Waspadalah! Beda Tipis antara Mensyukuri Nikmat dan Merayakan Syahwat

 
Waspadalah! Beda Tipis antara Mensyukuri Nikmat dan Merayakan Syahwat
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Di dalam Kitab Syarah Hikam Ibnu Athaillah terdapat keterangan yang mencengangkan. Aforisme yang terkandung di dalam Kitab Hikam memang tidak pernah habis membuat kagum dan takjub tapi juga menampar kesalahpahaman para peniti jalan Ilahi.

Ibnu Athaillah As-Sakandari mengatakan dalam hikmah ke-20:

مَا أَرَادَتْ هِمَّةُ سَالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَمَا كُشِفَ لَهَا، إِلَّا وَنَادَتْهُ هَوَاتِفُ الْحَقِيْقَةِ: الَّذِىْ تَطْلُبُ أَمَامَكَ. وَلَا تَبَرَّجَتْ لَهُ ظَوَاهِرُ الْمُكَوَّنَاتِ، إِلَّا وَنَادَتْهُ حَقَائِقُهَا: اِنَّمَا نَحْنَ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

“Tujuan utama pejalan Akhirat bukan menginginkan tersingkap cahaya-cahaya. Jika itu terjadi, maka suara-suara kebenaran akan menyeru ‘yang kamu cari (bukan itu) tapi ada di depanmu; dan tidaklah rahasia-rahasia alam akan tampak baginya, kecuali suara-suara kebenaran akan berteriak ‘kami adalah fitnah, maka janganlah kamu kufur’.”

Dari keterangan itu bisa dijabarkan dengan lebih sederhana bahwa ketika kita sedang dalam perjalanan riyadhah, atau melatih diri meniti jalan Tuhan, maka kita tidak boleh berhenti meski mendapatkan sesuatu yang disebut oleh banyak orang sebagai karomah, kasyaf, atau hal-hal lain yang di luar kebiasaan. Karena hakikatnya itu semua adalah cobaan dalam perjalanan menuju atau

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN