Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tidak Mempersoalkan Afiliasi Politik Ulama

 
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tidak Mempersoalkan Afiliasi Politik Ulama

LADUNI.ID,TOKOH-Tgk HM Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dalam musyarawah besar (mubes) ke-3 organisasi itu, Minggu (25/11). Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini akan menahkodai HUDA selama lima tahun ke depan, menggantikan Tgk Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi yang sudah berakhir masa jabatannya.

Pada Senin (26/11) Serambi secara khusus mewawancarai Tu Sop di Kantor Sekretariat Pengurus Besar (PB) HUDA Aceh di Banda Aceh. Tu Sop tak menampik bahwa saat ini ada sejumlah santri dayah, teungku-teungku, pentolan dayah, hingga ulama dayah mulai terlibat dalam politik praktis. Mereka secara terang-terangan menampakkan afiliasi politik, mendukung calon wakil rakyat hingga calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi politik 2019 nanti.

Lalu, apa tanggapan Tu Sop selaku representatif ulama dayah di Aceh terkait hal t itu. Berikut cuplikan wawancara eksklusif Tu Sop dengan Subur Dani, jurnalis Harian Serambi Indonesia.

Apa program strategis HUDA ke depan?

Dalam mubes ini kita sudah mengubah format struktural, di mana orang tua kita sepeti Abu Mudi berada di tingkatan syuria, bukan lagi di level eksekutif. Kami hanya mengemban amanah guru-guru kami menjadi pelaksana harian.

Program strategisnya, kita akan konsolidasi dulu di internal sesuai format yang ada, terutama di jajaran internal pengurus besar dan juga kita lanjutkan konsolidasi sampai ke bawah.

Konsolidasi seperti apa?

Mubes kemarin memunculkan kesepakatan baru, ada penyegaran dan ke depan kita sempurnakan. Baik dalam konsolidasi, maupun sinergi kita berkerja.

Apa benar ada isu perpecahan di tubuh HUDA?

Itu tidak ada, karena kita tetap menganut konsep agama. Artinya, tidak ada kepentingan pribadi di situ, semuanya untuk kemaslahatan umat, tidak untuk berpecah belah. Tidak ada persaingan di tubuh HUDA, tidak ada perbedaan.

Bagaimana posisi HUDA dan dayah di Aceh ke depan?

HUDA dan dayah harus menjadi arus untuk memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan umat demi kemaslahatan umat dalam semua apsek. Kita akan lakukan dengan segala kemampuan yang ada.

Kendala apa yang dihadapi ulama dayah selama ini?

Persoalan kesejahteran. Itu kebutahan sangat urgen, kelemahaan finansial akan melemahkan aspek lainnya. Kalau kehidupan lemah, akan terkendala juga dalam misi-misi kebaikan. itu fardu kifayah, tanggung jawab kita bersama. Kalau tidak tertangani dengan baik akan berdosa.

Bagaimana peran ulama dayah dalam kebijakan-kebijakan pemerintahan?

Masih kurang. Pertama, dalam memerankan dirinya yang kedua dalam diperankan oleh pemerintah sendiri. Peran ulama belum sepenuhnya dilibatkan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, program-program.

Apa boleh ulama atau santri dayah berpolitik?

Semua terlibat dalam politik. Pergerakan utama kita dalah amar ma’ruf nahi mungkar, kita ingin tegaknya keadilan, hancurnya kezaliman. Nilai-nilai keadilan harus diperjuangkan, politik itu sendiri menjadi kekuatan untuk memperbaiki kemaslahatan umat. Maka perlu, itu menjadi salah satu sasaran dakwah kita.

Bagaimana jika pentolan dayah maju dalam bursa politik?

Itu tidak mutlak, itu pribadi masing-masing. Kalau memang punya kapasitas dan ingin mempebaiki umat melalui politik, kenapa tidak?

Jika kalangan ulama jadi anggota dewan, apa ada kontrak khusus?

Sampai sekarang belum ada.

Bagaimana HUDA melihat arus politik nasional?

Kita membiarkan dinamika yang sedang berjalan. HUDA tidak mengambil sikap, HUDA tetap netral, itu persoalan pribadi. HUDA sampai saat ini belum saatnya menjadi kesebelasan calon tertentu.

Bagaimana HUDA melihat ulama yang berafiliasi politik untuk calon presiden?

HUDA tidak mempersoalkan itu. Kenapa kita harus mempersalahkan mereka, sedangkan kita tidak memberi arahan terkait itu. Tidak ada persoalan terkait itu.

Apakah HUDA mengeluarkan sikap resmi terkait calon presiden?

Tidak ada sikap resmi, memberikan kebebasan juga tidak, biar berjalan dengan sendirinya.

Kenapa HUDA tidak bersikap?

Belum saatnya, karena tidak ada yang melatarbelakangi kita untuk bersikap dan berkesebelasan untuk calon-calon tertentu. (*)

 

 Sumber; serambinews.com