Generasi Emas Lombok Barat

 
Generasi Emas Lombok Barat

Kabupaten Lombok Barat saat ini sudah berumur kurang lebih 6 dekade, tepatnya 60 tahun pada bulan April tahun 2017, teriring semangat dan rasa optimis untuk membuat tahun yang bertambah itu dengan sebuah prestasi yang bisa membuat bangga para pendahulunya kepada kita selaku anak bangsa, sehingga mereka bisa tersenyum bahagia melihat kita bisa memanfaatkan hasil perjuangan serta pikiranya dalam membangun lombok barat.

60 tahun tentu bukan umur yang muda, lebih dari setengah abad kabupaten ini sudah berdiri dan pada tahun (periode ini) ini muncul Generasi Emas santri Lombok Barat, yang siap membawa nama kabupaten ini semakin harum dan semerbak di seluruh penjuru nusantara.

Generasi Emas adalah sebuah generasi yang menjadi symbol keberhasilan kaum santri dalam mewujudkan cita-cita nya ketika masih d pondok pesantren, yaitu mencerdaskan kehidupan anak bangsa seperti yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, karena memang tolak ukur bangsa yang sebenarnya adalah ketika bisa membentuk generasi rakyat yang cerdas, bukan hanya sejahtera dengan uang maupun barang mewah, karena kecerdasan merupakan harta yang tidak bisa dibeli, Imam Syafi’I juga mengungkapkan bahwa Ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, hanya dengan kecerdasan, seorang manusia akan terlihat tampan dan cantik walaupun tanpa pakaian yang gagah dan anggun, begitu juga kecerdasan bisa membuat pemiliknya menjadi kaya, sedangkan kekayaan tidak bisa membuat dirinya cerdas dengan seluruh hartanya.

Karena itulah jika kita ingin membentuk generasi emas bangsa, haruslah kita membentuk generasi yang cerdas berilmu dan berahklakul karimah, sehingga semua aspek lain seperti kekayaan, pertahanan maupun keterampilan akan bergerak lebih cepat dan signifikan.

Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berpendapat, santri adalah umat yang menerima ajaran-ajaran Islam dari para kiai. Para kiai itu belajar Islam dari guru-gurunya yang terhubung sampai Rasulullah SAW.

Para santri, menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya yang berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama dengan baik. Santri juga menghormati budaya, bahkan menjadikannya sebagai infrastruktur agama, kecuali budaya yang bertentangan ajaran Islam seperti seks bebas atau minum-minuman keras.

Selain itu orang-orang yang menindaklanjuti dakwah dengan budaya seperti yang dilakukan Wali Songo. Dakwah seperti itu yang jelas ampuh, efektif,”

Generasi Emas Santri

dengan di tetapkannya tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional, ini memberikan kabar baik bagi dunia pondok pesantren secara nasional, dan ini harus di manfaatkan oleh seluruh pondok pesantren sebagai wahana sosialisasi serta menawarkan program unggulanya. Sehingga pondok pesantren tidak selalu di pandang sebelah mata.

Karena sesungguhnya Dunia Pesantren, yang menunjukkan kesiapan untuk membentuk Generasi Emas tersebut secara haqiqi, karena kita lihat berapa banyak lulusan Pesantren yang telah berkiprah dan berhasil dalam mencerdaskan bangsa, seperti K.H. Hasyim Asyari yang menjadi pendiri Nahdhatul ulama Organisasi Masyarakat terbesar di Indonesia, Prof. M. Nuh yang menjadi Menteri Pendidikan maupun Habib Rizieq Syihab yang berhasil menunjukkan eksistensi muslim di tengah serangan asing.

Bukan hanya ditingkat Nasional, tapi ini juga terlihat di kabupaten Lombok Barat, H Fauzan Khalit ( Bupati lombok Barat) yang terpilih lagi menjadi Bupati untuk priode kedua adalah alumni Pondok Pesantren.

Tidak cukup hanya Bupati Lombok Barat, ternyata Ketua DPRD Kabupaten Lombok Barat (yang di nobatkan sebagai ketua DPRD termuda se Indonesia) adalah alumni Pondok Pesantren.

Itu artinya pondok pesantren telah sukses mendidik putra putri bangsa ini, untuk menjadi sebuah agen perubahan. Ini terlihat dari dua lembaga pemerintahan kabupaten Lombok Barat di pimpin oleh alumni Pondok Pesantren.

Selain itu Pesantren memiliki tradisi dan kurikulum yang berbeda dengan instansi pendidikan lain, yaitu penuhnya waktu dalam 24 jam dengan kegiatan positif, sehingga kita tidak temukan waktu kosong dan lenggan untuk bersantai, sehingga Para Santri bukan hanya membahas ilmu agama saja yang selama ini menjadi image mereka, namun juga ilmu lain seperti ilmu alam, sosial, ekonomi maupun tekhnologi.

Lalu juga Santri terkenal dengan kemandiriannya, sehingga jarang kita temukan mereka bingung dalam mencari bekal kehidupan, susah dalam mencari pekerjaan dan bahkan kebanyakan dari mereka dicari dan dibutuhkan.

Bahkan mayoritas alumni pesantren maupun pesantren itu sendiri berhasil menciptakan lapangan kerja baru di lingkungannya, seperti K.H Mahfud Saubari yang memiliki 50 restauran di Indonesia dan Ponpes DALWA yang memiliki Hotel, Bakery, Percetakan maupun Supermarket.

Dan realita berkata bahwa hampir seluruh pondok memiliki koperasi yang mampu menghidupi kegiatan disana tanpa ada bantuan sedikitpun dari pemerintah.

Sehingga ini menjadi bukti jika Pesantren memiliki peran besar dalam ikut serta menyiapkan Generasi Emas tersebut, bahkan pesantren siap membuat Generasi Emas itu lebih indah lagi dengan balutan akhlak yang membuat kecerdasan dan kesejahteraan lebih mulia, karena Prof. M. Nuh pernah berkata “Pada tahun 2045 lagi, kecerdasan bukan menjadi barang istimewa lagi karena sudah merata, namun yang mahal pada era itu adalah akhlak”, dan ini pun tercermin juga dalam pesan setiap kiai yang selalu berpesan kepada muridnya untuk mendahulukan adab daripada ilmu, karena adab pasti menjadi penilaian pertama dalam perkenalan dan pertemuan.

Dan pada intinya, Pesantren siap untuk membawa Indonesia khususnya kabupaten lombok barat menjadi bangsa dan daerah yang lebih cemerlang dan siap untuk menjadi Pusat Pembentukan Generasi Emas Bangsa yang memiliki karakter, cerdas dan berakhlak mulia.

Hamroni. SH. MH.
wakil ketua pc nu Lobar