Umur Panjang, antara Anugerah dan Musibah

 
Umur Panjang, antara Anugerah dan Musibah
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Umur itu seperti halnya urusan rezeki dan jodoh, kesemuanya adalah bahagian dari rahasia Allah SWT yang telah ditetapkan oleh-Nya sejak zaman azali, tidak ada satu pun orang yang tahu bahkan dapat memprediksi dengan tepat kapan ajal akan datang menghentikan laju umur, sekalipun itu seorang dokter atau paranormal. Maka, sebagai orang muslim, ikhtiar yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa dan berusaha menjaga kesehatan sehingga menjadi musabab panjangnya umur kita.

Namun, perlu direnungi bersama, bahwa umur yang panjang itu seperti dua sisi mata pisau, bisa jadi umur panjang adalah sebuah anugerah jika umur yang panjang itu kemudian diisi dengan amal-amal saleh, di sisi lain, umur yang panjang pun bisa berpotensi menjadi sebuah bencana dahsyat manakala tidak dimanfaatkan dengan baik malah justeru menabung kemaksiatan yang akan menyengsarakan kelak. Na'udzu billah tsumma na'udzu billahi min dzalik. 

Nabi Muhammad SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَ حَسُنَ عَمَلُهُ

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya."  (HR. Tirmidzi)

Di kesempatan lain, dalam Kitab Al-Mawaidh Al-'Ushfuriyyah, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik r.a:

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَنْظُرُ اِلَى وَجْهِ الشَيْخِ صَبَاحًا وَ مَسَاءً وَيَقُوْلُ يَا عَبْدِيْ قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ وَ رَقَّ جِلْدُكَ وَ دَقَّ عَظْمُكَ وَ اقْتَرَبَ أَجَلُكَ وَ حَانَ قُدُوْمُكَ اِلَيَّ فَاسْتَحِيْ مِنِّيْ فَأَنَا أَسْتَحِيْ مِنْ شَيْبَتِكَ  أَنْ أُعَذِّبَكَ فِي النَّارِ

"Sesungguhnya Allah Ta'ala melihat (memperhatikan) wajah orang yang telah senja di pagi dan sore hari, lalu Allah berfirman: Wahai hambaku, sungguh usiamu telah renta, kulitmu telah keriput dan tulangmu telah keropos, itu artinya ajalmu sudah semakin dekat, sudah saatnya pula kau kembali padaku, maka malulah pada-Ku (untuk berbuat maksiat), maka niscaya Aku pun malu alih-alih menyiksamu di neraka kelak"

Alkisah, Diceritakan tatkala guru dari Imam Abu Manshur Al-Maturidi, salah satu dari dua imam bidang akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, merasa semakin dekat dengan ajalnya. Pada saat itu sang guru sudah mencapai umur 80 tahun dan sudah mulai sakit-sakitan. Sang guru pun meminta Abu Manshur untuk mencari seorang budak yang seusianya, lalu membelinya dan memerdekakannya.

Singkat cerita, pergilah Abu Manshur ke salah sebuah pasar yang dekat dengan kediaman sang guru untuk menjalankan amanat yang telah diperintahkan sang guru kepadanya, saat telah sampai di pasar dan mencari dari ujung ke ujung pasar, namun nihil. Abu Manshur tak menemukan budak yang umurnya telah mencapai 80 tahun seusia dengan sang guru yang masih berstatus sebagai budak dan belum dimerdekakan.

Bahkan orang-orang di pasar berkata pada Abu Manshur dengan nada yang seolah mengejek, lantaran menganggap apa yang Abu Manshur lakukan adalah hal yang sia-sia saja, “Hari gini, dimana kamu akan mencari seorang budak berumur 80 tahun namun belum dimerdekakan oleh tuannya, tak akan ada!”. Namun karena tidak mau mengecewakan sang guru, Abu Manshur tetap mencarinya, dari satu pasar ke pasar lain,  dan dari satu pedagang ke pedagang lain, tapi hasilnya masih sama, nihil, Abu Manshur tidak menemukannya.

Setelah merasa putus asa, dengan membawa rasa sesalnya karena tidak mampu menjalankan keinginan sang guru. Ahirnya Abu Manshur mau tidak mau kembali ke kediaman sang guru untuk menyampaikan hasil usahanya sembari di tengah jalan ia mempersiapkan diri untuk melihat ekspresi kecewa dari sang guru lantaran keinginannya tidak terpenuhi.

Mendengar bahwa pencarian Abu Manshur yang tidak menghasilkan kabar baik sesuai dengan keinginannya, sang guru pun merasa kecewa dan sedih, sambil meletakkan kepalanya di atas tanah seperti posisi sedang bersujud, sang guru bermunajat kepada Allah, sesekali terlihat bahunya bergetar menahan rasa sedih yang teramat, hal itu membuat Abu Manshur semakin dilanda rasa sesal dan gundah yang mendalam.

Dalam munajatnya itu sang guru bermonolog, “Ya Rabb, Ya Tuhanku, sungguh tak ada seorang pun budak di muka bumi ini berumur 80 tahun seusiaku yang setia dengan status budaknya, kecuali ia telah dimerdekakan oleh tuannya. Sementara diriku ini Ya Rabb telah berusia 80 tahun, maka bagaimana mungkin Engkau tidak berkenan memerdekakanku dari siksa api neraka, padahal Engkau Maha Pemurah, Dermawan, Agung, Pengampun lagi Penerima Rasa Syukur,” Kata sang guru mengiba.

Alhasil, mendengar betapa indahnya munajat sang guru dari Abu Manshur Al-Maturidi itu pun pada ahirnya Allah memerdekakannya dengan rahmat-Nya. Pada ahirnya kita hanya bisa berserah, entah diberi umur yang panjang atau pendek namun tetap optimis dan berperasangka baik sembari terus berikhtiar doa kiranya Allah senantiasa memberi kita kebaikan di dunia maupun ahirat.

اللّهُمَّ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah, jadikan kehidupanku ini sebagai momentum diriku untuk senantiasa memperbanyak menanam kebaikan, dan jadikan pula kematianku kelak sebagai kesempatanku beristirahat dari tiap-tiap keburukan dan kemaksiatan." Amin. Wallahu A'lam bis Shawab. []


Penulis: Ahmad Syahroni

Editor: Hakim