Info Harian Laduni.ID: 23 Desember 2023

 
Info Harian Laduni.ID: 23 Desember 2023

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Sabtu, 23 Desember 2023 bertepatan dengan hari lahir, KH. Abdul Aziz Munif, KH. Ahmad Zayadi Muhajir, dan hari wafat, KH. Chabibullah Idris Wonosobo.

KH. Abdul Aziz Munif
KH. Abdul Aziz Munif lahir pada tanggal 23 Desember 1967 M. beliau merupakan putra dari KH. Ahmad Munif Bahar dan Nyai Hj. Syamsidariyah. KH. Abdul Aziz Munif lahir dari kota Pasuruan.

Orang tua KH. Abdul Aziz Munif ingin sekali mendidik anaknya dengan didikan yang kental dengan nuasa religious (agama) sehingga hal ini membuat KH. Abdul Aziz Munif menempuh pendidikan selama di ponpes namun demikian hal ini tidak membuat KH. Abdul Aziz Munif berkecil hati, karena sejak kecil KH. Aziz juga mencintai ajaran agama Islam dan rasa ingin tahu beliau yang besar, terhadap dakwah juga sangat besar.

Beliau tidak pernah mengikuti sekolah umum, KH. Abdul Aziz Munif sejak kecil telah masuk di Ponpes Roudhotul Ma‟ruf Pasuruan, Ponpes Darul Lughoh Wad Da‟wah Pasuruan, Ponpes Darul Hadist Malang, Ponpes Al-Balagh Tuban.

KH. Abdul Aziz Munif menikah dengan Nyai Hj. Siti Musyarofah, dari pernikahannya, beliau dikaruniai 2 putra dan 2 putri.

Pondok Pesantren Bahrul Hidayah, didirikan oleh KH. Abdul Aziz Munif pada tahun 2006 M. Hingga saat ini jumlah santri di Pondok Pesantren masih sekitar 45 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Bahkan untuk mengurangi tingkat pendidikan yang masih rendah, KH. Abdul Aziz Munif juga mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al-Amin dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang juga dinamakan SMA Al-Amin yang telah diresmikan dan memperoleh izin pada tahun 2015 M. Yang saat ini telah mempunyai 1.000 Siswa SMP dan 500 siswa SMA.

Simak biografi lengkapnya KH. Abdul Aziz Munif
Simak Silsilah Sanad Guru dan Murid

KH. Ahmad Zayadi Muhajir
KH. Ahmad Zayadi Muhajir, ulama Betawi yang terkenal santun dan tawadhu` ini, lahir pada tanggal 23 Desember 1918 M. di Kampung Tanah 80 Klender, Jakarta Timur, beliau putra dari pasangan KH. Muhajir dengan Nyai Hj. Umi Anisah.

KH. Ahmad Zayadi Muhajir memulai belajar mengaji kepada KH. Muhammad Thohir Cipinang Muara dan KH. R. Mustaqiem Rawa Bening Jatinegara. Guru-gurunya yang lain adalah Nyai. Umi Anisah dan Kyai Hasan dari Kampung Tanah 80, Kyai Karnain Pondok Bambu, Kyai Marzuqi Cipinang Muara, Habib Ali Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur), dan Habib Ali Abdurrahman Al-Habsiy (Habib Ali Kwitang). Walaupun telah menikah, beliau masih terus mengaji di Cipinang Muara.

Atas dorongan guru-gurunya, pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun, KH. Ahmad Zayadi Muhajir mendirikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah. Pada awalnya, Pondok Pesantren Az-Ziyadah hanya terdiri atas sebuah masjid yang sederhana, peninggalan dari buyutnya, Dato KH. Muhammad Sholeh.

Saat itu santrinya hanya 15 orang yang berasal dari masyarakat sekitar Kampung Tanah 80 Klender. Dua tahun kemudian, beliau bersama masyarakat sekitar secara bergotong-royong membangun tempat pengajian dan pondokan yang selanjutnya pada tahun 1948 M, kembali beliau membangun asrama para santri yang berbentuk permanen.

KH. Ahmad Zayadi Muhajir menikah dengan Hj. Asmanih, putri H. Kirom, oleh gurunya, KH, Muhammad Thohir. Pada tahun 1948 M. Namun dari pernikahannya, beliau tidak dikaruniai anak hingga istrinya meninggal.

KH. Ahmad Zayadi Muhajir kemudian menikah dengan Nyai Siti Fatimah, putri KH. Hasbiyallah Klender, teman sekampung dan sepengajiannya di Rawa Bangke dan Cipinang Muara. dalam usianya yang ke-68 tahun sedangkan istrinya berusia 17 tahun. Dari istrinya ini, beliau dikaruniai empat orang putra.

KH. Ahmad Zayadi Muhajir wafat pada hari Ahad, 14 Syawal 1414 H. bertepatan pada tanggal 27 Maret 1994, di usia 76 tahun di Mushola Uswatun Hasanah yang terletak di kaki Gunung Jati, Cirebon ketika sedang melaksanakan Shalat Jama` Taqdim sekitar jam 13.30 WIB.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Zayadi Muhajir
Simak Silsilah Sanad Guru dan Murid

KH. Chabibullah Idris
KH. Chabibullah Idris atau yang kerap disapa dengan panggilan Mbah Chabib lahir pada tanggal 20 Agustus 1941 M. di Wonosobo. Beliau merupakan putra KH. Idris, seorang ulama yang cukup terkenal di Jawa Tengah yang terlibat dalam perumusan Naskah Resolusi Jihad, 21 s/d 22 Oktober 1945 M.

Mbah Chabib memulai pendidikannya dengan belajar ilmu agama kepada ayahnya, KH. Idris. Selain itu, karena ayahnya seorang pejuang, Mbah Chabib di masa kecilnya mendapatkan karakter pejuang dan cinta tanah air. Ketika menginjak usia remaja, beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Krapyak diasuh oleh KH. R. Abdul Qadir Munawwir dan Bangilan.

Seusai mendalami berbagai ilmu agama di pesantren, beliau pulang ke Wonosobo pada tahun 1962 M. lantas terlibat aktif di Ansor dan juga NU. Dengan telaten, bersama KH. Muntaha Al-Hafiz, beliau menyambangi setiap pelosok desa di Wonosobo untuk memberikan penyadaran masyarakat tentang pentingnya menjadi NU dan menjadi Indonesia.

Berbekal dengan ilmu yang didapatkan di pesantren, maka setelah kembali ke Wonosobo, Mbah Chabib aktif dalam organisasi baik yang sifatnya religius dan nasionalisme. Mbah Chabib bersama Mbah Mun sangat ingin memperbaiki dan meningkatkan pendidikan warga Wonosobo. Dari perjuangan beliau bersama Mbah Muntaha, dan kyai lainnya, beliau mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Wonosobo, baik formal maupun non formal.

KH. Chabibullah Idris wafat pada Hari Sabtu, 23 Desember 2017 M, pukul 02.30 WIB di Rumah Sakit Islam Wonosobo pada usia 81 tahun. jenazah dishalatkan di Masjid Al-Manshur Kauman yang diikuti oleh jamaah pengajian. Di antara petakziah ada beberapa tokoh yang hadir.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Chabibullah Idris
Simak Silsilah Sanad Guru dan Murid

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.