Kisah Teladan Hubungan Ayah dan Anak

 
Kisah Teladan Hubungan Ayah dan Anak
Sumber Gambar: Unplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ketika Nabi Ya’qub akan wafat, anak keturunannya dikumpulkan oleh beliau, lalu ditanya “Wahai anak ku, ketika aku wafat, setelah ini kalian akan menyembah siapa?, lalu anaknya menjawab “Saya tetap akan menyembah seperti apa yang diajarkan oleh leluhur-leluhur kita, yaitu mentauhidkan Allah SWT”  Sehingga tidak ada dipikiran mereka tentang apa yang akan didapat setelah orang tuanya meninggal, entah itu warisan, dagangannya, tanahnya, atau rumahnya. Yang ia pikirkan bukan untungnya setelah orangtuanya meninggal.

Dulu Kyai Nursalim (Abah Gus Baha) itu hormat juga ke anaknya yaitu Baha', yang sering kita sebut sebagai Gus Baha'. Mulai dari kecil abahnya Gus Baha sudah yakin, bahwa anaknya yang paling alim nantinya adalah Gus Baha. Dan ini juga disebutkan oleh Kakeknya Gus Baha. Pernah suatu saat kakeknya Gus Baha berkata ke Abahnya Gus Baha (Kyai Nursalim, ketika Gus Baha baru lahir “Besok cucuku yang alim itu Baha'. “ Maka terjadilah benar hal ini sekarang, Alimnya Gus Baha mulai terlihat dan masyhur sesuai dengan apa yang disebutkan Abah dan Kakeknya tersebut.

Dari kisah ini sehingga kita mendapat pelajaran bahwa baiknya hubungan antara anak dan bapak itu jangan takut karena urusan mentahuidkan Allah. Allah menganggap anak turun Ibrahim itu tidak hanya yang genetika, tetapi juga yang tidak genetika. Sehingga kita yang bukan kyai, bukan gus agar tidak sedih dan berpikir kesusahan, esok tetap bapaknya adalah Sayyidina Ibrahim AS. Itu adalah berita gembira bagi ia yang bukan putranya kyai atau tokoh agama.

Besok di hari akhir misalkan, Ketika Imam Ghazali dipersilahkan masuk surga, Sulthonul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Al Jilani dipersilahkan masuk surga, lalu para pecinta dan penggembiranya itu juga dimasukan surga oleh Allah SWT. Sejalan dengan apa yang pernah disabdakan Nabis SAW:

المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

"Seseorang itu akan bersama dengan siapa yang ia cintai"

 

Wallahu a'lam, Semoga kita mendapatkan manfaat dari kisah ini, dan senantiasa mendapat taufiq. Aamiin ya Rabbal alamin.


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Bahaudin Nursalim (Gus Baha). Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

______

Penulis : Athallah Hareldi