Sejarah Nuzulul Quran dan Tempat Turunnya

 
Sejarah Nuzulul Quran dan Tempat Turunnya

Laduni.ID Jakarta - Bulan Ramadhan terus berlalu dan tanpa terasa kini kita telah berada di pertengahan bulan Ramadhan, hendaknya lebih giat dalam meningkatkan amal ibadah, salah satunya dengan memperbanyak membaca Al-Quran, siapa  yang membacanya juga termasuk ibadah walaupun tidak mengerti isi dan kandungannya. Ramadhan diidentifikasikan sebagai bulan Al-Quran, hal ini disebabkan pada bulan ini alquran di turunkan.

Setidaknya momentum ramadhan ini tentu saja menganjurkan kepada kita untuk lebih giat dan tekun dalam membaca, memahami dan menguak rahasia dalam kitab suci tersebut.

Salah satu peristiwa penting dalam bulan ini diturunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam. Peristiwa ini dikenal dengan Nuzulul Quran. Masyhur pendapat di kalangan masyarakat peristiwa itu terjadi 17 Ramadhan. Benarkah?

Bulan ini di samping bulan suci, sangat banyak berkah dan kelebihannya. Juga pada bulan Ramadhan Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah Saw melalui peraantaraan Malaikat Jibril. Hal ini sebagaimana di sebutkan dalam Alquran, berbunyi:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (١٨٥)

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)…” (QS Al Baqarah: 185)

Dalam pandangan Syekh  Ibnu Katsir  dalam tafsirnya “Ibnu Kasir” menjelaskan bahwa Allah SWT memuji Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Quran yang agung.

Sebagaimana Allah SWT mengkhususkan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al-Quran, bahkan juga di turunkan kitab kepada nabi selain Muhammad SAW. Hal sebagaimana di sebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, beliau meriwayatkan: “Lembaran-lembaran (shuhuf) Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadan dan kitab Taurat diturunkan pada tanggal enam Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadan, sedang Alquran diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad).

Kapan terjadinya peristiwa dahsyat Nuzulul Quran ini telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan tentunya mereka mempunyai rujukan tersendiri dalam masalah ini.

Rujukan yang menjadi pegangan ulama yang mengatakan Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan berdasarkan surat Al-Anfal ayat 41 :

وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (٤١)

 “…yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) dihari Furqaan, yaitu dihari bertemunya dua pasukan…”. Keterangan: "Furqaan"  ialah pemisah antara yang haq dan yang batil. Yang dimaksud dengan hari Al-Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan Badar, pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijrah.

Sebagian Mufassirin berpendapat bahwa ayat ini mengisyaratkan pada hari permulaan turunnya Al-Quran pada malam 17 Ramadhan. Imam Thabari dalam tafsirnya meriwayatkan sebagai berikut: Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata:

“Adalah malam Furqaan hari bertemunya dua pasukan pada 17 bulan Ramadhan”. (Tafsir Ath-Thabari: 13:562). Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam al-Qasthalani dalam karangan beliau bernama Kitab “Irsyad as-Sari Syarah Shahih Bukhari”.

Pendapat ini juga di kuatkan oleh Mahmud Basya al-Falaky yang disebutkan di dalam kitab “Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyidil Mursalin”.  (Imam az-Zarqani, kitab Syarah Zarqani: 386, Syeikh Zaini Dahlan, Kitab Sirah Nabawiyyah,1: 164, Khudari Bek, Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyidil Mursalin: 25)

Ada juga Ulama yang menyebutkan Nuzulul Quran terjadi  pada tanggal 18 dan 19 Ramadhan. Pendapat ini berdasarkan ungkapan Syeikh 'Izzuddin 'Ali ibn al Atsiir dalam kitabnya "Al-Kaamil", beliau berkata: Turunnya wahyu atas beliau Rasulullah SAW adalah pada hari Senin tanpa ada perbedaan. Mereka berbeda Senin kapan terjadinya hal itu. Abu Qilaabah berkata: Allah menurunkan Al-Furqan atas Nabi SAW pada 18 Ramadhan, yang lain berkata 19 Ramadhan. (Kitab Al-Kaamil, Syekh Izzuddin :I:646

Selain itu mereka yang berpendapat bahwa Nuzulul Quran pada 7 Ramadhan sebagiamana disebutkan di dalam kitab karya Imam az-Zarqani. (Syarah Zarqani ‘ala Mawahibul Laduniyah jld 1 hal 386)

Pendapat yang mengatakan Nuzulul Quran pada tanggal 24 Ramadhan ini sebagaimana di jelaskan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani. Beliau  menyebutkan bahwa Al-quran di turunkan pada tanggal 24 Ramadhan,beliau  berpegang  hadist  yang berbunyi:

“Sesungguhnya Nabi SAW berkata diturunkan kitab Taurat pada 6 Ramadhan, Injil 13 Ramadhan, Zabur 18 Ramadhan dan al-quran 24 Ramadhan. (H.R. Imam Ahmad).

Ibnu Hajar Al-Asqalani  juga menambahkan berdasarkan ulasan tersebut bahwa  Semua ini sesuai dengan firman dalam surat  al-Baqarah 185 dan firman Allah surat al-qadar ayat pertama. Maka kemungkinan bahwa malam lailatul qadar pada tahun tersebut tepat pada malam tersebut (24 Ramadhan) maka Allah turunkan al-quran pada malam tersebut secara menyeluruh ke langit dunia kemudian di turunkan ke bumi awal surat iqra’ pada hari ke 24.

Pendapat di atas juga didukung oleh Syekh Ibnu Hajar al-Haitami saat di tanyakan kapan Al-Quran diturunkan beliau menjawabnya pada 24 Ramadhan. Bahkan Imam Zarqani mengatakan bahwa pendapat yang mengatakan Al-Quran diturunkan pada 24 Ramadhan merupakan pendapat yang masyhur di kalangan jumhur ulama. (Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Bi Syarh Shahih Bukhari: IX: 6, kitab Fatawa Haditsiyah, Imam Ibnu Hajar al-Haitami: 238, Imam az-Zarqani, kitab Syarah Zarqani ‘ala Mawahibul Laduniyah; I: 386)

Sebagian ulama juga berpandangan bahwa peristiwa Nuzulul Quran itu terjadi di luar bulan Ramadhan, tepatnya pada bulan Rabiul Awwal tanggal 8 dan ada pula yang menyebutkan pada tanggal 18 Rabiul Awal.

Ada juga pendapat lainnya mengatakannya pada tanggal 17 dan  27 bulan Rajab serta masih banyak pendapat lainnya. dalam hal ini Syekh  Ibnu Hajar al-Asqalani mengemukakan bahwa terdapat lebih kurang 40 pendapat ulama mengenai kapan Nuzulul Qur’an tersebut. Sebagaimana di sebutkan di dalam kitab Fath al-Bari

Al-Quran sebagai dasar hukum utama umat muslim hendaknya kita di bulan Ramadhan di samping mempelajari dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Quran juga memperbanyak membacanya. Kita harus merasa dengan baginda nabi yang sangat rajin membaca Al-Quran walaupun beliau sudah dijamin surga dan sosok yang maksum.

Fenomena  baginda Rasulullah Saw sendiri orang yang  sangat giat membaca Al-Quran di bulan Ramadhan sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadist diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas radiyallahu anhuma, ia berkata: “Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang amat dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan padanya Al-Qur’an.

Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan padanya Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.” Hadist diatas meununjukkan kepada kita untuk memperbanyak membaca al-quran terlebih di bulan Ramadhan ini.

Al-Quran sebagai pedoman utama umat muslim dan mempunyai hubungan erat dengan kehidupan Nabi dan masyarakat Arab pada masa awal, sehingga tidak mengherankan ketika ungkapan-ungkapan yang dinarasikan Al-Quran mengandung nilai sastra tinggi.

Dalam pandangan Imam Jalaluddin As-Suyuti, penggunaan kalimat-kalimat yang indah dan ungkapan-ungkapan yang penuh dengan sastra itu adalah bentuk mu’jizat Al-Quran sebagai respons dari peradaban Arab pada masa Arab yang penuh dengan nilai sastra.

Meskipun diturunkan di daerah Arab dan berinteraksi dengan budaya Arab, bukan berarti Al-Quran menjadi bagian dari budaya Arab. Hal tersebut disebabkan orisinalitas dan otentisitas Al-Quran dijaga langsung oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Hijr 9

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ (٩)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Imam Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya menafsirkan bahwa ayat tersebut menjelaskan kesucian Al-Quran dari penambahan dan pengurangan atas ayat yang ada di dalamnya, serta ayat Al-Quran tidak akan mengandung kebatilan. Yang demikian menandakan bahwa turunnya Al-Quran selalu dijaga dan terpelihara dari sifat-sifat negatif.

Berkaitan dengan otentisitas Al-Qur’an, muncul pertanyaan penting: bagaimana proses turunnya wahyu Al-Qur’an? Perihal transformasi wahyu menjadi objek kajian menarik yang banyak dilakukan oleh ulama. Secara tegas mereka menjelaskan makna wahyu dalam artian umum dan pengertian wahyu dalam konteks Al-Quran diturunkan pada Nabi Muhammad.

Kita mengetahui bahwa Alquran merupakan kalam Allah yang menjadi sandaran utama umat Islam. Al-quran bukanlah buatan Rasulullah tetapi murni kalam Allah yang Allah turunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril . Allah ta`ala memuliakan al-quran dengan membagi fase penurunan al-quran kepada beberapa fase:

Diturunkan ke Lauh Mahfudh

Dalil bahwa Allah menurunkan al-quran ke Lauh Mahfudh adalah firman Allah dalam surat al-Buruj ayat 21-22:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ . فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

Bahkan ia (yang mereka dustakan) itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.(QS: Al-Buruj ayat 21-22)

Al-quran berada di Lauh Mahfudh dengan cara dan dalam masa yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah dan makhluk yang Allah kehendaki untuk mengetahui perkara ghaibNya.

Hikmah Allah tetapkan al-quran di Lauh Mahfudh kembali kepada hikmah di ciptakan Lauh  itu sendiri yaitu sebagai satu bukti yang menunjuki kebesaran ilmu dan iradah Allah dimana seluruh kejadian yang telah berlalu dan yang akan terjadi telah tertulis di Lauh Mahfudh.

Kita mengetahui bahwa Allah SWT tetapkan al-quran di Lauh Mahfudh kembali kepada hikmah di ciptakan Lauh Mahfudh itu sendiri yaitu sebagai satu bukti yang menunjuki kebesaran ilmu dan iradah Allah dimana seluruh kejadian yang telah berlalu dan yang akan terjadi telah tertulis di Lauh Mahfudh. Selanjutnya akan diturunkan ke Baitil Izzah.

Di turunkan ke Baitil ‘izzah

Dalil yang menunjuki hal ini adalah firman Allah dalam al-quran,
Dalam surat ad-Dukhan ayat 3 Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ

Sesungguhnya kami turunkannya (al-quran) pada malam pebuh barakah,

Dalam surat al-Qadr ayat 1 Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami turunkan al-quran pada malam penuh barakah.

firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 185 :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ

Bulan Ramadhan yang dii turunkan padanya al-quran sebagai petunjuk bagi manusia…(Q.S. al-Baqarah ayat 185)

Dalam tiga ayat tersebut Allah menyatakan al-quran diturunkan secara penuh dalam satu malam. Dari surat ad-Dukhan dapat di ketahui bahwa malam di turunkan al-quran adalah malam yang penuh barakah. Dari surat al-qadr dapat di ketahui bahwa al-quran di turunkan tepat pada malam lailatul qadar, dan dalam ayat 185 al-Baqarah dapat di pahami bahwa al-quran itu di turunkan pada bulan Ramadhan.

 Maka bila pemahaman ketiga ayat ini disatukan maka hasillah kesimpulan bahwa al-quran di turunkan pada malam lailatul qadar dalam bulan Ramadhan yang merupakan malam penuh barakah. Dengan demikian tidak terjadi kontradiksi di antara ketiga ayat ini.

Yang di maksudkan dalam ayat tersebut bukanlah di turunkan al-quran kepada Rasulullah karena telah maklum bahwa al-quran di turunkan kepada Rasulullah secara berangsur-angsur.

Sedangkan dalam ayat di bicarakan penurunan al-quran sekaligus maka mesti di pahami bahwa penurunan al-quran yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah penurunan al-quran kepada Rasulullah SAW, tetapi penurunan al-quran ke satu tempat di langit dunia yang dinamakan dengan Baitil izzah sebagaimana di tunjuki oleh beberapa hadits Rasulullah SAW antara lain:

1.Hadits riwayat Imam Nasa`i dan Hakim dari Ibnu Abbas ra:

فصل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة من السماء الدنيا فجعل جبريل ينزل به على النبي صلى الله عليه وسلم

Diturunkan al-quran dari az-Zikr (Lauh Mahfudh) maka di letakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia, kemudian malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi SAW (H.R. Imam Nasai , Hakim, Thabrani)

2.Hadits riwayat Nasai, Hakim dan Baihaqy dari Ibnu Abbas:

أنزل القرآن جملة واحدة إلى سماء الدنيا ليلة القدر ثم أنزل بعد ذلك في عشرين سنة

Di turunkan al-quran satu jumlah kepada langit dunia pada malam lailatul qadar kemudian di turunkan (kepada Rasulullah SAW) setelah demikian dalam masa 20 tahun. (H.R. Nasai, Hakim, Baihaqy, Ibnu Mandah)

3.Hadits riwayat Hakim dan Baihaqy:

عن ابن عباس أنه سأله عطية بن الأسود فقال أوقع في قلبي الشك قوله تعالى: {شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ} وقوله: {إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ} . وهذا أنزل في شوال وفي ذي القعدة وفي ذي الحجة وفي المحرم وصفر وشهر ربيع. فقال ابن عباس إنه أنزل في رمضان في ليلة القدر جملة واحدة ثم أنزل على مواقع النجوم رسلا في الشهور والأيام

Dari Ibnu Abbas, beliau di tanyakan oleh Athiyah bin Aswad, beliau (Athiyah) berkata : timbul keraguan dalam hati saya oleh firman Allah ta`ala

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآن  (al-Baqarah 185) dan firman Allah إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (al-qadar 1) sedangkan ayat ini di turunkan pada bulan syawal, bulan Zil qa’dah, Zil Hijjah, Muharram, Safar dan bulan Rabi`. Ibnu Abbasa berkata : sesungguhnya di turunkan al-quran dalam malam lailatul qadar secara satu jumlah keseluruhan kemudian di turunkan berdasarkan waktu kejadian dalam beberapa bulan dan hari karena sebagai kasih saying (bagi umat) (H. R. Thabrani)

Hikmah diturunkan al-quran ke Baitil ‘Izzah sebagaimana disebutkan oleh Abu Syamah adalah untuk mengagungkan al-quran sendiri dan Nabi Muhammad SAW dengan ditempatkan al-quran terlebih dahulu di Baitil Izzah.

Dimana tempat tersebut yang merupakan Ka’bahnya para malaikat maka hal ini menjadi satu pemberitahuan terlebih dahulu kepada penghuni langit bahwa al-quran ini adalah kitab yang mulia yang diturunkan kepada penutup Rasul untuk umat yang paling mulia, umat akhir zaman.

Semoga bermanfaat