Belajar dari Jennifer, Mahasiswi Uwika yang Raih Medali di Ajang Kungfu Internasional

 
Belajar dari Jennifer, Mahasiswi Uwika yang Raih Medali di Ajang Kungfu Internasional

LADUNI.ID, Surabaya - Mahasiswi Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Jennifer Alexander berhasil memboyong medali di ajang International Kungfu Championship yang digelar di Bali pada 17-22 Desember 2018 lalu.

Waktu itu, Jennifer masih dalam kondisi pemulihan pasca cedera dalam latihan. Namun begitu, Jennifer tetap mampu membawa pulang dua medali sebagai juara pertama Female Single Flexibel Weapon Senior 1 dan juara ketiga Female Optional Nandao Senior 1.

“Aku latihan intensif cuma tiga minggu, itupun satu minggunya operasi, makanya cuma dapat juara tiga karena nggak bisa lompat terlalu bagus,” kata Jennifer menceritakan saat dijumpai di Kampus Uwika, Sutorejo, seperti dilansir dari laman Times Indonesia, Rabu (9/1).

Jennifer menceritakan bahwa waktu itu dirinya menghadapi rival yang cukup berat, tetapi tidak menyurutkan nyalinya untuk bersaing. Optimis serta percaya diri tinggi membawa Jennifer pulang dengan penuh kebanggaan. Cedera latihan memang mengharuskan putra David Alexander Liem dan Njoo Sherly ini untuk lebih ‘kalem’ dalam pertandingan.

Karena latihan itulah, usaha Jennifer tidak sia-sia, meskipun menghadapi lawan dengan lompatan yang cukup menantang, Jennifer memilih jalur aman untuk penyembuhan ketimbang memaksakan diri menyaingi rivalnya.

“Lawanku dari Jawa Tengah juga lumayan berat, dan nanti dia akan jadi musuhku waktu Pekan Olahraga Nasional (PON),” terang mahasiswi jurusan akuntansi tersebut.

Menurutnya, disiplin dalam latihan menjadi modal utamanya untuk menancapkan taring sebagai atlet wushu profesional. Dalam seminggu, dia menghabiskan 5 hari dengan durasi 4 jam perhari untuk lari dan angkat besi guna penguatan kaki. “Aku juga sedang mempersiapkan Kejurda di Bali dan ajang PON, targetnya harus juara satu untuk ‘balas dendam’,” tandas Jennifer.

Dalam rangka menginspirasi mahasiswa yang lain untuk menorehkan prestasi, Jennifer membeberkan kunci utamanya menekuni wushu. “Sama halnya wushu, butuh disiplin karena kalau tidak pelatihnya akan marah, begitu juga tidak jauh beda dengan di kampus, belajar dan disiplin adalah modal utama,” pesannya.

Bukan hanya itu saja, optimis juga dibutuhkan dalam meraih yang terbaik dan percaya diri. “Pelatihku juga mengajari bahwa di tempat latihan kita ini paling bodoh, tapi misal di tempat tanding kita harus yang paling bagus. Percaya diri harus merasa bisa,” papar Jennifer.

Jennifer memang telah menggeluti wushu lima belas tahun silam saat usianya baru menginjak tujuh tahun. Karena terbilang anak yang aktif, papa Jennifer, mendaftarkannya ke sebuah club wushu mengikuti jejak sepupunya. Kelak Jennifer mengaku ingin menjadi pelatih professional.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Uwika, Murphin J Sembiring ketika dijumpai juga mengungkapkan rasa bangga atas prestasi Jennifer. “Universitas tidak terbatas sebagai sarana pendidikan akademik, namun juga merupakan penempaan moral dan keterampilan. Seperti yang baru ini membuat kami bangga adalah prestasi mahasiswi kami telah meraih Juara 1 dan 3 dalam ajang International Kungfu Championship,” kata Murphin menjelaskan.

Pihaknya juga berencana membentuk klub wushu serta membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam pelatihan ini. “Tentu prestasi ini menjadi motivasi bagi mahasiswa yang lain, kami juga akan segera membentuk klub wushu, olahraga yang sangat bagus dan akan kami buka pelatihan bagi masyarakat. Menariknya wushu adalah budaya Tiongkok tapi peminatnya juga banyak orang kita,” papar Murphin.

Selain itu, Murphin juga melanjutkan, bahwa dalam revolusi industri 4.0 selain skill, civitas harus mendorong mahasiswa memiliki daya juang, kedisiplinan dan fairplay.

“Ternyata sukses di indeks prestasi tidaklah cukup, harus punya skill tambahan. Kami senantiasa mendukung peningkatan kualitas mahasiswa dan lulusan Uwika dalam segala bidang dan tidak terbatas pada akademik saja,” pungkas Murphin.