Doa untuk Diri Sendiri dan Keturunan agar Ditetapkan dalam Mendirikan Shalat

 
Doa untuk Diri Sendiri dan Keturunan agar Ditetapkan dalam Mendirikan Shalat
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Shalat fardhu lima waktu adalah bagian dari Rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh semua orang Islam yang telah aqil baligh. Shalat fardhu tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun, dalam keadaan bagaimanapun.

Sebagaimana tuntunan agama, jika seorang muslim tidak bisa melaksanakan shalat dengan berdiri, maka boleh melaksanakannya dengan duduk. Jika masih tidak bisa melaksanakan shalat dengan duduk, maka bisa dengan berbaring. Jika berbaringpun masih tidak bisa melaksanakan shalat, maka bisa dengan isyarat. Ketika isyarat pun tidak bisa dilakukan, maka tibalah saatnya menshalatkannya, sebab orang tersebut dipastikan telah berpulanng ke rahmatullah.

Shalat memang tidak bisa diwakilkan atau digantikan oleh apapun atau siapapun, tetapi Allah SWT memberikan rukhshoh (keringanan) berupa jama’ dan qashar. Shalat bisa dijama’ atau dipadukan, yakni melaksanakan dua shalat sekaligus dalam waktu yang bersamaan ketika melakukan bepergian. Lebih dari itu, jika telah menempuh batas tertentu diperbolehkannya melaksanakan qashar, yakni sekitar 83 KM, maka seseorang bisa melaksanakan shalat secara jama’ sekaligus qashar, artinya memadukan dan meringkas shalat, yang asalnya empat rakaat menjadi dua rakaat saja dalam satu waktu. Misalnya shalat Dhuhur dengan Ashar di waktu Dhuhur atau di waktu Ashar, demikian pula Maghrib dengan Isya’.

Mengenai sebuah kewajiban, harus dipahami bahwa perintah Allah SWT tidak mungkin membebankan sesuatu kepada makhluknya, kecuali akan memberikan keringanan di dalamnya. Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Demikian pula perintah shalat, tentu bukanlah sebuah perintah yang tidak bisa dilakukan oleh hamba-Nya. Allah mewajibkan kita melaksanakan shalat dengan disertai adanya keringanan di dalamnya dengan ketentuan-ketentuan yang sudah dijelaskan di atas.

Allah SWT juga berfirman:

اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

“Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103).

Jadi tidak ada alasan yang bisa menggugurkan kewajiban shalat, kecuali bagi seorang Muslimah yang sedang haid.

Selain sebagai perintah, shalat juga merupakan tiang agama. Jika shalat seseorang baik, maka baik pula agamanya. Namun sebaliknya, jika shalat seseorang rusak, maka rusak pula agamanya. Rasulullah SAW pernah bersabda:

الصَّلاةُ عِمادُ الدِّينِ، مَنْ أقَامَها فَقدْ أقَامَ الدِّينَ، وَمنْ هَدمَها فَقَد هَدَمَ الدِّينَ

“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya, sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu; dan barang siapa merobohkannya, sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu." (HR. Al-Baihaqi). 

Kita tidak hanya wajib mengingatkan diri sendiri terkait ibadah shalat fardhu, tetapi juga berkewajiban dalam mengingatkan anggota keluarga, khususnya anak turun kita yang sudah aqil baligh. Sebagaimana keterangan di dalam Kitab Risalatul Mu’awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah, karya Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad. Berikut teks terkait:

(وَعَلَيْكَ) بِحَمْلِ كُلِّ مَنْ لَكَ عَلَيْهِ وِلَايَةٌ مِنْ وَلَدٍ وَزَوْجَةٍ وَمَمْلُوْكٍ عَلَى فِعْلِ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَةِ. فَإِنْ اِمْتَنَعَ أَحَدٌ مِنْ هَؤُلَاءِ مِنْ فِعْلِهَا فَعَلَيْكَ بِوَعْظِهِ وَتَخْوِيْفِهِ، فَإِنْ تَمَرَّدَ أَوْ أَصَرَّ عَلَى التَّرْكِ فَعَلَيْكَ بِضَرْبِهِ وَتَعْنِيْفِهِ، فَإِنْ اِمْتَنَعَ وَلَمْ يَنْزَجِرْ عَنِ التَّرْكِ فَعَلَيْكَ بِمُقَاطَعَتِهِ وَمُدَابَرَتِهِ فَإِنَّ تَارِكَ الصَّلَاةِ شَيْطَانٌ بَعِيْدٌ عَنْ رَحْمَةِ اللهِ، مُتَعَرَّضٌ لِغَضَبَهِ وَلَعْنَتِهِ

“Wajib bagi Anda memerintahkan kepada siapa saja yang berada di bawah kepemimpinan Anda, baik anak, istri, pelayan, dan sebagainya, agar melaksanakan shalat. Jika salah seorang dari mereka tetap enggan melaksanakannya, haruslah Anda nasihati jika perlu menakutinya. Jika masih terus membangkang dan berkeras hati untuk tetap mengabaikan shalat, haruslah Anda memarahinya ataupun menghukumnya. Jika sesudah itu semua ia masih tetap menolak, wajiblah Anda mendiamkannnya dan menolak hubungan dengannya, sebab orang yang meninggalkan shalat serupa setan yang jauh dari rahmat Allah serta menjadi sasaran murka dan kutukan-Nya.”

Tuntunan dan tuntutan agama yang telah dipaparkan di atas terkait dengan shalat tidak bisa diabaikan. Karena itu, kita harus mempunyai perhatian yang serius terkait dengan ibadah shalat fardhu tersebut, baik untuk diri sendiri maupun untuk anggota keluarga atau anak turun kita.

Terkait hal ini, selain harus memperhatikan shalat kita sendiri dan mengingatkan keluarga atau anak turun dalam melaksanakan shalat, di dalam Al-Qur’an ditemukan satu doa yang dibaca oleh Nabi Ibrahim AS, agar Allah SWT menetapkan kita dan anak turun kita sebagai golongan orang yang senantiasa mendirikan shalat. Doa ini terdapat di dalam Surat Ibrahim ayat 40:

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan sebagian anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Dengan doa inilah kita memohon kepada Allah SWT agar kita dan keturunan kita ditetapkan sebagai bagian dari orang-orang yang mendirikan shalat.

Bagaimanapun hasilnya, doa adalah ibadah. Sebab Allah SWT juga menganjurkan agar kita berdoa kepada-Nya, dan telah berjanji akan mengabulkannya. Sebagaimana keterangan di dalam Hadis, Rasulullah SAW bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ  وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

"Doa adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca ayat (QS. Ghafir: 60): “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’”

Semoga Allah SWT mengabulkan doa kita semua, dan menetapkan kita, keluarga kita serta anak turun kita sebagai orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat. Amin. []


Editor: Hakim