Februari 1817, Hasyim laiknya telah membawa kebesaran-Nya saat dilahirkan. Garis keturunannya pun berasal dari kalangan ulama. Kakeknya KH Usman dikenal sebagai ulama besar di masanya yang memiliki pesantren di Nggendang.

Orangtuanya, KH Asj'ari yang menyunting Halimah -- putri KH Usman -- menjadi penerus kemasyhuran pesantren Nggendang. Ia pun tercatat sebagai keturunan kesepuluh dari Prabu Brawijaya VI.

Saat mengandung Hasyim, ibunya Halimah bermimpi: purnama rebah di kandungannya. Halimah terbangun, sembari menggigil mengisahkan mimpinya, kepada Asj'ari. Sang suami terpesona atas mimpi istrinya. Belakangan, dukun persalinan merasakan adanya tanda keistimewaan, saat pertama menyaksikan Hasjim.

Bayi yang lahir ini, demikian sang dukun meramalkan, kelak akan menjadi orang besar. Ramalan sang dukun kelak terwujud. Kendati demikian, bukan semata trah yang diwariskan, menjadikan Hasjim dikenal sebagai hadratus syeikh.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN