IMF: Indonesia Kebal akan Krisis

 
IMF: Indonesia Kebal akan Krisis

LADUNI.ID, Nusa Dua -  Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membawa ketidakpastian untuk ekonomi dunia dan dikhawatirkan dapat mendorong risiko krisis di beberapa negara.

Krisis ekonomi yang kini melilit sejumlah negara berkembang, seperti Argentina dan Turki membuat investor was-was terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Tak heran, rupiah sempat terseret hingga nyaris menyentuh level Rp15 ribu per dolar AS, dengan pelemahan mencapai 10 persen di sepanjang tahun ini.

Banyak yang kemudian membandingkan kondisi saat ini dengan krisis keuangan Asia 1998 silam yang menyeret Indonesia tak hanya pada krisis ekonomi, tetapi juga sosial dan politik.

Dalam kondisi ekonomi global yang kian tak pasti, investor tentu kian sensitif mengambil keputusan. Pandangan ekonomi lembaga internasional, terutama IMF dan Bank Dunia pun kian penting bagi Indonesia.

Namun demikian, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyatakan, Indonesia sebagai negara berkembang masih jauh dari kemungkinan krisis keuangan.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, Indonesia yang merupakan salah satu negara emerging market, memiliki pengalaman tersendiri dalam menghadapi risiko krisis keuangan. Terlebih, indikator perekonomian Indonesia masih baik.

"Melihat Indonesia dan membandingkannya dengan saat krisis keuangan, telah terjadi peningkatan yang signifikan. Dan nilai Indonesia sangat bagus. Kami melihat kebijakan fiskal saat ini adalah rekam sejarah yang sangat bagus," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank (WB) 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan dua kali dalam setahun, IMF menyambangi lembaganya guna memastikan akurasi data, terutama terkait pertumbuhan ekonomi. Beruntung, data yang disajikan BPS selama ini dinilai akurat oleh lembaga tersebut.

Bagaimana pandangan kedua lembaga ini terhadap ekonomi Indonesia?

Dalam laporan teranyar yang dipublikasikan World Bank, ekonomi Indonesia dinilai terus melanjutkan tren positif di tengah ketidakpastian global. Kondisi perekonomian Indonesia bahkan dipandang jauh dari krisis.

World Bank juga memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dalam beberapa tahun terakhir telah membuat angka kemiskinan berhasil ditekan dari 19,1 persen menjadi 9,9 persen. Lembaga tersebut memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini bakal berkisar 5,2 persen dan akan meningkat pada 2019 menjadi 5,3 persen.

IMF dalam laporan Global Financial Stability menyatakan, ketegangan perdagangan dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global, khususnya di negara berkembang. Skenario terburuknya, ketegangan perdagangan dapat mematahkan kepercayaan diri para pembuat kebijakan di berbagai negara dalam menghadapi krisis keuangan.

IMF juga menyatakan sebesar 5 persen pasar negara berkembang selain China dapat menghadapi aliran keluar (outflow) di pasar utang setidaknya sebesar USD 100 miliar dalam jangka menengah. Jumlah ini setara dengan outflows yang terjadi selama krisis keuangan global yang lalu.

Meski begitu, Lagarde menyatakan, perekonomian Indonesia yang saat ini masih positif. Di mana hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang masih mampu menyentuh 5,27 persen di kuartal II 2018.

"PDB Indonesia itu sangat baik. Kemudian pengentasan kemiskinan yang turun 11 persen. Memang kalau melihat nilai mata uang rupiah depresiasi, tapi mata uang lainnya termasuk Australia juga mengalaminya. Apalagi kalau lihat cadangan devisa juga masih tinggi, kondisi perbankan juga terstruktur, jadi Indonesia itu punya sejarah yang bagus," jelasnya.