Khutbah Jumat: Sumpah Pemuda dan Konsep Semangat Ashabiyah Ibn Khaldun

 
Khutbah Jumat: Sumpah Pemuda dan Konsep Semangat Ashabiyah Ibn Khaldun

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosan khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jama'ah untuk senantiasa bersyukur pada Allah SWT atas segala limpahan anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada rahmat bagi semesta alam Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yang sunahnya selalu kita teladani.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Tanggal 27-28 Oktober tahun 1928 di Batavia atau Jakarta sekarang diadakan Kongres Pemuda ke-2 yang dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, misalnya Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain sebagainya. Kongres tersebut menghasilkan sebuah janji yang sangat penting bagi lahirnya Bangsa Indonesia, yaitu: Sumpah Pemuda. Keputusan Kongres Pemuda II tersebut menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia sebagai kesadaran dan milik bersama.

Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sumpah ini merupakan muara dari semangat para pemuda waktu itu untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Rumusan keputusan Kongres Pemuda II (yang di kemudian hari disebut sebagai Sumpah Pemuda) tersebut ditulis oleh Mohammad Yamin, seorang pemuda muslim yang brilian (tercatat waktu itu beliau berusia 25 tahun) yang merupakan tokoh muda sekaligus sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang dikemudian hari memperolah gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Dalam pandangan Islam pemuda menempati posisi yang sangat penting. Kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Raja Dikyanus untuk menyembah berhala. Kisah tujuh pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al Kahfi ayat 13 dengan kata ‘fityah’ (para pemuda), sebagai berikut:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka”. (Qs. Al Kahfi: 13).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy.

Selain itu, banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan para pemuda yang telah mengukir prestasi dalam berbagai keutamaan, antara lain adalah Nabi Ismail yang telah rela mengorbankan dirinya untuk dipotong lehernya karena taat pada Allah dengan penuh kesadaran. Kisah pemuda Yusuf juga menunjukkan tingginya kualitas akhlak dan ketaatan seorang pemuda. Ia diajak oleh seorang wanita yang sangat cantik untuk melakukan hubungan badan, yang seandainya jika ia mau melakukannya tidak akan ada sesuatupun yang dapat menghalanginya. Namun nabi Yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih hidup mendekam di penjara semata-mata karena ketakwaannya kepada Allah SWT.

Terkait ketinggian kualitas akhlak pemuda, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah” (HR Ahmad).

Kata shabwah pada hadits tersebut bermakna pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Pemuda tersebut membiasakan diri melakukan kebaikan dan berusaha menjauhi keburukan.  Pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Hubungan sumpah pemuda dan semangat Ashabiyah Ibn Khaldun adalah bahwa secara harfiah Ashabiya berarti rasa satu kelompok atau solidaritas sosial. Yang secara Secara etimologis ‘Ashabiyah berasal dari kata ‘Ashaba yang berarti mengikat. Secara fungsional ‘Ashabiyah menunjuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Selain itu, ‘Ashabiyah juga dapat dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan kelompok. ‘Ashabiyah juga bisa diartikan sebagai bagian dari landasan tegaknya negara. Bila Ashabiyah itu kuat, maka negara yang muncul akan kuat, sebaliknya bila Ashabiyah lemah maka Negara juga lemah.

Fakta sejarah menyebutkan bahwa pemuda memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia. Bahkan bisa dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas para pemudanya. Generasi muda hari ini adalah para aktor utama di masa mendatang sehingga mereka adalah pondasi yang menopang masa depan bangsa ini. Jika pemudanya cerdas dan berakhlak mulia maka bangsa itu akan maju dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika pemudanya bodoh dan memiliki perangai yang buruk maka dapat dipastikan masa depan bangsa itu akan hancur berantakan.

Menurut Ibn Khaldun, agama juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempersatukan berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Agama harus di gandengkan dengan solidaritas kelompok, sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi kemajuan komunitas. Sebaliknya, bila agama dan semangat solidaritas kelompok di pertentangkan, maka yang terjadi adalah disintegrasi dan menjadi bumerang bagi manusia. Jadi, solidaritas dan soliditas kelompok yang dilakukan oleh pemuda pada waktu itu yang kemudian melahirkan sumpah pemuda merupakan bagian dari perintis bagi eksistensi bagi suatu Negara.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam konteks Islam, pemuda di sini merupakan kelompok masyarakat yang peka dan paling cepat merespons keadaan terutama dalam keadaan perang melawan penjajah. mereka adalah agen dari perubahan. Bahkan jika ingin memajukan suatu bangsa dan negara, yang perlu diperjuangkan dan diberikan kepercayaan adalah para pemuda.

Ashabiyah adalah rasa solidaritas sosial yang di dalamnya terdapat suku-suku atau kelompok yang bekerjasama untuk kepentingan bersama. Akan tetapi rasa solidaritas sosial tersebut akan hancur bilamana suatu suku atau kelompok tersebut terpecah belah atau tidak mau lagi bekerjasama. Karena alasan inilah, persekutuan suatu kelompok atau suku memerlukan hadirnya seorang penguasa atau raja yang mampu menangkal agresi. Kebutuhan akan adanya seseorang yang mempunyai otoritas dan bisa mengendalikan ini kemudian meningkat.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam konteks sumpah pemuda dan persatuan bangsa, Ashabiyah memiliki dua makna sekaligus, yakni sosial dan politik. Bermakna sosial ketika ‘Ashabiyah dengan solidaritas sosialnya mampu mewujudkan nilai-nilai dasar manusia sebagai makhluk sosial untuk saling menolong dan membantu sehingga terwujud dalam kesatuan suatu negara. Bermakna politis ketika ‘Ashabiyah mampu menjadi perekat untuk menegakan dan mempertahankan suatu negara. Nilai-nilai serta semangat tersebut yang kemudian mengikat para pemuda untuk berkumpul dalam Kongres Pemuda Kedua yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

 

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

__________________________
Oleh: Ahmad Baedowi, M.Si.