Bersikap Biasa-Biasa Saja

 
Bersikap Biasa-Biasa Saja

LADUNI.ID - Sebagaimana biasa kajian rutin Ahad malam di Masjid Raya Mujahidin Pontianak dengan acuan Kitab Dalil al-Falihin Li Thuruq Riyadh ash-Shalihin karya Syekh Muhammad bin 'Allan as-Shiddiqi, kali ini pembahasan Bab Keutamaan Zuhud.

Zuhud adalah tema populer di kalangan para ulama tasawwuf, sebab tasawwuf orientasinya lebih kepada bagaimana hati kita sebersih-bersihnya tidak boleh dikotori oleh penyakit dunia sehingga bisa sedekat-dekatnya dengan Allah.

Saya memberinya judul Bersikap Biasa-Biasa Saja dengan harapan pembahasan ini menyentuh semua level dan kalangan termasuk masyarakat awam dengan judul lebih populer dan mudah dipahami.

Para ulama mengartikan Zuhud adalah
بغض الدنيا والاعراض عنها
Mencela dunia dan membelakanginya.
ترك راحة الدنيا طلبا لراحة الآخرة
Meninggalkan kesenangan dunia untuk mencari kesenangan akhirat 
ان يخلو قلبك مما خلت منه يدك
Mengosongkan hatimu dari apa yang harus diusahakan oleh tanganmu

Pengertian Zuhud seperti ini sama juga yang dikemukakan dalam kitab Hadaiq al-Haqaiq karya ar-Razi dan kitab ar-Risalah Qusyairiyah fi 'Ilm at-Tashawwuf oleh al-Qusyairi an-Naisaburi.

Para ulama menjelaskan bahwa dari sekian pengertian yang ada, hakekat Zuhud sebenarnya ialah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an:
لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما ءاتاكم

Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang hilang dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. Al-Hadid, 57: 23).

Seseorang yang dianggap bersikap Zuhud ialah tidak merasa gembira dengan memperoleh keuntungan duniawi dan juga tidak merasa sedih karena kehilangan sesuatu. Yakni Bersikap biasa-biasa saja atau bersikap sederhana, tidak berlebihan, apalagi berlebih-lebihan.

Selain istilah Zuhud ada juga istilah Wara'.
Apa perbedaannya?
Wara' biasa diartikan sikap lebih berhati-hati, maksudnya meninggalkan segala sesuatu yang bisa merusak kehidupan akhirat, seperti masalah syubhat karena khawatir terjerumus ke dalam lingkaran yang diharamkan.
Sedangkan Zuhud meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat.
Zuhud lebih tinggi kedudukannya dari pada wara'.

Ada riwayat dalam kitab Hadaiq al-Haqaiq dusebutkab: Siapa yang bersikap Zuhud terhadap dunia, maka segala musibah menimpanya akan dianggap biasa-biasa saja.

Husein bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhuma mengatakan:' Tiang agama adalah Wara' dan bencana agama adalah keserakahan.

Sikap wara' dan Zuhud inilah yang sudah mulai terasa terkikis hilang, sebaliknya sikap serakah dan berlebih-lebihan yang mulai banyak dipraktekkan.

Terkadang dalam rangka mencapai ambisi tertentu, maka segala macam cara dilakukan, bahkan suap dan sogok pun dianggap biasa-biasa saja, padahal jelas haram. Yang paling memprihatinkan ketika pelakunya adalah ahli agama.

Praktek ini didorong oleh keserakahan, dan inilah bencana agama. Semuanya ini menghilangkan keberkahan sebaliknya akan mendatangkan bencana. Biasanya orang-orang seperti ini sudah tidak berwibawa, nama baiknya rusak, dan cenderung dicuekin.

Sebaiknya biasa-biasa saja, dengan tetap mengedepankan kehati-hatian, karena itulah pokok ajaran agama.

Termasuk dalam hal dukung-mendukung calon tertentu, sebaiknya tidak berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan akan membuat hati buta dan pikiran buntu, akibatnya kita kadang dengan gampang menghina, mencaci maki, menjelek-jelekkan orang lain atau kelompok lain yang dianggap lawan, baik dengan gambar editan, video, atau kata-kata yang tak pantas.

Dengan sikap berlebih-lebihan membuat hati buta dan pikiran buntu sehingga kesalahan seseorang yang kita dukung berlebihan pasti dicarikan segala macam cara pembenaran. Dan segala kebaikan dan kelebihan pihak lawan pasti tidak mau diakui bahkan ditutup-tutupi. Kita kadang tidak sadar bahwa ini adalah penyakit hati.

Betapa banyak kasus, mereka yang berlawanan beberapa tahun lalu sekarang bermesraan.
Sebaliknya yang dulu bermesraan sekarang berlawanan, semuanya karena kepentingan.

Jadi, sebaiknya biasa-biasa saja, seringkali mereka yang kita puji dan sanjung-sanjung, boleh jadi merekalah yang menyakiti dan membuat kita kecewa. Begitu juga sebaliknya, yang kita tidak suka, boleh jadi justru mereka yang akan menolong kita.

Sekali lagi bersikap sederhana alias biasa-biasa saja, tidak berlebih-lebihan dan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan tanggung jawab. 
Semoga

Pontianak, 7 Oktober 2018
27 Muharram 1440 H

Oleh; Dr. Wajidi Sayadi

 

 

 

Tags