Hujan Rahmat, Hindari Mencacinya

 
Hujan Rahmat, Hindari Mencacinya

LADUNI.ID, KOLOM- Allah SWT menciptakan sesuatu sesuai dengan qudrah dan iradah-Nya. Termasuk hujan yang mengguyur bumi ini.. Sebuah keberkahan di awal tahun, biasanya hujan mengguyur di mana-mana bahkan terkadang mendatangkan banjir.

Kita sebagai makhluk harus berpikir positif terhadap apa yang di anugerahkan. Pernah pada suatu ketika para sahabat nabi terperangkap dalam kehujanan. Lantas Rasulullah Saw menyingkap bajunya hingga terguyur kehujanan. Fenomena ini disebutkan dalam sebuah hadist.

 Dalam hal ini Anas bin Malik ra berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah Saw menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.”

Salah seorang ulama terkemuka dalam bidang hadist, Imam Nawawi menjelaskan maksud hadist di atas, beliau mengatakan bahwa makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.

Rasulullah Saw sendiri bertabaruk dengan air hujan, lantas masihkah kita mengatakan itu bid’ah terhadap sebagian perbuatan di kalangan masyarakat yang melakukan seperti demikian?

Apa yang telah di takdirkan oleh Allah Swt kepada kita ,tentunya harus kita terima dan berbaik sangka kepada-Nya serta tidak boleh mencela dan sejenisnya. Termasuk dengan hujan sebagai rahmat Allah.

Salah satu realita dalam masyarakat, sebagian orang sering keluar dari mulutnya nada celaan, seperti kalimat “that palak teuh, siat-siat ujeun, ka banjir loem, ka musibah teuma.”

Merespon fenomena ini satu hal yang harus kita Ketahui, Nabi Saw telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk, baik hujan, angin dan sejenisnya yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan dan sukai. Rasulullah Saw melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Menjawab keadaan semacam ini dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah Saw bersabda, Allah SWT berfirman, “Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.”

Memperkuat argumen di atas Rasulullah Saw juga bersabda dalam hadist yang lain: ,”Janganlah kamu mencaci maki angin.”

Berdasarkan dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki waktu dan angin merupakan sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk Allah SWT lainnya yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan juga perbuatan terlarang dalam agama kita.

*** Ahmad Yani, M. Pd, Guru Senior DJA Batee Iliek dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga