Samalanga dan Batee Iliek #7: Kiprah Teungku Nyak Muda Ali Mendidik Generasi Agama

 
Samalanga dan Batee Iliek #7: Kiprah Teungku Nyak Muda Ali Mendidik Generasi Agama

LADUNI.ID,SEJARAH- Telah dikisahkan bahwa pernah sekali kejadian yang tak pernah dilupakan warga Gampong Pulö. Rumah Beliau didatangi oleh beberapa orang pencuri dari luar Gampong. Sewaktu  pencuri-pencuri tersebut baru saja tiba di halaman rumah, mereka langsung dikawal oleh harimau-harimau itu, sehingga tidak berani bergerak ke mana-mana.

Baru pada keesokan harinya di saat Beliau bangun untuk melaksanakan shalat Subuh ke Meunasah pencuri-pencuri itu baru dilepaskan. Sistem mata pencaharian pada umunya dari masyarakat Gampong Pulö adalah tani. Sesuai dengan letak daerah yang membujur sepanjang Bukit Barisan. Hal ini tercermin dari luasnya areal sawah yang dimiliki masyarakat gampong tersebut.


Masyarakat disana pada umumnya menyerahkan anak-anak mereka yang telah mencapai usia enam tahun ke Meunasah. Setelah anak-anak mereka berumur dua belas tahun yang laki-laki diantar ke  dayah Teungku Nyak Muda Ali (Teungku Ramieleé).Masyarakat Aceh dapat dikatakan secara umum pendidikan di setiap daerah dalam mengaji (jak beut) itu wajib. Fenomena ini juga dilakoni termasuk Gampong Pulö, Samalanga.

Pendidikan dan pengajaran yang diajarkan merupakan media penanaman nilai-nilai agama islam antara lain membaca AL Qur’an dan pengajaran agama islam lainnya.

Selain itu beliau juga mengajarkan kepada murid-muridnya hal-hal yang menyangkut dengan kesopanan pantangan-pantangan yang berlaku dalam masyarakat Aceh yang sudah menjadi adat atau tradisi yang sesuai dengan syariat Islam.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh

(Sumber: Zubaidah, Bate Ilie’ Yang Menyimpan Sejarah)