Bulan Safar #22: Memperbanyak Ibadah Media Menolak Bala dan Musibah

 
Bulan Safar #22: Memperbanyak Ibadah Media Menolak Bala dan Musibah

LADUNI. ID, HIKMAH- Bulan Safar merupakan  bulan yang di anggap oleh sebagian masyarakat bulan musbah dan tentunya mereka adapegangannya meyebutkan demikian. Kita mengetahui dan menyakini bahwa penyebab turunnya berbagai musibah pada Rabu terakhir Safar (Rabu abeh) itu bukan dari Rabu abehnya, juga bukan bulan Safarnya serta tangan-tangan lain ghairullah, tetapi semuanya telah ada pada qada dan qadar Allah SWT.

Rasulullah SAW jauh-jauh hari telah memperingatkan umatnya untuk tidak memercayai dan menyakini bahwa suatu penyakit itu disebabkan dan ditularkan oleh penyakit itu sendiri, namun wajib menyakini itu semua dari ketentuan dan ketetapan Allah SWT.

Oleh karenanya menjadi semacam kebiasaan bagi sebagian masyarakat Indonesia untuk melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari kesialan pada hari itu, misalnya dengan memperbanyak ibadah dalam berbagai bentuk, diantarnya: pertama, Shalat sunnat mutlak disertai dengan pembacaan doa tolak bala  kedua, Selamatan kampung, biasanya disertai dengan menulis wafak di atas piring kemudian dibilas dengan air, seterusnya dicampurkan dengan air di dalam drum supaya bisa dibagi-bagikan kepada orang banyak untuk diminum.

 Ketiga,Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Menurut informasi, kebiasaan mandi Safar ini dilakukan oleh mereka yang berdiam di daerah pinggiran sungai atau batang banyu. Keempat, Tidak melakukan atau bepergian jauh .Kelima, Tidak melakukan hal-hal yang menjadi pantangan atau pamali, dan sebagainya.

Bagi orang Jawa, untuk menyambut Arba Wekasan biasanya dilakukan dengan membuat kue apem dari beras, kue tersebut kemudian dibagi-bagikan dengan tetangga. Ini dimaksudkan sebagai sedekah dan tentu saja untuk menolak bala. Karena ada hadits Nabi Saw yang menyatakan bahwa “sedekah dapat menolak bala”.[]

 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal dayah MUDI Masjid Raya Samalanga