Biografi KH. Abdul Aziz Husein, Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang

 
Biografi KH. Abdul Aziz Husein, Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi kepala Madrasah
3.2  Mengajar di Pesantren dan Perguruan Tinggi

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Aziz Husein, lahir pada tanggal 15 Desember 1970 M, di Kota Jakarta, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, dari orang tua yang bernama H. Muhammad Husein dan Hj. Martini. 

1.2 Riwayat Keluarga
Satu hari selepas Wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag), pada bulan Januari tahun 1995 M. beliau bersama keluarga dari Jakarta pergi ke Blitar di desa Kanigoro untuk melamar seorang wanita yang bernama Leny Riyadhul Badi’ah, putri dari Bapak Abdul Wahid dan Umi Khairiyah. Kemudian jelang satu tahun tepatnya bulan Januari 1996 beliau menikah yang Alhamdulillah sampai saat ini sudah dikarunia 3 anak, satu putri dan dua putra yakni:

  1. Ning Wardah Aulia Iswara,
  2. Gus Abdurrahman Azizi,
  3. Gus Ahmad Ridho Azizi.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Abdul Aziz Husein mengawali pendidikan pada tahun 1977 M. di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Tebet Timur Jakarta Selatan, setelah lulus MI beliau memiliki niatan kuat meneruskan pendidikan di pondok pesantren, begitu pula dengan niatan abah beliau untuk memondokkan di Darul Rohman (KH. Syukron Ma’mun) Senayan Jakarta Barat, akan tetapi dengan pertimbangan ekonomi yang dikhawatirkan, pendidikan beliau terputus karena putusnya biaya, maka orang tua menginginkan beliau untuk meneruskan di Jakarta saja tepatnya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Tebet Timur Jakarta Selatan.

Alhamdulillah, tepat satu minggu setelah beliau dinyatakan lulus dari Mts Mu’allimin, Abah beliau menyuruh untuk siap-siap berangkat ke Malang Jawa Timur yang pada saat itu beliau belum mengenal Daerah Jawa Timur khususnya Kota Malang.

Setelah beliau tanyakan di Pondok mana dan siapa Kyainya, ternyata Abah beliau tidak mengetahui. Abah beliau hanya tahu dari teman ngajinya dan termasuk gurunya yaitu KH. Hasan yang saat itu putranya sudah mondok di Malang setahun yang lalu yaitu Kyai Sholeh bin KH. Hasan, yang merupakan teman beliau waktu kecil seperti bermain bola, kelereng dan lain-lain.

Berangkatlah beliau dari Jakarta menuju kota Malang pada tahun 1987 M. bersama KH. Hasan dan putranya, Kyai Sholeh. Tanpa orang tua ataupun keluarga yang menemani beliau ke Malang, tepatnya Idul Fitri 7 hari dengan naik kereta api Bima Jurusan Surabaya, kemudian dari Surabaya menuju Tanggul untuk menghadiri Haul Besar Al-Qutub Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul Jember. Setelah menghadiri haul, rombongan langsung berangkat ke Pondok Pesantren Daruttauhid Malang.

Setelah masuk ke Pesantren Daruttauhid Malang, beliau masuk di kelas 6 Ibtidaiyah kurikulum pondok pesantren. Pada saat itu pondok belum membuka pendidikan formal, santri yang ingin melanjutkan pendidikan formalnya dibolehkan oleh pihak pesantren untuk melanjutkan di luar pondok, akan tetapi beliau tidak punya niat untuk langsung melanjutkan pendidikan formal demikian pula abah yang tidak mengizinkan.

Abahnya menginginkan beliau mendalami ilmu agama terlebih dahulu. Setelah 4 tahun belajar di Pondok Pesantren Daruttauhid, beliau lulus Madrasah Aliyah tepatnya pada tahun 1991 M. Kenaikkan kelas untuk kurikulum Pondok Pesantren tidak harus menunggu satu tahun, bagi santri yang dapat nilai tinggi langsung dinaikkan ke 2 kelas berikutnya, alhamdulillah (tahaddutsan bin ni’mah) beliau duduk di kelas enam kemudian langsung dinaikkan ke kelas 2 Tsanawiyah.

Satu tahun masa belajar beliau di Daruttauhid, setiap malam beliau dibimbing oleh Al Ustad Sulaiman Suyudi santri senior dari Kebon Baru Tebet Jakarta dalam pelajaran nahwu dengan memakai kitab Annahwu Alwadhih 1,2 & 3 dan shorof memakai kitab Amtsilah Attashrifiyah dan Alkailani dari situlah beliau mendapatkan nilai yang bagus dan dinaikkan langsung 2 kelas.

Semenjak menjadi santri Ponpes Daruttauhid, beliau diberi amanat oleh Ustad Abdullah untuk berkhidmah menjadi keamanan pondok dan mengambil futur, ghoda’ dan ‘asya’ (sarapan, makan siang dan makan malam) asatizdah yang tinggal di dalam pondok dari ruang makan santri ke kamar guru. Alhamduliilah dengan khidmah kepada guru dan pesantren beliau dimudahkan dalam memahami ilmu yang diberikan oleh para ustad.

Selama beliau menjadi santri, selain mendapatkan ilmu agama dari guru-guru yang mengajar disana, beliau juga mendapatkan bimbingan rohani langsung dari Al Ustad Abdullah Abdun. Dengan keikhlasan para Ustad dan berkahnya pesantren serta minimnya dosa yang dilakukan oleh para santri karena mereka tidak boleh keluar dari area pesantren kecuali hari jum’at dari jam 6 pagi sampai jam 10 (sebelum jum’at) dan wajib sholat jum’at di Masjid Tarbiyah IAIN Malang.

Beliau yakin sebagai santri bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan do’a hambanya khususnya tolibul ilmi, dari situlah keyakinan beliau akan terkabulnya doa, alhamdulillah semua yang beliau dapatkan sampai saat ini karena berkat doa orang tua, guru dan termasuk permintaan beliau kepada Allah saat menjadi santri.

Pada tahun 1990 M. terdapat sepuluh santri yang akan dikirim oleh Al Ustad Abdullah Abdun, dua santri ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir (beasiswa tahunan), empat santri ke Jaami’ah di Madinah Al Munawwaroh dan empat santri ke Jami’ah di Quwait. Alhamdulillah beliau termasuk dari 10 santri yang akan dikirim ke Madinah, akan tetapi Allah Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui, pemberangkatan yang ke Quwait dan Madinah gagal karena terjadinya perang Teluk sedangkan dua santri yang ditunjuk ke Mesir tetap berangkat.

Setelah gagal melanjutkan pendidikan ke luar Negeri, beliau izin ke Al Ustad Abdullah dan juga ke kedua orang tua beliau untuk mengikuti ujian Aliyah di MA Nidhomiyah Jombang, Alhamdulillah orang tua beliau mengizinkan, setelah beliau mendapatkan ijazah formal, beliau meneruskan kuliah di Fakultas Tarbiyah Universitas Darul Ulum Jombang, setiap bulan beliau menyempatkan diri ke Malang untuk memohon bimbingan dari Al Ustad Abdullah dan guru-guru yang lain.

Pada tahun 1992 M, saat itu liburan semester empat, Al Ustad Abdullah menyarankan agar beliau pindah kuliah ke UNISMA Malang. Tanpa banyak berfikir saya langsung mengurus surat pindah. Alhamdulillah semester lima beliau sudah masuk kuliah di UNISMA dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren Daruttauhid. Saat beliau kuliah di UNISMA, beliau disuruh oleh Al Ustad Abdullah untuk belajar mengajar kurikulum Pondok.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Syukron Ma’mun,
  2. Al Ustadz Abdullah Awad Abdun (Pendiri dan Pengasuh PP Daruttauhid),
  3. Al Ustad Sulaiman Suyudi,
  4. KH. Marzuki Mustamar.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Kepala Madrasah
Pada tahun 1995 M. beliau mendapatkan SK mengajar juga di Madrasah Tsanawiyah Daruttauhid kurikulum Depag (formal) yang sudah berdiri sejak tahun 1990/1991, kemudian beliau diamanatkan oleh Ustad Abdullah dengan mengeluarkan SK untuk menjadi wakil kepala Madrasah Aliyah masa jabatan 1999 s/d 2003.

Setelah masa jabatan wakil kepala selesai, putra-putra Ustad Abdullah sebagai penerus setelah Ustad Abdullah wafat pada tahun 2002 mengamanatkan kepada beliau untuk memimpin Madrasah Aliyah dengan masa jabatan 2003 s/d 2007.

Pada tahun 2007 s/d 2012 putra-putri Ustadz Abdullah menginginkan dan mengharapkan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dipimpin oleh satu Kepala, maka pada periode tersebut mengamanatkan kepada beliau untuk memimpin dua Madrasah tersebut.

3.2 Mengajar di Pesantren dan Perguruan Tinggi
Disamping sibuk mengajar di pendidikan Formal dan Non Formal Ponpes Daruttauhid, pada tahun 1999 beliau diterima mengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang (Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang) pada Program Khusus Bahasa Arab (PKPBA).

Menjelang satu tahun beliau mengajar di STAIN, Alhamdulillah Allah swt menakdirkan beliau membeli dan memiliki rumah di lingkungan Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karang Besuki Sukun Malang. Sebelumnya beliau bertempat di Karanglo Singosari, kemudian setelah menetap di Pesantren Sabilurrosyad.

Beliau diamanatkan oleh KH. Marzuki Mustamar selaku Pengasuh untuk mengajar kitab-kitab kuning. Dalam menjalankan amanah, beliau sebagai pengajar di Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi, Alhamdulillah dengan ilmu yang insya Allah barokah beliau dapat menyelesaikan penulisan buku “Tashrif Terapan”.

4. Referensi
ponpesgasek.id

Artikel ini sebelumnya dibuat tanggal 19 November 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 15 Desember 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya