Info Harian Laduni: 28 Oktober 2023

 
Info Harian Laduni: 28 Oktober 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 28 Oktober ini menjadi momentum bagi kita semua merayakan hari kelahiran KH. Maimoen Zubair dan KH. Hasan Saifur Rijal Genggong. Serta menjadi momentum bagi kita semua untuk mengenang kepergian KH. Abdurrahman Mustafa NTT.

KH. Maimoen Zubair atau yang biasa disapa akrab dengan Mbah Moen adalah putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Beliau dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348 H bertepatan dengan 28 Oktober 1928.

Ayahanda Mbah Moen, Kiai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Kedua guru tersebut adalah sosok ulama yang tersohor di Yaman.

Setelah dirasa cukup untuk menimba ilmu, akhirnya Mbah Moen kembali ke Sarang dan mengabdi kepada masyarakat di sana. Pada tahun 1965, Mbah Moen mendirikan Pesantren Al-Anwar. Pesantren inilah kemudian menjadi rujukan para orang tua, untuk memondokan anaknya untuk belajar kitab kuning dan turats. Sehingga akhirnya, masyarakat Sarang mengenal KH. Maimoen Zubair sebagai sosok ulama yang kharismatik.

KH Maimun Zubair merupakan sosok yang menjadi teladan bagi ummat, tak hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Semua perilaku beliau sesuai dengan perkataannya sehingga menjadi panutan umat. Beliau adalah seorang Ulama yang keberadaannya sudah langka.

“Sangat susah dan langka kita temukan Ulama kharismatik seperti Mbah Maimun, ibaratnya Mencari sosok Mbah Mun itu ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.” Ungkap KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus saat memberikan tausiyah pada acara 40 Hari Memperingati wafatnya KH Maimun Zubair yang diadakan di Ponpes Raudlatut Tholibin, Leteh, Rembang.

Gus Mus menambahkan, Mbah Mun sangat memuliakan semua tamu dari semua kalangan, baik dari kalangaan rakyat jelata hingga pejabat. Sehingga pantas saja, bila semua rakyat Indonesia bersedih. “Memperlakukan siapa saja dengan mulia, ini yang harus kita teladani dan kita tiru dari Mbah Maimun. Beliau menerima tamu dari semua kalangan, yang baik dan yang tidak baik, yang santri dan tidak santri semua disambut dengan baik, tanpa membeda-bedakannya” kata Gus Mus.

KH. Hasan Saifur Rijal lahir pada 28 Oktober 1928 atau yang bertepatan pada 13 Jumadil Awal 1347 H di Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Mohammad Hasan dan Nyai Hj Siti Aminah binti H. Bakri.

Didikan yang tepat dari kedua orang tua membuat Non Ahsan tumbuh menjadi pribadi yang mengesankan. Beliau dikenal sebagai anak tawaddhu' (patuh). Sikap patuh yang tinggi diwujudkan dalam kesehariannya. Di hadapan sang ibunda, tak sekalipun Non Ahsan mengucapkan kata “tidak”. Khususnya ketika beliau diperintahkan untuk melakukan sebuah tugas.

KH. Hasan Saifur Rijal Muda dikenal sosok pemuda yang cerdas. Kecerdasan itulah yang memudahkannya menuntut ilmu. Karena itu cukup sering KH. Hasan Saifur Rijal diajak sang ayahanda untuk mengikuti berbagai acara pengajian. Bahkan pernah diundang untuk berceramah di pengajian umum. Pertama kali menjadi muballigh adalah ketika usia beliau masih 10 tahun. Saat itu, beliau masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Menilik pada sejarah panjang kehidupan beliau, patriotisme membela negara adalah salah satu bentuk ibadah dan pengabdiannya kepada bangsa. Seakan beriringan dengan semangat kelahiran sumpah pemuda yang bersamaan dengan kelahiran beliau.

Sebuah bukti, tak lain ketika terjadi agresi militer belanda ke-2 pada 1948. Kala itu usia beliau masih 20 tahun, KH. Hasan Saifur Rijal sudah memimpin perang gerilya di Tulangan, Sidoarjo. Beliau tergabung dalam Laskar Hizbullah.

KH. Abdurahman Mustafa wafat pada jam 18.30 WITA, hari Rabu, 28 Oktober 2020, di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

KH. Abdurrahman Mustafa lahir pada 7 Juli 1938, di perkampungan Islam tertua Islam, kampung Air Mata, di Kecamatan Kota Raja, Kota Provinsi Kupang Nusa Tenggara Timur.

KH. Abdurrahman Mustafa adalah seorang tokoh ulama pejuang sejak masa orde lama menyebarkan Ahlusunah wal Jama’ah di kota Kupang maupun di beberapa kabupaten kota di wilayah pulau Flores, wilayah Pulau Timor dan wilayah pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejak kecil KH. Abdurrahman Mustafa sudah dikenalkan dengan prinsip-prinsip ke-NU-an oleh seluruh rumpun keluarganya. Beliau menjalankan amanah dengan meneruskan syiar Islam semasa muda melalui berbagai kegiatan organisasi kepemudaan, mengadakan pengajian di beberapa TPA khusus masjid di wilayah kota Kupang, melaksanakan yasinanan bergilir dan mengajar qunut pada kelompok-kelompok pengajian.

KH. Abdurrahman Mustafa berpesan kepada seluruh kaum Nahdiyin di NTT agar tetap menjaga paham Ahlusunnah wal Jamaah sebagai landasan dasar Islam yang banyak dianut oleh mayoritas umat Islam sehingga cenderung paling benar hujjahnya. Beliau juga dengan tegas mengatakan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin, yang tetap menjaga nilai-nilai toleransi di antara sesama umat Islam maupun di antara kelompok pemeluk agama lainnya.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah