Peran Dayah Sebagai The Central Of Religious Learning

 
Peran Dayah Sebagai The Central Of Religious Learning

 

LADUNI.ID,PENDIDIKAN-Realitas sejarah mengungkapkan bahwa lembaga dayah mempunyai 4 peranan yang sangat signifikan bagi masyarakat aceh, yaitu sebagai pusat belajar agama (The Central Ralijious Learning) sebagai benteng terhadap kekuatan melawan penetrasi penjajahan, sebagai agen pembangunan dan sebagai sekolah bagi masyarakat.

Atensi ulama dayah terhadap ilmu-ilmu agama tidaklah pupus, walau kondisi ekonomi dan politik era kesultanan Aceh mengalami masa kemunduran. Sebelum kedatangan Belanda, dayah-dayah di Aceh sering dikunjungi oleh masyarakat luar  Aceh. Dari sejak Hamzah Fansuri sampai datangnya Belanda, ada 13 ulama dayah yang menulis kitab; karya yang ditulis jumlahnya 114 kitab.

Kitab-kitab tersebut terdiri dari berbagai subjek, seperti tasawuf, kalam, logika, filsafat, fiqh, hadist, tafsir, akhlaq, sejarah, tauhid, austronomi, obat-obatan, dan masalah lingkungan.

Bahkan menurut Al- Attas, bahasa Melayu juga dikembangkan pada abad-abad tersebut. Hamzah Fansuri (1510 – 1580 M.) merupakan seorang pioner dalam perkembangan bahasa ini –secara rasional dan sistematis– serta dia sendiri menggunakannya dalam bidang flsafat.

Sebagai benteng terhadap kekuatan melawan penetrasi penjajah.

Ketika perang melawan kolonial Belanda meletus, dayah memainkan peranan penting dalam perlawanan rakyat Aceh melawan tekanan-tekanan penjajah Belanda. Ulama dayah yang terkenal sebagai komandan perang antara lain Tgk. Abdul Wahab Tanoh Abee, Tgk. Chik Kuta Karang dan Tgk. Muhammad Saman (selanjutnya dikenal dengan Tgk. Chik di Tiro).

Kontribusi mereka bagi tanah Aceh dalam menghadapi penetrasi penjajah sangat besar dan perlu dikenang oleh generasi selanjutnya, bahwa mereka adalah aneuk dayah yang menjelma menjadi panglima perang.

 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Masalah Pendidikan dan Keagamaan Asal Dayah Mudi Masjid Raya Samalanga, Aceh