Biografi KH. Bahruddin Kalam, Mursid Tarekat Thoriqoh Naqsyabandiyah Pasuruan

 
Biografi KH. Bahruddin Kalam, Mursid Tarekat Thoriqoh Naqsyabandiyah Pasuruan

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Mohammad Bahruddin (almarhum) kelahiran Juwet-Porong-Sidoarjo, 1346 H/1926 M. Ayah beliau bernama Kyai Kalam kelahiran Trenggalek, dan sekarang menetap di Dusun Juwet-Porong-Sidoarjo. Dan Ibunya bernama Nyai Safurotun, kelahiran Pelem-Kertosono-Nganjuk. Beliau mempunyai saudara sebanyak 12 orang yaitu; Adinah, Mustajib, M. Bahruddin, Asmuri, Asro, Slamet, Jami’atun, Nafi’atun, Abd. Manaf, Abd. Manan, dan Habisun.

1.2 Riwayat Keluarga
Kemudian beliau dinikahkan dengan putri Kyai Imam As’ari yang bernama Siti Safurotun pada tahun 1950 M tersebut. Waktu itu beliau masih berumur 24 tahun. Kemudian tahun 1953 beliau dikaruniai putra yang kemudian diberi nama Mohammad Sholeh. Selain itu, beliau juga mendalami ilmu thoriqoh ke ayahnya sendiri yaitu Kyai Kalam di Juwet, Porong, Sidoarjo.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
KH. Mohammad Bahruddin belajar ilmu thoriqoh di pondok Kyai Imam As’ari Ngoro, Mojosari, Mojokerto selama ± 20 hari. Pada waktu putranya, Kyai Sholeh masih berumur satu tahun, Kyai Bahruddin mondok di Pondok Al-Mukarom Kyai Munawir Tegalarum, Kertosono, Nganjuk, perlu untuk menuntuy ilmu thoriqoh dan sebagainya. Pertama, beliau ngaos 40 hari, setelah selesai beliau mohon pamit untuk pulang, karena sudah sangat rindu kepada istrinya, tetapi kyai Munawir tidak memperkenankannya, walaupun hanya dua hari, justru kyai Munawir menganjurkan agar beliau munggah ngaos lagi 60 hari, seketika itu hati beliau terasa poyang-payingan sekali, ibaratnya kok seumpama dicancangi cagak pasti lepas, berhubung dicancang ilmu akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian hati beliau ingat kalau istiqomah perkataannya guru itu wajib yaitu fardlu ‘ain.

Beliau belajar thoriqoh di Pondoknya Almukarom Kyai Munawir Tegalarum- Nganjuk, selama ½ tahun dengan cara nerus yaitu naik-turun-naik-turun (istilah di Thoriqoh), sampai selesai. Kemudian beliau mendapatkan ijazah mursyid tepatnya pada tahun 1955. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk pulang ke orang tua Juwet, Porong dan orang tua Ngoro, Mojosari, Mojokerto.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Kyai Kalam
  2. Kyai Imam Asy’ari Ngoro, Mojokerto
  3. Kyai Munawir, Tegal Arum, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah Kyai Bahruddin menempuh pendidikan keagamaan di beberapa pondok pesantren, maka pada suatu hari tepatnya pada tahun 1955 beliau ditugaskan oleh guru sekaligus mertuanya yaitu Kyai Asy'ari untuk mencari tempat yang cocok buat menerapkan ilmu-ilmu agama yang telah didapatnya.

Beliau disuruh berjalan ke arah timur dari daerah Ngoro. Dalam tugasnya ini beliau ditemani oleh Kyai Ahmad Na' im. Di dalarn pencarian temprat ini,
akhirnya beliau menemukan sebuah tempat yaitu di daerah Carat. yang mana pada waktu itu beliau melihat di daerah ini adanya tanda-tanda tempat yang strategis bagi beliau untuk berdakwah, Karena beriau menclapat isyarat bahwa di Carat itu tampak langitnya berlubang dan di bumi telah tumbuh pohon trernbesi yang sangat banyak. Untuk itu beliau memutuskan untuk tinggal di Desa Carat yang pada waktu itu termasuk daerah pusat segala bentuk kemaksiatan dan masyarakatnya masih tergolong abangan.

Ketika Kyai Haji Bahruddin datang ke Desa Carat, kehidupan masyarakat pada umumnya memang, belum terwarnai oleh nilai-nilai ajaran agama islam, baik kehidupan sosial budaya, kondisi pendidikan dan kehidupan keagamaan. Meiihat keadaan seperti itu tentunya Kyai Haji Bahruddin merasa terpanggil jiwanya untuk memperbaiki moral masyarakat yaitu dengan jalan mengadakan pengembangan agama rslam di daerah tersebut.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau
Mohammad Sholeh

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Dengan metode dakwah yang dilakukan oleh Kyai Haji Bahruddin menjadikan masyarakat Carat semakin sadar akan perbuatannya. Mereka sadar bahwa kelakuan yang selama ini dirkerjakan tidak ada manfaatnya sama sekali. Mereka beralih ke aktivitas yang bermanfaat yaitu beribadah shalat jama'ah, mengrikuti pengajian, tahliran dan lain-Iain.

Dengan semakin banyaknya masryarakat Desa Carat yang sadar akan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk melaksanakan ibadah shalat, secara tidak langsung akan merubah kebiasaan mereka yang kurang baik, artinya banyak masyarakat Desa Carat yang sudah sadar sebagai buktinya, banyak tempat maksiat dan perjudian yang ditutup. Kyai Haji Bahruddin dalam mendakwahkan islam didasari dengan hati yang ikhlas pada dirinya dan tidak pernah menuntut balasan, semua yang dilakukan, semata-mata mencari ridha Allah, pujian, sanjungan maupun omongan orang lain, sedikitpun tidak mempengaruhi semangatnya dalam aktivitas yang sudah diyakini kebenarannya, beliau ingin berniat sebanyak-banyaknya untuk menyiarkan ajaran islam.

Mengenai r<endala-kendara yang dihadapi oleh beliau dalam mengembangkan islam di masyarakat Desa Carat banyak sekali, tetapi semuanya dapat diatasi oleh beliau. Hal ini disebabkan oleti kharismanya yang sangat tinggi sehingga disegani dan dihormati oleh masyarakat. Disamping itu, pendekatan yang dilakukan oleh Kyai Haji Bahruddin sangat tepat untuk masyarakat Desa Carat.
 

4.1 Karier Beliau
Karier Profesional

Jabatan lain yang pernah beliau lakoni antara lain:

  1. Pengasuh pesantren Darut Taqwa Ngalah, Pasuruan
  2. Mursid Tarekat

4. Referensi

https://www.daruttaqwa.or.id

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya