Biografi KH. Ahmad Suyuthi Dahlan, Pengasuh Pesantren Nurul Ulum Malang

 
Biografi KH. Ahmad Suyuthi Dahlan, Pengasuh Pesantren Nurul Ulum Malang

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Ahmad Suyuthi Dahlan namanya. Oleh masyarakat Kota Malang, beliau dikenal luas dengan sapaan Gus Mad Kacuk – mengingat basis tempat tinggal dan pusat dakwahnya berada di Kacuk, Kebonsari, Kota Malang. Beliau tercatat lahir pada 11 September 1939, dari pasangan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ruqoyyah. KH. Dahlan, ayah Gus Mad, konon dikenal turut berkontribusi dalam masa revolusi fisik pra-kemerdekaan di area Kota Malang. Gus Mad menghabiskan masa kecil di salah satu daerah terpadat di Kota Malang, yaitu di perkampungan Kelurahan Kidul Dalem.

1.2 Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan Nyai Cholifatuz Zahro, anak perempuan dari pengasuh Pesantren Nurul Ulum Kiai Syifa’ dan Nyai Rohmah Noor, dari pernikahannya beliau dikaruniai putra , yaitu:

  1. KH. Ali Mustofa Asady

1.3 Wafat

KH. Ahmad Suyuthi Dahlan wafat pada pagi hari, tanggal 17 November 2009. BeliauGus Suyuthi dimakamkan selepas ashar di kompleks pondok pesantren, menempati lahan yang dulu digunakan untuk pengajian ’preman’ pondok bambu.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. KH. Ahmad Dahlan
  2. Nyai Ruqoyyah
  3. KH. Romly Tamim
  4. KH. Muhammad Said

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

KH. Suyuthi Dahlan selama ini dikenal sebagai kiai sederhana dan sangat disiplin. Sejak 1967, KH. Suyuthi Dahlan tak henti berdakwah. Blusukan dari kampung ke kampung, hingga berceramah ilmiah di berbagai kampus. Salah satu yang mungkin paling dikenal publik kota ini, adalah pengajian Majelis Gubuk bambu yang didirikannya dalam pesantren.

Forum pengajian ini didirikannya di sebuah lahan seluas 12 x 8 meter persegi, dengan bangunan sederhana terbuat dari bambu. Pengajian ini istimewa karena diikuti para preman pasar. Melalui ilmu agama yang diajarkan KH. Suyuthi Dahlan, mereka mentas dari dunia kriminal.

Sedangkan Majelis Gubuk Bambu lebih terasa personal bagi para jamaahnya, terutama para mantan preman. Majelis Gubuk Bambu yang bermula sekitar tahun 1980-an ini disebut-sebut menjadi salah satu pionir pembinaan mental spiritual preman di Malang. Rutinitasnya yang masih lestari hingga hari ini adalah majelis istighotsah, yang sebelumnya dibuka dengan forum pengajian dan diskusi yang terhitung “cair dan membumi” untuk para jamaah, dilanjutkan dengan renungan dan shalat taubat, lalu doa bersama. Dari majelis inilah banyak preman “dimentaskan” dari kegiatan masa lalunya yang keliru.

Semasa mengasuh pesantren, setidaknya ada dua forum pengajian penting yang dirintis beliau dan pengaruhnya cukup luas di Kota Malang, dan menggambarkan pribadi beliau yang berwawasan luas, tapi mampu merangkul kaum marjinal yang: Pengajian Rutin Jumat Pagi dan Majelis Gubuk Bambu.

Pengajian Jumat Pagi ditujukan untuk masyarakat umum dengan kajian kitab dan ceramah. Pada mulanya, beliau mbalah kitab Al-Hikam juga kitab Arbain Nawawiyah, lalu berlanjut pada pengajian tematik dan aktual sampai wafatnya beliau.

KH. Ahmad Suyuthi Dahlan dalam pengajiannya kerap menyitir info-info terkini dari buku beragam perspektif juga dari koran. Beliau pelanggan setia koran Duta Masyarakat dan beberapa koran lokal. Gus Mad juga sering mengutip kutipan dari artikel bahasa Inggris yang menunjang tema kajian. Aktualitas, kedalaman juga keluasan ilmu itulah yang membuatnya mendapat respek luas di kalangan akademisi Malang di masanya.

4. Referensi

https://www.nurululummalangkota.sch.id

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya