Rabu Wekasan Adalah

 
Rabu Wekasan Adalah
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Allah menciptakan bumi selama dua hari, yaitu ahad dan senin. Lalu pada hari selasa dan rabu menciptakan kekuatan kepada bumi yaitu dengan mengadakan gunung. Dan membuat langit juga dua hari, yaitu pada kamis dan jumat.

Sebagian ulama ahli kasyaf mengatakan, pada hari rabu wekasan atau rabu akhir bulan shafar, itu tempat tumpuan bala musibah dan cobaan. Dalam kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Abdul Hamid Kudus menyebutkan bahwa, "Allah menurunkan ratusan ribu jenis musibah dan kesialan pada hari Rabu terakhir bulan Safar," dimana hal ini yang nantinya menjadi dasar dilakukannya ritual menolak musibah di Rebo Wekasan. Sehingga pada hari rabu akhir bulan shafar tersebut disarankan sholat empat rakaat hingga melakukan sedekah. Dimana dalam shalat sunnah tersebut membaca surat Al Kautsar 17x setelah fatihah. Lalu membaca Al Ikhlas 5x, dan membaca Al Falaq dan An  Nas. Dimana bahwa Quran surat Al Kautsar menyebutkan: 

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ (١)

1.Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak

 

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ (٢)

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah

 

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ (٣)

3.Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus

Sehingga jika kita membaca 17 kali Al kautsar, maka kita akan hidup enak, dan orang yang memusuhi akan terhempas. Lalu membaca Al Ikhlas, dimana Al Ikhlas adalah tentang mengesakan Allah. Sehingga ketika ada bahaya bala’ dari manapun akan tertolak. Begitu juga dengan Al Falaq dimana surat ini berisi tentang berlindung kepada Allah dari kejahatan makhluk maupun dari kejahatan di malam hari.

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ (٢)

2. dari kejahatan makhluk-Nya,

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ (٣)

3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

Dan Surat An Nas dimana isi surat ini, adalah anjuran supaya manusia memohon perlindungan kepada Allah terhadap pengaruh hasutan jahat setan yang menyelinap di dalam diri.

KH. Maimun Zubair menjelaskan, Shafar itu kuning maknanya. Setiap yang kuning itu artinya pucat menurut orang arab. Kalau pucat itu artinya kosong. Sehingga seakan-akan bumi ini diciptakan di bulan Shafar. Jika kita ingat kejadian penciptaan, lalu dikembalikan kepada Allah, maka akan selamat dari bahaya dan bala’.

 Di samping itu, dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi SAW bersabda: "Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang." (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, hadits tersebut adalah respon Rasulullah SAW terhadap tradisi yang berkembang di masa jahiliyah. Lalu Ibnu Rajab menulis: Maksud hadits di atas, orang-orang jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut.

Tetapi pada hakikatnya amalan-amalan seperti  shalat sunnah Hajat Lidaf’il Bala’ dan sedekah yang bisa dilakukan ini, adalah untuk mendekatkan diri pada Allah agar terhindar dari bencana. Sebab, Allah Maha Adil, dan Allah adalah yang Maha Menciptakan.
Berkaitan dengan sedekah, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: {الصَّدَقَةُ تَرُدُّ البَلاَء وَتُطَوِّلُ العُمْرَ}.

“Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur”.

Syaratnya shadaqah diterima Allah yaitu, kita tidak merasa memberikan sedekah kepada orang lain. Seperti butuhnya orang lain tersebut terhadap sedekah dari kita. Karena hakikatnya, kita sama-sama membutuhkan. Yaitu membutuhkan rahmatnya Allah dan pemberian dari Allah. Kita membutuhkan pahala dari Allah dari sedekah tersebut, berarti membutuhkan seseorang yang menerima sedekah tersebut. Sehingga ketika kita sedekah, maka butuh orang yang disedekahi. Sehingga tidak sampai perasaan sombong bahwa kita bisa memberi orang lain. Karena hakikatnya kita sama-sama membutuhkan manfaat.

Sehinga semoga dengan amalan-amalan Sunnah tersebut, semoga Allah SWT menjauhkan kita, keluarga, dan negeri ini dari bala’ musibah. Aamiin Ya Raabbal Alamin

Wallahu A’lam


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Maimoen Zubair. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

_______

Penulis: Athallah Hareldi