Info Harian Laduni: 1 Desember 2023

 
Info Harian Laduni: 1 Desember 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 1 Desember ini menjadi momentum bagi kita semua  untuk mengenang kepergian KH. Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mama Sempur). Mama Sempur wafat pada Malam Senin, 27 Zulkaidah 1395 H bertepatan dengan 1 Desember 1975 M.

KH. Tubagus (Tb)  Ahmad Bakri lahir pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat. Beliau merupakan putra pertama dari pasangan KH. Tubagus Sayida dan Umi, selain KH.Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tubagus Amir dan Ibu Habib.

KH. Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kyai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kyai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.

Keluarga KH. Tubagus Ahmad Bakri adalah keluarga yang taat beragama, ayahnya pun merupakan salah satu ulama kharismatik, sehingga pendidikan agama KH. Tubagus Ahmad Bakri di usia dini diperoleh melalui ayahnya. Adapun Ilmu-ilmu yang dipelajari oleh KH. Tubagus Ahmad Bakri meliputi Ilmu tauhid, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Hadits dan Tafsir.

Pada tahun 1911 Masehi pulang ke tanah air, KH. Ahmad Bakri mendirikan sebuah pesantren dengan nama Pesantren As-Salafiyyah di Darangdang, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Demikianlah untuk selanjutnya ia mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut. Pemikirannya Untuk mengungkap pemikirannya  dapat dilacak sejumlah catatan kecil yang ditulisnya, ceramah-ceramah serta kandungan kitab yang ditulisnya.

Beberapa santri KH. Tubagus Ahmad Bakri yang menjadi ulama terkemuka diantaranya KH. Abuya Dimyati BantenKH. Raden Ma’mun Nawawi Bekasi, KH. Raden Muhammad Syafi’i atau dikenal dengan Mama Cijerah Bandung, KH. Ahmad Syuja’i atau Mama Cijengkol, KH. Izzuddin atau Mama Cipulus Purwakarta.

Mama Sempur merupakan salah satu ulama yang pada saat itu menentang dan menolak paham Wahabi, menurut beliau Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabi) merupakan musuh Rasulullah SAW. Hal tersebut beliau sampaikan dalam salah satu kitabnya, yaitu Idhah al-Karataniyyah fi Ma Yata’allaqu bi Dhalat al-Wahabiyah.

Beliau juga menulis kitab yang menjelaskan tentang prinsip hidup, bisnis dan etos kerja yang harus diamalkan oleh kaum muslimin, yaitu kitab Cempaka Dilaga. Diantaranya ialah berisi tentang keharusan berbuat baik pada tetangga, kepatuhan seorang muslim terhadap pemerintah, dan cara pengambilan keputusan.

Mama Sempur juga menjelaskan pentingnya seorang muslim berpegang teguh pada prinsip-prinsip usul fikih. Misalnya ketika dihadapkan pada dua pilihan yang tak dapat dihindari, maka menurut beliau hendaknya mengambil pilihan yang paling sedikit mudharatnya. Mendahulukan untuk menolak mafsadah daripada melakukan pekerjaan yang mendatangkan manfaat.

Baca Biografi selengkapnya di: Biografi KH. Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mama Sempur)

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah