Gus Baha: Sekilas Tragedi di Karbala 10 Muharram

 
Gus Baha: Sekilas Tragedi di Karbala 10 Muharram
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi di zaman sehat sebelum akhir hayatnya sering bercerita tentang Alkitab. Termasuk ketika beliau bercerita tentang jarak antara kejayaan islam. Bahkan Nabi SAW pernah bercerita jarak kejayaan islam dan Nabi SAW hanya 36 tahun. Banyak riwayat yang secara detail menceritakan bahwa nantinya cucu Nabi SAW yaitu Sayyid Husein terbunuh disuatu tragedi yang bernama karbala juga sudah diberikan bocoran oleh malaikat Jibril jauh sebelum tragedi itu terjadi.

Disebutkan di riwayat lain ada hal yang cukup ekstrim,  nanti di zaman akhir yang masuk neraka tidak hanya orang-orang yang bodoh atau lalai tetapi juga ada orang-orang sholeh ada juga yang masuk neraka. Naudzubillah

Orang Khawarij itu nampak terlihat seperti sholeh-sholehnya orang islam. Tetapi dengan adanya kesalehannya itu justru melahirkan tragedi dalam Islam. Karena dari pola pemahaman keshalehannya yang agaknya kurang tepat itu kemudian mengharamkan yang mubah, lalu mewajibkan yang Sunnah. Sehingga di titik-titik tertenu ini cukup berbahaya.

Kembali lagi, bahwa bentuk keshalehan itu terkadang bisa membentuk sebuah tragedi. Paling minimal adalah klaim atas kesalehan. Karena seringkali bentuk kesalehan atas nama agama itu langsung dihubungkan dengan Tuhan atau bertautan dengan hukum Allah.

Kita bisa belajar dari tragedi Karbala. Dikala itu ketika kelompok Khawarij yang memiliki pemahaman bahwa yang menentang hukum Allah berarti melawan Allah, dan melecehkan Allah. Sehingga ia beranggapan bahwa yang melakukan hal ini darahnya halal/boleh dibunuh karena telah menentang hukum Allah. Ini sungguh mengerikan jika mudah memfonis.

Tragedi antara kelompoknya Sayyidina Ali dan kelompoknya Muawiyah sebenarnya saat itu adalah tragedi duniawi, seperti halnya gejolak perebutan kekuasaan biasa. Tetapi dikarenakan dibumbui dengan agama dan ada yang merasa paling benar sendiri sehingga menimbulkan tragedi yang cukup besar efeknya dalam sejarah islam.

Ketika Khawarij meyakini Ali melahirkan pencederaan agama, dan kelompok Ali juga menuduh bahwa kelompok Muawyiiah juga melakukan pencederaan agama. Akhirnya ada sekelompok khawarij yang ditugasi untuk membunuh Sayyidina Ali, membunuh Muawiyyah, lalu ada juga yang ditugasi membunuh Amr bin Ash.

Sampai-sampai muncul kalimat ”Semua tokoh-tokoh besar islam itu melahirkan tragedi islam, sehingga harus dibunuh semua.” Nah keputusan itu, sehingga disebut lahir lewat “kesalehan”. Sehingga, kita jangan kaget ketika kala itu di Mesir, Sudan, Khartoum, Somalia jika sudah perang berani mati. Karena mereka mengatasnamakan agama. Sedangkan jika sudah mengatasnamakan agama maka ia akan merasa paling memiliki titah Allah. Sehingga lahirlah setelah itu kalangan syiah membantai sunni, atau orang Sunni membantai Syiah, menjadi merasa biasa. Semua terlahir karena merasa “paling benar”.

Sehingga dari situ kita harus bersyukur menjadi Bangsa Indonesia, jika tidak sepakat akan suatu hal tidak sampai ada tragedi berdarah.

Semenjak tragedi Ali-Muawiyyah yang mana kelompok mereka saling mudah memfonis. Sehingga Ali dibunuh, dan Muawiyyah sering mengalami percobaan pembunuhan. Muawiyyah sebenarnya juga akan dibunuh ketika akan mengimami subuh. Tetapi Muawiyyah tidak terbunuh karena subuh itu, ia sakit dan imamnya adalah wakilnya. Sehingga wakilnya lah yang terbunuh. Rencana pembunuhan ini adalah rencana kelompok khawarij. 


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahaudin Nursalim (Gus Baha). Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

________

Penulis: Athallah

Editor: Hakim