Indahnya Kebersamaan di Balik Bubur Asyura

 
Indahnya Kebersamaan di Balik Bubur Asyura
Sumber Gambar: Dokumentasi Istimewa, Iluatrasi: Laduni.id

LADUNI. ID, Jakarta - Muharram merupakan salah satu bulan yang mempunyai nilai agung di tahun Hijiryah. Sepuluh awal Muharram menjadi hari yang memiliki kelebihan dan fadhilah, di antaranya hari Asyura (10 Mujarram).

Menariknya dari berbagai ibadah yang dianjurkan dalam hari Asyura terkenal dengan "Bubur Asyura". Sudah menjadi tradisi umat Islam di banyak negeri di dunia ini pada hari Asyura masyarakat membuat masakan jenis bubur menurut tradisi masing-masing. 

Tentunya Bubur tersebut dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat yang lain. Tradisi bubur Asyura bukan hanya ada di Nusantara saja, namun ternyata juga ada di luar negeri. Lalu kira-kira bagaimana asal mula tradisi bubur Asyura tersebut? Kenapa sampai sepakat membuat bubur di hari Asyura?

Telah diriwayatkan bahwa setelah Nabi Nuh as dan para pengikut beliau turun dari kapal, mereka mengadu kepada Nabi Nuh bahwa mereka dalam keadaan lapar sedangkan bekal mereka sudah habis. Maka Nabi Nuh as memerintahkan mereka untuk membawa sisa perbekalan yang mereka miliki. 

Sehingga dari mereka ada yang hanya memiliki satu genggam gandum, ada yang hanya memiliki sisa satu genggam kacang adas, ada yang hanya memiliki satu genggam kacang dan ada yang membawa satu genggam kacang homs sehingga ada tujuh jenis biji-bijian yang terkumpulkan. 

Lantas selanjutnya, Nabi Nuh as memasak semuanya dalam satu masakan sehingga jadilah makanan sejenis bubur. Mereka makan bubur tersebut dan mencukupi untuk mengenyangkan semua pengikut beliau dengan barakah Nabi Nuh as. Allah berfirman dalam al-quran;

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN