Sifat Toleransi Sejak Kecil

 
Sifat Toleransi Sejak Kecil

 

 

LADUNI.Penampilan dan tutur katanya yang sederhana membuatnya mudah bergaul dengan siapapun, iya dilahirkan sekitar 45 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 23 Mei 1973 di kota Banda Aceh. Berbekal dari sekolah Islam dimulai dari MIN, MTsN sampai MAN membuat sosok Salwa Hayati Hasan sangat senang dengan kegiatan-kegiatan keislaman.

Dengan sikap yang mudah bergaul membuatnya aktif di beberapa organisasi, dari usia remaja ia pernah menjabat sebagai Ketua IPPNU Aceh, Ketua Muslimah Remaja Mesjid Raya Baiturrahman, Sekretaris BMOIWI Aceh, juga aktif dibeberapa organisasi lain termasuk sebagai Ketua Fatayat Provinsi Aceh sampai sekarang.

Sebagai Ketua Fatayat Provinsi Aceh tentu membuatnya semakin dewasa dalam bergerak baik sesama muslim maupun non muslim. “Bersikap lemah lembut dengan sesama muslim dan bersikap tegas terhadap orang kafir. Ini untuk kondisi muslim dan kafir berimbang kekuatannya,” ungkap anak Almarhum Tgk H Hasan dengan Almarhumah Cut Asma, Salwa Hayati.

Sebagai anak bungsu dari mantan Kepala Kantor Agama Provinsi Aceh, sejak kecil Salwa dibesarkan dalam kondisi harus toleransi sesama manusia dalam hal beragama. “Tetangga saya yang sebelah kiri orang Cina (konghucu), sebelah kanan pendeta gereja hati kudus (katholik), sedangkan Abu Imam Besar Mesjid Raya Baiturrahman waktu itu,” kenang Alumni Magister Manajemen Unsyiah, Salwa Hayati. Sejak kecil sudah dididik orang tuanya, bagaimana harus bersikap sesama manusia berbeda agama, dengan kebebasan tetap diberikan untuk bermain dengan anak-anak non muslim.

“Yang serunya jika lebaran tiba tetangga-tetanga ke rumah silaturrahmi tetapi kami tidak pernah merayakan natal bersama mereka. Mereka tidak pernah tanya juga kenapa kami sekeluarga bersikap begitu mungkin mereka sudah mengerti karena kami selalu diawasi orang tua dalam hal apapun,” tambah Dosen Fakultas Ekonomi Ubudiyah, Salwa Hayati di kediamannya.

Sebagai anak bungsu dari 12 bersaudara tentu sifat manjanya terkadang terbawa walau sering ditutupinya. “Sebagai anak terkecil dalam keluarga, manja juga iya kadang-kadang jadi andalan juga, untuk bebera hal protektif juga dengan abang dan kakak-kakak,” kata mantan Direktur PTQ Arrahman Banda Aceh.

Walaupun dengan sifat manja dia berusaha mandiri dan juga berprestasi, “Saya pernah mendapat juara harapan 1 (satu) pada acara lomba menulis essay antar Oraganisasi Kepemudaan (OKP) yang diadakan Kompas di Medan tahun 2007, pernah juga mendapat juara 1 (satu) mendongeng yang diadakan IGRA tahun 2015,” cerita Salwa.

Sifat yang paling digemari oleh sosok Salwa adalah bermain sama anak-anak, selain bermain dengan ketiga anak-anaknya Ahmad Hassany, Ali Ghaffary dan Asma Razzaqy Iya juga mendidik anak-anak TPQ dan pembina di RA (Raudhatul Aphfal) di Rumah dinas ayahandanya di depan Taman Sari Kota Banda Aceh. NUrjannah