Raih Santri Award 2018, Gus Sholah Tegaskan Keterlibatan Warga NU

 
Raih Santri Award 2018, Gus Sholah Tegaskan Keterlibatan Warga NU

LADUNI.ID, Jakarta – Sebanyak 15 orang yang mendapat Santri Award 2018, salah satunya adalah H Noor Shodiq Askandar (Gus Shodiq) yang terpilih dalam kategori Inspirator Kewirausahaan dan Sedekah Berprestasi. Penghargaan Santri Award 2018 ini diserahkan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (10/11) lalu.

Gus Shodiq menjelaskan mengenai prestasi tersebut bahwa apa yang dilakukan dan membuahkan penghargaan adalah proses belajar kehidupan dan pengabdian di NU. “Tanpa berharap mendapatkan penghargaan,” terangnya, seperti dilansir dari NU Online, pada Rabu (14/11).

Gus Shodiq menegaskan bahwa penghargaan bukan capaian secara pribadi, tetapi semua pihak yang terlibat, mulai dari warga NU, pengurus ranting, MWC, cabang, dan wilayah. Penghargaan juga adalah ujian sekaligus tantangan untuk terus berbuat yang terbaik dan bermanfaat bagi umat.

“Jika kita mau, ada banyak peluang belajar mengabdi dan memperbaiki diri di NU. Hari ini adalah tonggak untuk kedepan dengan lebih baik,” tutur pengajar di Universitas Islam Malang (Unisma) Jawa Timur ini.

Penghargaan Santri Award 2018 diraih Gus Shodiq karena dinilai banyak melakukan kegiatan sosial dan kewirausahaan, baik di banyak daerah di Jawa Timur dan lebih-lebih di Kabupaten Malang. Gerakan wirausaha yang bervisi pada pemberdayaan usaha warga NU, sehingga diharapkan warga NU mendapatkan nilai tambah atas usaha yang dikembangkan.

“Ini sebagaimana harapan KH Ahmad Siddiq Jember, dalam sebuah tulisan. Beliau menyatakan, bahwa pengembangan usaha di NU itu adalah yang memberdayakan warga NU,” terangnya.

Ketua LP Ma’arif Kabupaten Malang ini dikenal berperan aktif menggalakkan pentingnya pengembangan kewirausahaan dalam masyarakat serta aktif dalam gerakan solidaritas masyarakat dalam kehidupan. Gerakan kewirausaan Noor Shodiq dimulai dari keresahannya akan kelemahan bangsa Indonesia pada persoalan kemandirian dan kenyamanan hidup.

“Dari apa yang saya rasakan saat lulus kuliah, dari situ mulailah saya melakukan kajian tentang pentingnya kemandirian melalui wirausaha. Saya menulis buku dan beberapa artikel tentang usaha dalam Islam yang harus dipandang sangat penting bagi umat Islam,” ungkapnya.

Setelah ia mengamati dan mengkaji terkait empat pilar perjuangan NU sektor perekonomian kurang mendapat perhatian, disebabkan kurangnya gerakan kemandirian di NU melalui wirausaha. Ia lalu mensosialisasikan tentang pentingnya pengembangan kewirausahaan di masyarakat. Ia menunjukkan bahwa dengan wirausaha, ada nilai tambah yang tercipta.

"Saya contohkan tentang ketela pohon yang harganya dua ribu rupiah per kilogram jika dikreasikan bisa berharga 15 ribu rupiah per kilogram. Begitu juga limbah pertanian yang bisa untuk penggemukan ternak dan menghasilkan keuntungan yang lumayan. Peningkatan nilai tambah beras, sehingga bisa menjadi usaha yang feasible,” paparnya.