Rekonstruksi Whatsapp Media Bebas Hoaks Zaman Now

 
Rekonstruksi Whatsapp Media Bebas Hoaks Zaman Now

LADUNI.ID, KOLOM- Sebagaimana dalam media sosial, pesan hoaks yang viral di WhatsApp seringkali berbentuk teks atau gambar yang menyebar dari satu pengguna ke pengguna lain.

 Pesan-pesan ini tidak memiliki sumber jelas—atau, dalam berbagai kasus, mencatut nama sumber “resmi” atau kredibel. Dengan demikian, satu-satunya penjamin kesahihan informasi adalah kepercayaan pada si pengirim pesan.

Berbeda dari media sosial seperti Facebook atau Twitter yang merupakan jaringan sosial yang relatif terbuka, persebaran konten di WhatsApp lebih tertutup.

 Dalam rantai persebaran “jarkom” dan “forward-an” WhatsApp, situasi bisa dengan cepat menjadi runyam. Sangat sulit untuk melacak sumber dari hoaks viral di WhatsApp, terlebih dengan komitmen perusahaan tersebut dalam menjaga privasi penggunanya.

 Dengan demikian, WhatsApp menjadi tempat yang “lebih aman” bagi penyebar hoaks. Ditambah lagi, siapa pun bisa menambahkan narasi atau menyunting gambar dan video dari hoaks yang sudah terlebih dahulu viral di WhatsApp.

Selain itu, sifat komunikasi WhatsApp yang personal dan tertutup juga mempersulit intervensi. Ekosistem media sosial yang relatif lebih terbuka memungkinkan adanya intervensi dari pengguna lain pada unggahan konten hoaks—misalnya dengan berkomentar dan memberi tahu bahwa konten tersebut adalah hoaks. 

Hal ini lebih sulit dicapai dalam ekosistem tertutup WhatsApp, yang berupa komunikasi privat antar dua pengguna, atau dalam grup kecil yang tertutup dan seringkali homogen.

Sumber: Firman Imaduddin, Kenapa Whatsapp Menjadi Lahan Subur Bagi Hoaks. www.remotivi.or.id