Antara Amal dan Niat, Manakah yang Lebih Penting?

 
Antara Amal dan Niat, Manakah yang Lebih Penting?
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Begitulah memang keutamaan mengamalkan ilmu, sehingga ilmu yang dengan susah payah didapat tidak akan memiliki value apapun jika hanya sebatas informasi dan pengetahuan tanpa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kendati demikian, bukan berarti dalam Islam hanya memberikan apresiasi pada setiap aktifitas konkret, karena ada juga aktivitas abstrak seperti niat atau ‘azam yang sudah dikalkulasi sebagai satu poin kebaikan meskipun belum dikerjakan.

Hal di atas berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi sebagai berikut:

نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

“Niat (azam) seorang mukmin lebih baik dari pada amalnya.”

Syaikh Muhammad bin Abi Bakar yang terkenal dengan julukan Imam Al-‘Ushfuriy, dalam Kitab Al-Mawa’idh Al-‘Ushfuriyyah menceritakan bahwa dahulu kala, Bani Israel pernah mengalami krisis pangan (paceklik) yang cukup lama.

Alkisah, ada seorang ahli ibadah di antara mereka yang suatu hari melihat sebuah tumpukan pasir, saat melihatnya, si ahli ibadah merenung, kemudian terbersit dalam hatinya sambil berandai-andai, “Aduhai, kalaulah setumpuk pasir ini adalah setumpuk gandum, maka sungguh gandum sebanyak ini akan membuat kenyang semua orang Bani Israel.

Berdasar kejadian itu, Allah menurunkan wahyu pada seorang nabi yang kala itu sedang diutus di tengah-tengah Bani Israil, Allah berfirman:

“Katakanlah pada fulan (si ahli ibadah), bahwa Allah telah memastikan dia akan mendapatkan pahala sedekah sejumlah butiran tumpukan pasir yang dia andai-andai adalah setumpuk gandum untuk membuat Bani Israel kenyang, barang siapa mengasihi hamba-hamba Allah, maka Allah akan mengasihinya.”

Setelah ditelusuri, latar belakang wahyu itu turun adalah karena pada saat si ahli ibadah merasa kasihan akan hamba-hamba Allah (Bani Israel) yang kelaparan karena sedang tertimpa masa paceklik, padahal yang dilakukan oleh si ahli ibadah itu hanya sebuah pengandaian tanpa ada aktivitas konkret, namun, dengan begitu saja Allah sudah memberinya apresiasi dengan memberinya pahala seolah dia melakukannya secara nyata, bahkan lebih. Wallahu ‘Alam bis Showab. []


Penulis: Ahmad Syahroni

Editor: Hakim