Rosetta : Sistem Kecerdasan Buatan Facebook untuk Mendeteksi Ujaran Kebencian dalam Gambar dan Video

 
Rosetta : Sistem Kecerdasan Buatan Facebook untuk Mendeteksi Ujaran Kebencian dalam Gambar dan Video

Laduni.id - Minggu ini, Facebook mengumumkan penyebaran sistem pembelajaran atau kecerdasan buatan (AI / Artificial Intellegent) mesin berskala besar bernama Rosetta, yang digunakannya untuk secara otomatis dan proaktif mengidentifikasi konten yang tidak pantas atau berbahaya dalam gambar dan frame video di jejaring sosial termasuk di dalamnya ujaran kebencian dan hoaks. Dengan kata lain, Facebook mengembangkan AI yang dapat mengetahui, misalnya, apakah meme itu ofensif, mengandung ujaran kebencian dan hoaks atau tidak.

Facebook memang membutuhkan sistem pengenalan karakter optik (OCR / optical character recognition ) yang dapat secara teratur memproses konten dalam jumlah besar, sehingga harus memunculkan teknologi sendiri. Rosetta ini akan mengekstraksi teks dari lebih dari satu miliar gambar dan frame video dalam berbagai bahasa setiap hari secara real time yang diwujudkan dalam Rosetta AI tersebut.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg, memang telah sering mengatakan perusahaannya tengah mencari kecerdasan buatan untuk mencoba "membersihkan" Facebook secara proaktif. Mampu mendeteksi konten yang tidak menyenangkan secara otomatis dan tidak menunggu orang untuk menandainya.

Kecerdasan Rosetta dimulai dengan proses dua langkah: mendeteksi gambar dan video yang berpotensi mengandung teks dan kemudian mengenali apa sebenarnya teks dalam gambar. Model ini tidak hanya untuk bahasa Inggris, karena Facebook mengatakan bahwa ia mendukung berbagai bahasa dan pengkodean termasuk bahasa Arab dan Hindi, yang berarti sistem akan dapat membaca kanan ke kiri juga.

Pada bulan Juli lalu, Facebook mengatakan akan mulai menghapus disinformasi yang dimaksudkan untuk memicu atau memperburuk tindak kekerasan. Itu termasuk tulisan yang ditulis dan gambar yang dimanipulasi. Sebelumnya, Facebook hanya melarang konten yang secara langsung menyerukan kekerasan. Tetapi kebijakan baru sekarang mencakup berita palsu yang memiliki potensi untuk memprovokasi kerusakan fisik. (DNA)