Apakah Kisah Adam dan Hawa Fakta atau Mitos?

 
Apakah Kisah Adam dan Hawa Fakta atau Mitos?
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ada yang berpendapat bahwa kisah Adam dan Hawa adalah suatu mitos. Padahal menurut Lorens Bagus dalam bukunya Kamus Filsafat kata mythos yang berasal dari bahasa Yunani adalah suatu cerita yang berkaitan dengan dewa maupun pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal-usul alam semesta, manusia bahkan suatu bangsa yang memiliki arti mendalam dan diungkapkan dengan cara irasional ataupun dijelaskan dalam bentuk animistik dan cerita-cerita tersebut sering kali asal-usulnya telah dilupakan orang.

Kisah Adam dan Hawa mustahil dilupakan orang, karena kisah mereka bukan hanya diceritakan Tuhan dalam Al-Qur’an saja, namun dijelaskan pula dalam kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur’an misalnya dalam Bible bab Genesis.  Dengan kata lain, bukan hanya orang Islam, orang-orang non Muslimpun minimal pernah mendengar kisah Adam dan Hawa.

Terlebih pula, pada umumnya manusia percaya bahwa Adam adalah manusia pertama dari jenis kelamin laki-laki, sedangkan Hawa adalah manusia pertama dari jenis kelamin perempuan. Dengan ungkapan lain bahwa mereka adalah kakek dan nenek pertama bangsa manusia. Mana mungkin hal ini dapat dilupakan orang, sedangkan mereka adalah asal-muasal manusia? Kisah mereka tidak lepas dari sunnatullah, hukum kausalitas, sehingga dapat dipelajari secara rasional.

Adanya kontroversi dalam kisah Adam dan Hawa disebabkan metode penafsiran para penafsir yang berbeda terhadap ayat-ayat yang menerangkan kisah mereka di samping perbedaan penilaian terhadap hadis-hadis yang terkait dengan kisah tersebut.

Islam sebagai satu-satunya agama yang diakui Allah tidak mengenal adanya dewa maupun hal-hal yang bersifat animistik. Adanya figur Adam, Hawa maupun anak-anaknya adalah karena qudrat dan iradat-Nya, tanpa ada sebab lain. Karena itu segala yang dikehendaki oleh-Nya pasti terjadi, tanpa ada yang mampu menghalangi-Nya.

Oleh sebab itu, menurut Moch. Thohir ‘aruf dalam disertasinya “Perspektif Ibn Katsir tentang Eksistensi Adam”, tidaklah benar bahwa kisah Adam dan Hawa adalah suatu mitos. Berikut ini diantara kisah Adam dan Hawa dengan posisi ayat atau hadis yang menjelaskannya:

  1. Informasi Allah kepada malaikat tentang akan diciptakan oleh-Nya Adam dan anak cucunya, termaktub dalam firman-Nya Surat Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dalam Al-Qur’an, kata khalifah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’. Juga, ayat tersebut merupakan informasi Tuhan kepada para malaikat menjadikan seorang yang mampu mengatur kehidupan di alam dunia ini yang disebut dengan ‘khalifah’. Yang dimaksud dengan ‘khalifah’ tersebut adalah Adam dan anak cucunya. Namun dalam ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa segenap anak cucu Adam (manusia) juga mendapatkan sebutan ‘khalifah’ karena potensi yang menentukan adanya sebutan tersebut adalah eksistensi akal yang dimiliki oleh setiap orang. Kesempurnaan tugas khalifah tersebut tentunya setelah seseorang memiliki akal yang dinamis.

  1. Penciptaan Adam dari tanah sesuai dengan firman-Nya Surat Al-Hajj ayat 5:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ ٥

“Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai keturunannya Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, baik kejadiannya sempurna maupun tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu (tanda kekuasaan Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian, Kami mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu) hingga kamu mencapai usia dewasa. Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya (pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air (hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah.”

Ayat di atas menyatakan bahwa Allah  menciptakan manusia mulamula yaitu Adam. Dari bahan dasar tanah yang tidak bernyawa (mati), namun kemudian mereka (manusia) dapat hidup dan bangkit. Tidakkah dalam hal ini merupakan bukti yang kuat bahwa nanti di hari kiamat, manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya masing-masing setelah sebelumnya manusia telah mengalami kematian ketika di dunianya, meskipun fisiknya telah berubah menjadi tanah kembali sebagaimana Adam awal mula diciptakan juga berupa tanah, demikian maksud ayat tersebut. 

  1. Allah sendiri yang menciptakan Adam, termaktub dalam Surat Sad ayat 75:

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا مَنَعَكَ اَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۗ اَسْتَكْبَرْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ ٧٥

“(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku (kekuasaan-Ku)? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah (memang) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”

Ayat tersebut menginformasikan bahwa Tuhan yang menangani sendiri dalam menciptakan sosok Adam. Kemudian maksud teks ayat mempertanyakan sebab-sebab yang menjadikan Iblis tidak mau sujud menghormat kepada Adam, sebagai makhluk yang diciptakan sendiri Oleh-Nya.

  1. Pandangan Iblis kepada Adam sebelum ia ditiupkan oleh-Nya roh, sesuai dengan hadis Muslim, 2: 440:

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا يونس بن محمد عن حماد بن سلمة عن ثابت عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لما صور الله آدم في الجنة تركه ما شاء الله أن يتركه فجعل إبليس يطيف به ينظر ما هو فلما رآه أجوف عرف أنه خلق خلقا لا يتمالك

“Telah memberitahukan kepada kami Abu Bakar ibn Syaibah, begitu pula Yunus ibn Muhammad dari Hamad ibn Sulmah dari Tsabit, dari Anas, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan Adam di surga, lalu Dia meninggalkannya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Hal itu membuat Iblis mengelilinginya sambil mengamati apa sebenarnya dia itu. Maka ketika ia melihatnya berongga, tahulah Iblis bahwa ia adalah makhluk bernafsu besar, yang tidak mampu menahan syahwatnya”. 

Hadis Muslim tersebut menyatakan bahwa penciptaan Adam berada di dalam surga dan persepsi Iblis bahwa manusia adalah makhluk yang bernafsu besar. Yang dimaksud dengan surga tersebut adalah di langit, sesuai dengan pandangan Ibn Katsir, karena di dalam surga tersebut di antaranya tanpa adanya panas dari sinar matahari. Manusia memiliki nafsu yang besar sesuai dengan persepsi Iblis, secara faktual tidak salah bahkan di antara manusia ada yang menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya. 

Tidak hanya tiga ayat dan hadis di atas yang menginformasikan perihal keberadaan Adam, masih banyak ayat-ayat yang lain yang menjadi bukti kronologis dan logisnya. Jadi keberadaan Adam tidak bisa dinafikan dan dikelompokkan pada sejarah mitologi. []
 


Penulis: Kholaf Al Muntadar
Editor: Kholaf Al Muntadar

 

 

Tags