Biogafi KH. Ahmad Abrori Akwan, Muasis Pesantren Al-Hidayat Pesawaran

 
Biogafi KH. Ahmad Abrori Akwan, Muasis Pesantren Al-Hidayat Pesawaran

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Ahmad Abrori Akwan lahir di Bindu, Peninjauan, OKU, Sumatera Selatan pada tanggal 31 Desember 1947. Beliau adalah putra kedua dari lima bersaudara dari pasangan Kiyai Ahmad Akwan bin Hasbullah dan Nyai Sayyah binti Muhammad Sholih

1.2 Wafat
Beliau wafat pada hari Senin 25 Juni tahun 2012 di Kedinding Surabaya, seusai mengikuti acara Chaul Masyayikh di Pondok Pesantren al-Fithroh Kedinding Surabaya.

1.3 Riwayat Keluarga
Pada tanggal 16 Agustus 1972 / 7 Rajab 1392, saat itu beliau masih nyantri di pesantren KH. Ma’shum Lasem, beliau dinikahkan oleh KH. Ma’shum dengan seorang gadis yang juga santri KH. Ma’shum, yaitu Nur Aini binti Haji Afnan Gresik. Ketika walimatul ‘urs di Gresik, beliau diakadkan kembali oleh waliyullah Mursyidut-Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah as-Syaikh Muhammad Utsman al-Ishaqi ayahanda Syaikhina wa Murobbi ruhina Ahmad Asrori Utsman al-Ishaqi RA. Kemudian pada tahun 1974 beliau pulang (“boyong”, istilah pesantren) dari pesantren mbah Ma’shum ke tempat kelahiran Istrinya, yaitu daerah Gresik.

Dalam pernikahan KH. Ahmad Abrori Akwan dengan Nyai Hj. Nur Aini ini oleh Allah di karuniai enam orang putra putri, yaitu. Hj. Lu’lu’ul Ma’shumah, KH. Ahmad Ma’shum Abror, KH. Rusydi Ubaidillah Abror, H. Muhammad Yusuf. S. Si, Hj. Nia Zainiah, dan Hj. Durrotun Nafisah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Kemudian pada tahun 1963 beliau memulai pengembaraannya ke jawa dalam rangka menuntut ilmu agama, tepatnya di pondok pesantren an-Nur Lasem Rembang Jawa Tengah dalam asuhan KH. Manshur bin KH. Kholil Zuhdi, salah satu katib pribadi Syaikh Mahfudz Termas dan salah seorang dari pendiri Organisasi Nahdlotul Ulama’.

Tetapi KH. Ahmad Abrori Akwan hanya sebentar di Pesantren an-Nur ini. Selanjutnya beliau pindah ke Pesantren al-Hidayat Soditan Lasem Rembang Jawa Tengah, dalam asuhan waliyullah KH. Ahmad Ma’shum (mbah Ma’shum Lasem) bin Ahmad bin Abdul Karim, yaitu ayahanda mbah Ali Ma’shum Krapyak Jogjakarta.

Selama di pesantren al-Hidayat, beliau tidak cuma di tempah dengan ilmu-ilmu agama oleh mbah Ma’shum, tetapi juga tentang hidup bermasyarakat, menghadapi kehidupan dan berorganisasi. Hal ini terlihat dari seringnya beliau di ajak jalan-jalan dari desa ke desa dalam rangkah berdakwah oleh KH. Mashum, dan di suruh membantu mengurusi kebutuhan keluarga KH. Ma’shum, serta ikut mengurusi pondok pesantren dan anak-anak muda di lingkungan pesantren.

Sehingga karena keuletan dan ketekunan beliau dalam membantu urusan keluarga KH. Ma’shum, oleh KH. Ma’shum sekeluarga, beliau dianggap seperti anak atau keluarga sendiri.

Selama di Gresik ini beliau kembali mendalami  ilmu  agama, tetapi kali ini beliau ditempah dengan ilmu tasawuf oleh Syaikh Muhammad Utsman al-Ishaqi.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. KH. Kholil Zuhdi
  2. KH. Ahmad Ma’shum
  3. Syaikh Muhammad Utsman al-Ishaqi

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pada tahun 1979 atas perintah KH. Ma’shum agar beliau kembali ke Lampung dan mendirikan pesantren di lampung, maka pada tahun tersebut beliau pulang ke Gerning Tegineneng Lampung Selatan (sekarang Pesawaran) dan pada tahun 1980 beliau memulai mendirikan Pondok Pesantren yang beliau beri nama seperti almamaternya yaitu Al-Hidayat di Desa Gerning Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran yang sekarang menjadi YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAT.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau

  1. KH. Ahmad Ma’shum Abror
  2. KH. Rusydi Ubaidillah Abror

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Buya Abrori demikian beliau kerap dipanggil santri, wali santri dan masyarakat umum, selain aktif dan sibuk dalam mengurusi organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, dikenal juga sebagai orator ulung atau “Macan Podium”.

Hal itu karena Buya Abrori mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit menjadi lebih jelas dan gamblang, pidatonya mudah diterima semua kalangan. Beliau sanggup membuat hal-hal yang berat menjadi ringan, sesuatu yang sebenarnya membosankan menjadi mengasyikkan, sesuatu yang kelihatannya sepele menjadi amat penting.

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional
Pengasuh pesantren Al Hidayat Pesawaran, Lampung
 

Karier Organisasi

  1. Menjadi Ketua GP Ansor Ranting Pon-Pes Lasem (1967 – 1970)
  2. Ketua Bidang Pendidikan Remaja se-Kabupaten Gresik (1977 – 1979)
  3. Katib Syuriah PWNU Propinsi Lampung (1984 – 1989)
  4. Ketua Dewan Fatwa MUI Propinsi Lampung (1987 – 1992)
  5. Wakil Ro’is Syuriah PWNU Propinsi Lampung (1990 – 1995)
  6. Dewan Penasehat  MUI Propinsi Lampung (1992 – Sekarang)
  7. Rois Syuriah PWNU Propinsi Lampung (1996 – 2002)
  8. Mustasyar PWNU Propinsi Lampung (2002 – Sekarang)
  9. A’wan Syuriah PBNU (Pengurus Besar Nahdlotul Ulama) (2005 – 2010)

5. Referensi

https://www.nupesawaran.or.id

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya