Biografi Kyai Ageng Getas Pendowo ( Kyai Ageng Tarub III)

 
Biografi Kyai Ageng Getas Pendowo ( Kyai Ageng Tarub III)

Daftar Isi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Kyai Ageng Getas Pendowo
1.3  Nasab Kyai Ageng Getas Pendowo
1.4  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Kyai Ageng Getas Pendowo  

2.1  Guru Kyai Ageng Getas Pendowo

3.  Penerus Kyai Ageng Getas Pendowo

3.1  Anak-Anak Kyai Ageng Getas Pendowo

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Kyai Ageng Getas Pendowo

5.  Keteladanan Kyai Ageng Getas Pendowo

6.  Referensi

 

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Kyai Ageng Getas Pendowo adalah putra dari Raden Bondan Kejawan atau Raden Lembu Peteng dan Dewi Retno Nawang Sih putri Kyai Ageng Tarub. Beliau juga dikenal dengan nama Kyai Ageng Tarub III 

1.2 Riwayat Keluarga Kyai Ageng Getas Pendowo

Kyai Ageng Getas Pendowo dikarunia anak yaitu:

 

  1. Kyai Ageng Selo
  2. Nyai Ageng Pakis
  3. Nyai Ageng Purno
  4. Nyai Ageng Kare
  5. Nyai Ageng Wanglu
  6. Nyai Ageng Bokong
  7. Nyai Ageng Adibaya

1.3 Nasab Kyai Ageng Getas Pendowo

Nasab Kyai Ageng Getas Pendowo jika diambil dari Bapak beliau masih keturunan dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi. Dengan Silsilah sebagai berikut :

  1. Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi + Dewi Wandan Kuning
  2. Raden Bondan Kejawan atau Raden Lembu Peteng
  3. Kyai Ageng Getas Pendowo

Nasab Kyai Ageng Getas Pendowo jika diambil dari Ibu beliau masih keturunan dari Rasulullah SAW. Dengan silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti
  3. Al-Imam Al-Husain bin
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq bin
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib bin
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin
  11. As-Sayyid Ubaidillah bin
  12. As-Sayyid Alwi bin
  13. As-Sayyid Muhammad bin
  14. As-Sayyid Alwi bin
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
  19. As-Sayyid Abdullah bin
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin
  21. As-Sayyid Husain Jamaluddin bin
  22. As-Sayyid Barakat Zainal Alam
  23. As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
  24. As-Sayyid Ibrahim atau Kyai Ageng Tarub
  25. Dewi Retno Nawang Sih
  26. Kyai Ageng Getas Pendowo

1.4 Wafat

Kyai Ageng Getas Pendowo dimakamkan daerah Kelurahan Kuripan Kecamatan Purwodadi, Grobogan. Letaknya di sebelah timur Kelurahan Kuripan Kecamatan Purwodadi ( Jln. A. yani Purwodadi lebih kurang 1 Km )

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Kyai Ageng Getas Pendowo

Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Raden Bondan Kejawan atau Kyai Ageng Tarub Anom

2.1 Guru-guru Kyai Ageng Getas Pendowo 

  1. Raden Bondan Kejawan atau Kyai Ageng Tarub II
  2. Kyai Ageng Tarub I
  3. Sunan Kalijaga

3  Penerus Kyai Ageng Getas Pendowo

3.1 Anak-anak Kyai Ageng Getas Pendowo

  1. Kyai Ageng Selo
  2. Nyai Ageng Pakis
  3. Nyai Ageng Purno
  4. Nyai Ageng Kare
  5. Nyai Ageng Wanglu
  6. Nyai Ageng Bokong
  7. Nyai Ageng Adibaya

4.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Kyai Ageng Getas Pendowo

Menelusuri sejarah Mataram Islam maka pasti tersebut salah satu nama yaitu Kyai Ageng Getas Pendowo. Sebagai salah satu leluhur Dinasti Mataram maka Kyai Ageng Getas Pendowo juga mewarisi nama besar trah keturunan Prabu Brawijaya V Raja terakhir Kerajaan Majapahit yang kemudian tercatat keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama dan gelar Kyai Gede, Kyai Ageng, Nyai Gede, Nyai Ageng yang memiliki makna sebagai tokoh besar dalam bidang keumatan (keagamaan) maupun tokoh pemerintahan yang dihormati. Sebab dianggap memiliki kelebihan dan kemampuan dalam sifat-sifat keteladanan dan kepemimpinan dalam suatu wilayah.

Menurut catatan dalam Babad Tanah Jawi jika Prabu Brawijaya terakhir kali memiliki istri yang berjuluk putri Wandan Kuning dan berputra Raden Bondan Kejawan/ Arya Lembu Peteng yang merupakan murid sekaligus anak mantu dari Kyai Ageng Tarub. Sebab Arya Lembu Peteng menikah dengan putri Kyai Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu seoranh Bidadari yang bernama Dewi Nawang Wulan. Dari perkawinan antara Raden Lembu Peteng dengan Dewi Nawangsih telah melahirkan 3 orang anak salah satunya adalah Kyai Ageng Getas Pendowo.

Dengan demikian Kyai Ageng Getas Pendowo merupakan cucu dari Prabu Brawijaya V dan juga cucu dari Kyai Ageng Tarub. Jika ditarik lagi keatas dari kakeknya yaitu Prabu Brawijaya merupakan trah Rajasa yang berarti Ken Arok atau Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi yang merupakan pendiri Kerajaan Singhasari yang memerintah pada pada 1222 – 1227. Sekaligus juga pendiri Wangsa Rajasa. Sehingga dalam darah Kyai Ageng Getas Pendowo mengalir darah Wangsa Rajasa.
Kakeknya dari pihak ibu yaitu Kyai Ageng Tarub menurut berbagai sumber merupakan keturunan dari Syekh Maulanan malik Ibrahim dan masih keturunan dari Nabi Muhammad SAW. 

Dalam kehidupan masyarakat jawa kuno secara sosiologis dibagi menjadi tiga golongan yaitu Begawan, Bangsawan dan Kawula Dasih. Golongan Begawan adalah orang yang menjalankan hidup asketis dengan mengarungi laku batin. Adapun golongan bangsawan merupakan trahing kusuma rembesing madu yang di darahnya merupakan keturunan ningrat sehingga biasanya dalam hidupnya memiliki tekad dan pengabdian yang kokoh dalam hal kepemimpinan. Untuk tekad tersebut demi kedamaian negara dan dunia, mereka rela rawe-rawe rantas malang-malang putung, meski harus mengorbankan jiwa dan raga. Adapun golongan Kawula Dasih adalah golongan rakyat dengan berbagai profesi sehari hari yang berjalan secara berkesinambungan sehingga terwujudlah negara yang aman nan tenteram.

Kyai Ageng Getas Pendowo diyakini sejak kecil hingga akhir hayat tinggal di wilayah Grobogan  Purwodadi maka dalam babad ditemukan deksripsi jika Kyai Getas Pandawa tumbuh sebagai seorang pemuda yang gemar mengembara di hutang dan gunung gunung yang keramat dan hasilnya beliau dikenal sebagai seorang seorang yang alim, sakti dan pinunjul. Akan tetapi ada sumber lain menyebutkan jika pada dasarnya beliau adalah seorang yang pemalu dan tidak mau tampil dimuka. Dalam kehidupan sehari-hari beliau dikenal sebagai seorang petani menggarap sawah dan menanam berbagai tanaman sayuran dan palawija lainnya. Hasil panen pertanian tidak semua dimanfaatkan untuk diri dan keluarganya sendiri. Namun sebagian lainnya adalah dibagi bagi pada masyarakat sekitar.

Kisah hidup Kyai Ageng Getas Pendowo yang ahli laku batin dan topo meleng namun untuk kehidupan sehari hari justru berprofesi sebagai petani padahal disadari dalam darahnya mengalir darah trah yang besar dan mulia. Sehingga kisah Kyai Ageng Getas Pendowo adalah potret kehidupan yang tawadhu sebagai sebuah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong. Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Dalam menjalani kehidupan sehari hari nampaknya Kyai Ageng Getas Pendowo mampu secara tepat menggabungkan laku hidup dalam tingkat stratifikasi sosial yaitu sebagai seorang Begawan, sebagai seorang Bangsawan sekaligus dapat berperan sebagai seorang Kawulo Dasih. Kyai Ageng Getas Pendowo termasuk seorang yang didalam darahnya mengalir darah Trahing Kesumah, Rembesing Madu, Wijining Tapa, dan Tedhaking Andanawarih yang artinya bahwa seorang yang memiliki darah keturunan ningrat (kesumah / bunga) atau bangsawan, tapa /pertapa /alim ulama, berwawasan agama dan berasal dari keturunan pilihan utama.

Trahing kusumo rembesing madu maksudnya adalah keturunan bunga tirisan madu yang berarti keturunan orang yang mulia. Dalam keyakinan orang Jawa – Nusantara trahing kusumo rembesing madu seakan sudah menjadi jaminan bahwa setiap yang lahir dari garis keturunan tersebut pastilah orang yang baik yaitu baik etika, tikah laku, perbuatan, berbudi pekerti, ucapan, moral, akhlak dan adabnya, baik agamanya, baik segalanya. Selanjutnga dalam kajian Islam Trahing Kusumo Rembesing Madu meskipun tidak menjadi jaminan tingginya derajat seseorang, akan tetapi trah kusumo madu haruslah dibarengi dengan keteladanan ahlaq yang mulia sabagai manifestasi ketakwaan pada Allah SWT. Dengan demikian implementasi Trahing Kusuma, Rembesing Madu adalah perilaku yang harus dibarengi dengan laku wijining atapa, tedhaking andana warih sehingga dapat menginternalisasi antara bobot, bibit dan bebet.

Dengan demikian Kyai Ageng Getas Pendowo adalah salah satu orang yang menjadi leluhur dinasti Mataram Islam karena melahirkan generasi yang mampu menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam yang masih lestari hingga saat ini yaitu Kasultanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta, Pura Mangkunegaran Surakarta dan Pura Pakualaman Yogyakarta.
Leluhur dalam kajian Antropologi Budaya adalah nenek moyang yang berpola karena adanya kekerabatan (kin) yang berada pada struktur garis keturunan di atas seseorang (ego) baik pada masyarakat dengan pola patrilineal maupun matrilineal. Dalam hal ini maka jelas tercatat Kyai Ageng Getas Pendowo adalah leluhur Panembahan Senopati Ing Ngalogo raja pertama Mataram yang berpusat di Kota Gede Yogyakarta pada tahun 1568 – 1601.

5   Keteladanan Kyai Ageng Getas Pendowo

Kisah hidup Kyai Ageng Getas Pendowo yang ahli laku batin dan topo meleng namun untuk kehidupan sehari hari justru berprofesi sebagai petani padahal disadari dalam darahnya mengalir darah trah yang besar dan mulia. Sehingga kisah Kyai Ageng Getas Pendowo adalah potret kehidupan yang tawadhu sebagai sebuah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong. Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Dalam menjalani kehidupan sehari hari nampaknya Kyai Ageng Getas Pendowo mampu secara tepat menggabungkan laku hidup dalam tingkat stratifikasi sosial yaitu sebagai seorang Begawan, sebagai seorang Bangsawan sekaligus dapat berperan sebagai seorang Kawulo Dasih. Kyai Ageng Getas Pendowo termasuk seorang yang didalam darahnya mengalir darah Trahing Kesumah, Rembesing Madu, Wijining Tapa, dan Tedhaking Andanawarih yang artinya bahwa seorang yang memiliki darah keturunan ningrat (kesumah / bunga) atau bangsawan, tapa /pertapa /alim ulama, berwawasan agama dan berasal dari keturunan pilihan utama.

Kyai Ageng Getas Pendowo diyakini sejak kecil hingga akhir hayat tinggal di wilayah Grobogan  Purwodadi maka dalam babad ditemukan deksripsi jika Kyai Getas Pandawa tumbuh sebagai seorang pemuda yang gemar mengembara di hutang dan gunung gunung yang keramat dan hasilnya beliau dikenal sebagai seorang seorang yang alim, sakti dan pinunjul. Akan tetapi ada sumber lain menyebutkan jika pada dasarnya beliau adalah seorang yang pemalu dan tidak mau tampil dimuka. Dalam kehidupan sehari-hari beliau dikenal sebagai seorang petani menggarap sawah dan menanam berbagai tanaman sayuran dan palawija lainnya. Hasil panen pertanian tidak semua dimanfaatkan untuk diri dan keluarganya sendiri. Namun sebagian lainnya adalah dibagi bagi pada masyarakat sekitar.

Kisah hidup Kyai Ageng Getas Pendowo yang ahli laku batin dan topo meleng namun untuk kehidupan sehari hari justru berprofesi sebagai petani padahal disadari dalam darahnya mengalir darah trah yang besar dan mulia. Sehingga kisah Kyai Ageng Getas Pendowo adalah potret kehidupan yang tawadhu sebagai sebuah perilaku manusia yang memiliki watak rendah hati, tidak sombong atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong. Tawadhu bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.

6   Referensi

  1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
  2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
  3. Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
  4. Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
  5. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  6. Suroyo,  A.M.  Djuliati,  dkk.  1995.  Penelitian  Lokasi  Bekas  Kraton  Demak.Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra UNDIP Semarang.
  7. Serat Kandhaning Ringgit Purwa. Koleksi KGB. No 7.
  8. Sudibya, Z.H. 1980. Babad Tanah Jawi. Jakarta: Proyek Peneribitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  9. Kartodirdjo, Sartono (ed.). 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya