Tahun 632-634 M: Lintas Paralel Sejarah Awal Kekhalifahan Islam dengan Peradaban Nusantara, Eropa, China, dan Timur Tengah

 
Tahun 632-634 M: Lintas Paralel Sejarah Awal Kekhalifahan Islam dengan Peradaban Nusantara, Eropa, China, dan Timur Tengah
Sumber Gambar: Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Beberapa peristiwa menarik di belahan dunia terjadi antara tahun 632 hingga 634 M, antara lain di wilayah Jazirah Arab, Nusantara, Timur Tengah, Eropa, dan Cina. Peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah masing-masing wilayah tersebut.

Di Jazirah Arab, pada masa ini terjadi peristiwa besar, yakni dimulainya masa kekhalifahan Khalifah Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq. Masa ini ditandai dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Tak lama kemudian Sayyidah Fatimah Az-Zahra r.ha, putri tercinta Nabi Muhammad SAW juga wafat. Masa Khalifah Sayyidina Abu Bakar menjadi awal masa kekhalifahan dalam Sejarah peradaban Islam.

Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq merupakan salah satu orang yang disebut sebagai Assabiqunal awwalun, yaitu orang-orang yang pertama masuk agama Islam. Beliau mendapat gelar As-Shiddiq, karena selalu yakin dan membenarkan segala hal yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Beliau sosok yang menemani Rasulullah saat hijrah ke Madinah.

Kekhalifahan Abu Bakar ditandai dengan perjuangan yang gigih untuk mempertahankan dan menyebarkan agama Islam. Beliau berhasil menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar umat Muslim. Di antaranya peristiwa Perang Riddah yang terjadi di Yamamah pada tahun 632-633 M. Dalam peristiwa ini, sang Khalifah memerangi para pembangkang yang muncul sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan nabi-nabi palsu.

Salah satu momen penting lainnnya, pada masa kekhalifahan ini adalah penyelesaian pertikaian di antara suku-suku Arab yang sempat meragukan kepemimpinan Abu Bakar sebagai khalifah.

Selain itu, pada masa kekhalifahan Abu Bakar juga dilakukan upaya pengumpulan dan pembukuan Al-Qur'an, karena banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an telah gugur dalam medan Perang. Hal ini sebagaimana diusulkan oleh Sayyidina Umar bin Khattab dengan diperkuat alasan untuk menjaga kesucian dan kebenaran ajaran Islam pada kaum Muslimin generasi selanjutnya. (Syaikh Muhammad Ma'bad, Nafahat min Ulumil Qur'an, 2005)

Meskipun masa kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar relatif singkat, sekitar dua tahun enam bulan, perannya sangat signifikan dalam mengawal dan melindungi agama Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Beliau juga merupakan salah satu sahabat dekat Rasulullah yang dipercaya untuk memimpin komunitas Muslim awal, hingga kemudian memberikan tonggak dasar bagi pembangunan peradaban Islam. (Syamruddin Nasution, Sejarah Perkembangan Peradaban Islam, 2007)

Di masa yang sama, sejarah mencatat bahwa di Nusantara ada Kerajaan Kalingga dikenal dengan nama Kerajaan Holing, sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang terletak di pantai utara Jawa Tengah, antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang makmur, kuat, dan memiliki pemerintahan yang tegas dan adil di bawah pemerintahan Raja Prabhu Wasudewa (632-652 M), putra dari Raja sebelumnya, Prabhu Wasugeni.

Kerajaan ini juga mencatat sejarah sebagai kerajaan yang pernah dipimpin oleh seorang ratu legendaris, yaitu Ratu Shima (674-695 M). Selama masa kejayaannya, Kerajaan Kalingga memiliki hubungan diplomatik yang erat dengan kerajaan lain di Nusantara maupun luar negeri. Mereka menjalin perdagangan dengan negara-negara seperti India, Sriwijaya, dan Tiongkok.

Kerajaan Kalingga juga memiliki pengaruh besar dalam bidang keagamaan. Mereka menganut agama Hindu-Buddha dan membangun banyak candi sebagai tempat ibadah dan penyebaran agama tersebut. Beberapa candi terkenal dari Kerajaan Kalingga antara lain adalah Candi Gedong Songo di Ambarawa, Candi Bubrah berlokasi di Desa Tempur, dan Candi Angin di Kecamatan Keling, Jepara. Peranan mereka sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang kuat pada masa itu penting dalam menggambarkan perkembangan budaya dan agama di Nusantara kuno. (Univ. Islam An-Nur Lampung, Sejarah Kerajaan Kalingga: Dari Masa Kejayaan Hingga Keruntuhan, 2023)

Di Eropa, pada tahun 632-634 M Kerajaan Byzantium dikenal juga sebagai Kekaisaran Romawi Timur dengan ibu kota Konstantinopel yang berkuasa di bawah kepemimpinan Kaisar Heraklius (610-641 M). Kerajaan Byzantium memiliki sejarah panjang dan penting dalam pengembangan agama Kristen Ortodoks.

Kaisar Heraklius aktif memperkuat iman Kristen serta melindungi gereja-gereja dan monasteri yang tersebar di wilayah kekuasaannya. Selain itu, Heraklius juga menghadapi tantangan besar dari bangsa Arab Muslim yang sedang mengalami pertumbuhan besar di wilayah Timur Tengah saat itu. Meskipun kaum Muslimin berhasil merebut beberapa wilayah dari kekaisaran tersebut, namun Heraklius tetap gigih dalam membela keyakinannya sebagai penguasa Kristen dan melindungi komunitas Kristen di bawah naungan kerajaannya. (Hasyim Asyari. Dokumen Non-Arab Tentang Berita Kerasulan Muhammad Dan Awal Islam. 2006)

Sementara itu, di Timur Tengah terdapat Kerajaan Persia Sasaniyah yang dipimpin oleh Yazdegerd III, merupakan penguasa terakhir dari kerajaan yang berpusat di wilayah Iran ini.

Yazdegerd III naik tahta semenjak umur 8 tahun, setelah serangkaian konflik internal di Kerajaan Persia. Pada masa pemerintahannya, Persia menghadapi berbagai tantangan, termasuk serangan dari pasukan Muslim Arab yang sedang menyebarkan pengaruh di wilayah-wilayah sekitarnya.

Tahun 632 M, Yazdegerd III masih bisa mempertahankan kekuasaannya dari pasukan Muslimin. Namun tahun 637 M, pasukan Muslim di bawah pemerintahan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab berhasil menaklukan sepenuhnya kekuasaan Yazdegerd III. Runtuhnya Persia ini memiliki dampak besar dan penting dalam pengembangan agama dan budaya di wilayah Timur Tengah tersebut. (Muhammad Zakaria. Sejarah Peradaban Islam. 2018)

Di Cina, pada tahun ini adalah masa kekuasaan Dinasti Tang dipimpin oleh Kaisar Li Shimin yang berpusat di Kota Chang An. Di bawah pemerintahannya, Cina mengalami perkembangan budaya yang pesat dalam bidang seni, kesusastraan, dan ilmu pengetahuan.

Dinasti Tang juga menjadi periode penting dalam sejarah Cina dalam perkembangan ekonomi, kebijakan politik, dan perluasan wilayah ke beberapa negara tetangga. Dinasti ini dikenal sebagai salah satu dinasti yang paling makmur dan berpengaruh dalam sejarah Cina.

Selain itu, pada masa ini Chang An selaku ibu kota Dinasti Tang juga menjadi titik pertemuan bagi perdagangan dari berbagai belahan dunia. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Kalingga dari Nusantara mengirim duta besar ke Cina pada tahun 632 dan 640. Kunjungan itu menunjukan adanya hubungan diplomatis antara Cina dengan Nusantara pada masa itu. (Univ. Islam An-Nur Lampung, Sejarah Kerajaan Kalingga: Dari Masa Kejayaan Hingga Keruntuhan, 2023)

Pemaparan di atas memberikan gambaran singkat tentang kondisi dunia pada waktu tersebut. Dengan fokus pada Khalifah Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq sebagai pemimpin baru dalam dunia Islam, maka pada masa yang sama kita juga tahu adanya eksistensi kerajaan-kerajaan seperti Kalingga di Nusantara, kekuasaan Heraklius sebagai Kaisar Byzantium di Eropa, masa keruntuhan Kerajaan Persia Sasaniyah di Timur Tengah, dan masa keemasan Dinasti Tang di Cina.

Rangkaian di atas menjadi pengetahuan yang penting bagi generasi sekarang maupun yang akan datang, dengan harapan bisa menjadi pembelajaran dan membangkitkan semangat positif, sehingga dapat memunculkan generasi-generasi yang unggul dan berkualitas di masa depan.

Laduni.ID akan mengupas artikel-artikel paralel lintas peradaban di masa-masa lainnya. []


Penulis: Muhammad Fahrul Rozi

Editor: Kholaf Al Muntadar