Teladan Mulia Syarifah Zahra binti Abdullah Al-Haddar, Ibunda Habib Umar bin Hafidz

 
Teladan Mulia Syarifah Zahra binti Abdullah Al-Haddar, Ibunda Habib Umar bin Hafidz
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Siapa yang tak mengenal sosok Habib Umar bin Hafidz? Ulama dari Kota Tarim yang sering berkunjung ke negara tercinta kita ini sudah tidak dapat ditanya lagi bagaimana kesuksesan beliau dalam dakwahnya.

Namun, di balik kesuksesan seorang lelaki pasti ada wanita hebat di belakangnya. Tidak lain, semua itu adalah berkah dari didikan dan doa Ibunda Habib Umar. Beliau adalah Syarifah Zahra binti Abdullah Al-Haddar. Sosok wanita sholihah yang hidup dalam kesederhanaan dan dihiasi sifat tawadhu’ yang luar biasa.

Dalam banyak kesempatan, tidak sedikit orang yang menyaksikan Habib Umar menangis ketika bercerita tentang ibunda tercintanya itu. Beliau pernah berkata dalam acara ta’ziyah wafatnya sang ibunda.

“Betapa sering kami saksikan beliau sujud dan rukuk di tengah malam yang kadang disertai tangisan yang begitu iba, hingga kadang kala salah satu dari keluarga datang menemui beliau karena khawatir terjadi sesuatu. Mereka bertanya, ‘Ada apa? Apa yang terjadi di rumah?’”

“Ternyata beliau dalam keadaan sujud di hadapan Tuhan-Nya. Di dalam khalwatnya, beliau bermunajat kepada Allah, sementara di saat yang sama banyak orang lain sedang terlelap di dalam tidurnya.”

Habib Umar juga menjelaskan bahwa ibundanya adalah contoh seseorang yang senantiasa kembali kepada Allah SWT, selalu mengingat mati dan selalu berharap meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Syarifah Zahra itu sangat terkenal bahwa beliau adalah orang yang selalu meminta doa kepada siapa saja yang beliau temui, baik yang besar maupun yang kecil, dan juga kepada setiap orang yang mendatangi beliau.

Tetapi jika ada orang yang meminta doa, Syarifah Zahra menjawab, “Siapalah saya ini, sehingga mendoakan kalian.”

Masya Allah, ini adalah teladan sifat tawadhu’ yang luar biasa.

Diceritakan pula bahwa Habib Ali Al-Jufri pun tiap kali meminta doa, Syarifah Zahra selalu menjawab,

“Saya yang seharusnya didoakan, wahai anakku.”

Tentang sifat qana’ah yang dimiliki oleh Syarifah Zahra, pernah suatu ketika Habib Umar juga bercerita bahwa ibundanya itu adalah sosok yang menerima apa adanya hidup bersama dengan suaminya yang tidak memiliki apapun. Bahkan ketika baru menikah, ayah Habib Umar tidak membawakan apa-apa untuknya selain beberapa peralatan dapur. Hal itu mengingatkan Habib Umar kepada kesederhanaan hidup Sayyidah Fatimah Az-Zahra, yang mana pada malam pernikahannya, tidak dibawakan barang berharga sedikit pun oleh calon suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Tentang sifat sabar, keteladanan Syarifah Zahra tentu memberikan inspirasi kepada berbagai kalangan. Diceritakan bahwa dalam mendidik delapan anak-anaknya, beliau dengan sabar menjalaninya seorang diri setelah sang suami, Habib Muhammad bin Hafidz ditangkap oleh komunis, dan tak pernah kembali. Tidak ada yang tahu sama sekali tentang keberadaan suaminya tersebut sampai sekarang. Penangkapan itu terjadi ketika Habib Umar masih berusia 9 tahun. Meski demikian keadaannya, Syarifah Zahra tetap sabar dan tak ada keluhan sedikitpun, kecuali kepada Allah SWT di munajat malamnya.  

Ketika Syarifah Zahra ditanya apa sebenarnya rahasia keberhasilan dalam mendidik putra-putrinya hingga seperti sekarang ini, maka beliau akan menjawab dengan tawadhu’ bahwa semua itu adalah atas kehendak Allah SWT.

Di antara nasihat Syarifah Zahra, beliau pernah berpesan kepada wanita yang sedang hamil agar selalu menjaga diri dari makanan syubhat dan tetap menjaga hati untuk selalu berprasangka baik kepada siapapun.

Demikianlah kisah teladan tentang keindahan akhlak ibunda Habib Umar bin Hafidz, Syarifah Zahra binti Habib Abdullah Al-Haddar. Kisah ini dimuat di dalam Buku Kisah dan Hikmah Wanita Hadramaut karya Hamid Ja’far Al-Qodri.

Semoga bermanfaat. []


Editor: Hakim