Info Harian Laduni: 31 Januari 2024

 
Info Harian Laduni: 31 Januari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Rabu, 31 Januari 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. M. Syafi`i Hadzami, KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, KH. Muhammad Imron, KH. Saifuddin Amsir dan hari wafat KH. Ahmad Syakir Ma'shum, KH. Muhadjirin Amsar Ad-Dary.

KH. M. Syafi`i Hadzami
KH. M. Syafi`i Hadzami lahir pada tanggal 31 Januari 1931 M, anak pertama dari pasangan bapak Muhammad Saleh Raid dan Ibu Mini ini di Kawasan Rawa Belong. Beliau sejak kecil diasuh langsung oleh kakeknya. Dan KH. Syafi’i Hadzami wafat pada hari Minggu, 7 Mei 2006 dalam usia 75 tahun

KH. Syafi’i menikahi gadis teman sepermainannya di Batu Tulis, seorang gadis bernama Nyai Nonon. Ketika menikah KH. Syafi’i telah mengikuti neneknya pindah ke kawasan Kemayoran sepeninggal kakeknya.

KH. Syafi’i Hadzami juga diketahui mengajar Majlis Ta’lim di beberapa wilayah. Diketahui bahwa jadwal KH. Syafi’i Hadzami mencapai 39 majlis taklim se-Jakarta. Beliau mendedikasikan hidupnya untuk ilmu. Dan mengajar dijadikan sebagai pilihan hidup. Keputusan itu sesuai dengan panggilan jiwanya. Maka, pantas orang-orang memanggilnya mu’allim.

KH. M. Syafi`i merupakan sedikit ulama yang cukup produktif menulis di bidang qira`at, ushul fiqih, dan fiqih dimana karya-karya beliau diakui kualitasnya sampai ke negeri tetangga.

Simak biografi selengkapnya di: KH. M. Syafi`i Hadzami
Simak Chart Silsilah Sanad Guru KH. M. Syafi`i Hadzami

KH. Muhammad Ilyas Ruhiat

KH. Muhammad Ilyas Ruhiat lahir pada 31 Januari 1934 di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau putra pasangan KH. Ruhiat dan Nyai Hj. Siti Aisyah. Dan KH. Muhammad Ilyas Ruhiat wafat pada 18 Desember 2007 di rumahnya, di Cipasung, Tasikmalaya.

KH. Muhammad Ilyas Ruhiat tak pernah nyantri di pesantren manapun selain dengan ayahnya sendiri. Kepada ayahnya, belajar beberapa kitab klasik seperti Jurumiyah, Alfiyyah, dan masih banyak lagi. Tak berhenti sampai disitu, kemudian mengambil kursus bahasa asing yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Pada tahun 1980, KH. Muhammad Ilyas dibaiat oleh ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan Pesantren Cipasung.

Sejak muda KH. Muhammad Ilyas Ruhiat dikenal sebagai kyai yang santun, banyak mengalah dan lebih senang menghindari konfrontasi. Begitu pula ketika memangku jabatan Rais Aam PBNU. Beliau lebih banyak mengalah dari Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Karena itulah ketika Gus Dur banyak melontarkan gagasan yang banyak dinilai keluar dari budaya NU, nyaris tidak mendapatkan tantangan dari Syuriah.


Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Ilyas Ruhiat
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Ilyas Ruhiat

KH. Muhammad Imron

KH. Muhammad Imron lahir pada tanggal 23 Rabi’ul Akhir 1370 H / 31 Januari 1951 M di Pondok Pesantren Kaliwungu. Beliau merupakan putra kedua dari pasangan KH. Humaidulloh dengan Nyai Hj.Aisyah. Dan KH. Muhammad Imron wafat pada pertengahan bulan Maulid tepatnya tanggal 16 Rabi’ul awal 1424 H diusianya yang memasuki 52 tahun, di Kaliwungu.

Semasa kecil Kyai Muhammad Imron mendapatkan pendidikan agamanya langsung dari orang tuanya mulai belajar membaca Al-Qur’an hingga membaca kitab kuning, untuk pendidikan formal Kyai Muhammad Imron bersekolah di SR (sekolah rakyat) setara SD, setelah itu melanjutkan sekolah di Madrasah Islamiyah Mifathululum (MIM), menginjak remaja Kyai Muhammad Imron yang haus akan ilmu agama malanjutkan pendidikan ilmunya dengan menempa pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan mengaji kepada Mbah KH. Marzuqi Dahlan.

Setelah selesai melakukan belajar ilmu agama selama belasan tahun di beberapa pesantren, kemudian beliau diminta untuk membantu mengajar di Pondok Pesantren salaf APIK yang diasuh oleh ayahnya, selain itu KH. Muhammad Imron juga diminta oleh pamannya KH. Kholil untuk membantu mengajar di Pondok Pesantren Putri ARIS,

Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Imron
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Imron

KH. Saifuddin Amsir

KH. Saifuddin Amsir lahir pada tanggal 31 Januari 1955, di Kampung Berlan, Matraman. Beliau merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara, dari pasangan Bapak Amsir Naiman, seorang guru mengaji di kampung tempat tinggalnya, Kebon Manggis, Matraman, dengan Ibu Nur’ain, seorang ibu rumah tangga yang secara penuh mengabdikan diri untuk mengurus keluarga.

KH. Saifuddin Amsir wafat di Rumah Sakit OMNI Rawamangun, Jakarta, Kamis, 19 Juli 2018, sekitar pukul 01.41 WIB. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di Jakarta Timur.

Sejak kecil, beliau sudah diajari sifat-sifat yang menjadi teladan bagi dirinya kelak di kemudian hari. Dengan keras sang ayah mendidiknya untuk berperilaku lurus dan mandiri. Tidak ada kompromi bagi suatu pelanggaran yang telah ditetapkan ayahnya. Bersama sembilan orang saudaranya, beliau dibiasakan untuk menunaikan shalat secara berjamaah. Keinginan kuatnya dalam menimba ilmu-ilmu agama sudah terpatri kuat sedari kecil.

KH. Saifuddin Amsir mendirikan lembaga pendidikan Islam setara S1 dan S2 dalam wadah yang bernama Ma`had Aly Zawiyah Jakarta.

KH. Saifuddin Amsir juga mengajak semua warga agar senantiasa menjaga keutuhan bangsa yang harus didahului dengan menjaga ukhuwah basyariah atau persatuan umat manusia. KH. Saifuddin berpesan kepada ribuan jamaah agar mementingkan untuk membantu dan menolong saudara-saudara dan tetangga yang hidup dalam kesulitan.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Saifuddin Amsir
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Saifuddin Amsir

KH. Ahmad Syakir Ma'shum

KH. Ahmad Syakir lahir pada tahun 1920 (1338 H), tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Beliau merupakan anak ketiga dari pasangan KH. Ma’shum Lasem (w. 1972) dengan Ibu Nyai Hj. Mashfuriyah.

KH. Ahmad Syakir wafat pada tanggal 31 Januari 1991 beliau dimakamkan di Masjid Jami' Lasem Rembang (Makam Mbah Sambu).

Kyai Ahmad Syakir sejak kecil dididik langsung oleh keluarga, beliau mendapat pendidikan agama dari ayahandanya sendiri yang merupakan ulama kharismatik, yaitu Mbah Ma’shum. Kyai Ahmad Syakir tidak pernah mengenyam pendidikan formal, karena memang pada waktu itu masih dalam kondisi penjajahan kolonial Belanda. 

KH. Ahmad Syakir menjadi penerus perjuangan KH. Ma’shum Lasem, mengasuh santri-santri di Pondok Pesantren Al-Hidayat yang telah dirintis sejak tahun 1916 oleh ayahnya tersebut. Dalam mengasuh para santri KH. Ahmad Syakir dibantu oleh ibundanya, Nyai Nuriyah yang mengajar tahfiḍzul Qur’an. Pondok Pesantren Al-Hidayat ini diasuh oleh KH. Ahmad syakir sampai akhir hayatnya, yaitu pada tanggal 31 Januari 1991.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Syakir Ma'shum
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Ahmad Syakir Ma'shum

KH. Muhadjirin Amsar Ad-Dary

KH. Muhammad Muhadjirin Amsar al-Dary atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. Muhadjirin lahir pada 10 November 1924 M. di Kampung Baru, Cakung, sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta (sekarang masuk Kotamadya Jakarta Timur).

KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Al-Dary wafat pada tanggal 28 Dzulqaidah 1424 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 januari 2003.

KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Al-Dary memulaikan pendidikanya dengan belajar di Mekkah. Beliau berangkat ke tanah Arab pada 4 dzhulqaidah tahun 1366 H atau pada bulan Agustus 1947.

Selama di Mekkah beliau tinggal di rumah Syekh Abdul Ghoni Jamal. Di sana beliau banyak mendapatkan ilmu pengetahuan. Setelah beberapa lama beliau menetap di rumah Syekh Abdul Ghoni Jamal, beliau pindah ke asrama jailani.

Setelah selesai belajar menuntut ilmu di negeri Arab, akhirnya Syekh KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Al-Dary pulang ke tanah air. Di Indonesia beliau mengembangkan ilmunya dengan mendirikan Pondok Pesantren An-Nida Al-Islamy di Bekasi.

Syekh KH. Muhammad Muhadjirin Amsar Al-Dari adalah salah seorang ulama Betawi yang produktif dalam menulis di berbagai bidang disiplin ilmu ke-Islaman dengan bahasa Arab

Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhadjirin Amsar Ad-Dary
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhadjirin Amsar Ad-Dary

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.