Biografi Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah, Professor Perempuan Pribumi Pertama dan Pejuang Pendidikan Kaum Wanita

 
Biografi Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah, Professor Perempuan Pribumi Pertama dan Pejuang Pendidikan Kaum Wanita

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Madrasah

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
Syaikhah Rahmah El-Yunusiah lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 29 Desember 1900. Beliau merupakan anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafi’ah. Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah lahir di sebuah rumah gadang jalan Lubuk Mata Kucing, Kanagarian Bukit Surungan.

1.2 Riwayat Keluarga
Syaikhah Rahmah dalam usia 16 tahun dinikahkan oleh keluarga beliau dengan Bahauddin Lathif, seorang ulama dari Sumpur. Pernikahan mereka berlangsung pada 15 Mei 1916 dan berakhir (bercerai dengan suami beliau, karna menolak dipoligami) pada 22 Juni 1922. Dari pernikahan beliau tidak dikaruniani anak. Meski demikian, Syaikhah Rahmah memiliki sepupu dari keluarga ibu, Isnaniah Saleh, yang kelak meneruskan kepemimpinannya di Diniyah Putri.

1.3  Wafat
Beliau wafat pada tanggal 26 Februari 1969 (umur 68) di Padang Panjang, Sumatra Barat. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman keluarga yang terletak di samping rumah beliau.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan

Syaikhah Rahmah sempat belajar di Diniyah School yang dipimpin kakak beliau, Zainuddin Labay El-Yunisy. Tidak puas dengan sistem edukasi yang mencampurkan pelajar putra dan putri, Syaikhah Rahmah secara inisiatif menemui beberapa Ulama Minangkabau untuk mendalami agama, hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke-20 di Minangkabau. Selain itu, beliau mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat yang kelak beliau ajarkan kepada murid-murid beliau.

2.2  Guru-Guru

  1. Syekh Muhammad Yunus (ayah),
  2. Zainuddin Labay El-Yunisy (kakak),
  3. KH. Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka),
  4. Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim,
  5. Syekh Muhammad Jamil Jambek,
  6. Syekh Abdul Latif Rasyidi,
  7. Syekh Daud Rasyidi.

3.  Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Mendirikan Madrasah
Syaikhah Rahmah dikenal sebagai pendiri perguruan untuk wanita Islam pertama di Indonesia yakni Madrasah Diniyah Puteri (Madrasah Diniyah li Al-Banat) di Padang Panjang. Perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga sekolah tinggi.

Maka pada tanggal 01 November 1923, bersamaan dengan usia beliau yang hampir masuk ke 23 tahun, akhirnya Syaikhah Rahmah dengan dukungan dari kakak beliau, Zaenuddin Labay, beserta teman-teman perempuan beliau di PMDS (Persatuan Murid-murid Diniyyah School) memutuskan untuk mendirikan sekolah khusus Perempuan yang dinamai Diniyah School Putri atau Madrasah Diniyah li al-Banat yang bertempat di Masjid Pasar Usang.

Saat itu, murid beliau masih berjumlah 71 murid dan terdiri dari ibu-ibu muda, termasuk putri dari Teungku Panglima Polim dan Hj. Rangkayo Rasuna Said. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah beliau adalah fiqih, tafsir, tauhid, hikmah tasyri, adab, nahwu, sharaf, ilmu bumi, ushul fiqih, sejarah Islam dan menulis Arab sebagai dasar ilmu agama. Lalu mata pelajaran keputrian, pendidikan rumah tangga, bahasa Inggris, bahasa Belanda serta keterampilan seperti memasak, menenun, menjahit dan sebagainya.

Kurikulum pendidikan yang beliau buat mencakup ilmu yang mendasar dan dibutuhkan bagi seorang wanita, untuk membentuk peran beliau dalam masyarakat dan secara keseluruhan sebagai guru dalam keluarga. Tujuan besar dan mulia dari pendidikan Diniyah puteri yang beliau dirikan ini yaitu:

“Membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah subhanahu wata’ala”

“Diniyah School Puteri ini selalu akan mengikhtiarkan penerangan agama dan meluaskan kemajuannya kepada perempuan-perempuan yang selama ini susah mendapatkan penerangan agama Islam dengan secukupnya daripada kaum laki-laki. Inilah yang menyebabkan terjatuhnya penerangan perempuan Islam daripada penerangan agamanya sehingga menjadikan kaum perempuan itu rendam karam ke dalam kejahilan”

Syaikhah Rahmah sendiri merupakan pribadi yang giat mencari ilmu. Selain belajar agama kepada sejumlah ulama, beliau juga mempelajari dan menekuni berbagai ketrampilan yang mestinya dimiliki oleh kaum wanita. Memasak, menenun dan menjahit merupakan keterampilan yang beliau miliki.

Beliau juga berupaya menularkan ketrampilan ini kepada kaum perempuan yang ada di sekitar beliau. Bahkan Syaikhah Rahmah kemudian mendirikan sebuah sekolah kejuruan, yakni sekolah tenun pada tahun 1936. Untuk memenuhi tenaga pengajar perempuan, Syaikhah Rahmah mendirikan sebuah sekolah guru untuk perempuan pada tahun 1937.

Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah ingin menerapkan konsep pendidikan sepanjang masa dari ide pemikiran beliau. Tercermin dalam model pendidikan yang didirikan beliau mulai dari masa anak-anak, Freubel School (semacam Taman Kanak-kanak). Beliau kemudian juga mendirikan pendidikan lanjutan berupa Junior School (setingkat HIS), Madrasah Diniyah Putri yang mencakup Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, hingga program untuk calon guru Kulliyat al Mu’alimat al-Islamiyah.

Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi Universitas Al-Azhar membuka Kulliyatul Banat, fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. Dari Universitas Al-Azhar, Syaikhah Rahmah mendapat gelar kehormatan "Syaikhah" gelar yang belum pernah diberikan sebelumnya. Sewaktu Beliau berkunjung ke Mesir pada 1957, setelah dua tahun sebelumnya Imam Besar Al-Azhar Abdurrahman Taj berkunjung ke Diniyah Putri. Di Indonesia, pemerintah menganugerahkannya tanda kehormatan  Bintang Mahaputra Adipradana secara anumerta pada 13 Agustus 2013.

Selain itu Syaikhah Rahma juga dikenal sebagai pelopor terbentuknya Tentara Kemanan Rakyat (TKR), ADI (Anggota Daerah Ibu) hingga menjadi TNI Batalyon Merapi. Syaikhah Rahma aktif dalam menentang berbagai kolonialisasi yang terjadi pada masa beliau, seperti menuntut dan menentang pengerahan kaum perempuan Indonesia terutama di Sumatera Tengah sebagai jugun ianfu (perempuan penghibur) tentara Jepang, yang akhirnya berhasil mereka bebaskan. Karena pembelaan beliau terhadap Islam dan jiwa ksatriaan yang dimiliki beliau, pemuda-pemuda pejuang kemerdekaan menyebut beliau sebagai Bundo Kanduang (Ibu Kandung) dari barisan perjuangan.

Syaikhah Rahmah El-Yunusiyah juga pernah menjadi anggota pengurus Serikat Kaum Ibu Sumatra (GKIS) Padang Panjang, organisasi yang berjuang menegakkan harkat kaum wanita dengan menerbitkan majalah bulanan. Aktivitas beliau yang lain adalah mendirikan Khuttub Khannah ( taman bacaan) untuk masyarakat. Syaikhah Rahmah juga tercatat sebagai salah seorang pendiri partai Masyumi di Minangkabau. Beliau cukup aktif dalam mengembangkan Masyumi, sampai pada pemilu tahun 1955, Syaikhah Rahmah dicalonkan oleh partainya dan terpilih menjadi anggota Parlemen (DPR) mewakili Sumatra Tengah (1955-1958).

5. Referensi

  1. Oleh: Bambang Galih Setiawan – Alumni Ma’had Aly Imam al Ghazally Surakarta
  2. Susiyanto, “Syaikhah Rahma el Yunusiah: Pendidik dan Ibu Kandung Perjuangan”,
  3. Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, hlm. 50.
  4. Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Bandung: Tria Pratama, 2014, hlm. 536.
  5. Hamka, Ajahku:Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Djakarta: Penerbit Djajamurni, 1967, hlm. 265.
  6. Rahmah el Yunusiah: Perintis Sekolah Wanita Islam di Indonesia”,
  7. Ahmad Syahirul Alim, “Rahmah el Yunusiah, Pelopor Pendidikan Muslimah Indonesia”,
  8. Hamka, Ajahku:Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Djakarta: Penerbit Djajamurni, 1967, hlm. 265.
  9. Junaidatul Munawaroh, Rahmah El Yunusiyah: Pelopor Pendidikan Perempuan, dalam Jajat Burhanudin dan Oman Fathurrahman (ed), Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan, Jakarta: Gramedia, 2004.
  10. Hamka, Buya Hamka Berbicara Tentang Perempuan, Jakarta: Gema Insani, 2014.
  11. H. Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2009, hlm.54.
  12. Sarah Mantovani, “Rahmah el Yunusiyyah, Mujahidah tanpa Emansipasi”,
  13. Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, hlm. 50.
  14. Susiyanto, “Syaikhah Rahma el Yunusiah: Pendidik dan Ibu Kandung Perjuangan”,
  15. Adian Husaini, Pendidikan Islam, Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab, Jakarta: Komunitas NuuN, 2011, hlm. 155.

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 7 Oktober 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 26 Februari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya