Tahun 656 M: Sikap Umat Islam Terhadap Pembaiatan Ali bin Abi Thalib

 
Tahun 656 M: Sikap Umat Islam Terhadap Pembaiatan Ali bin Abi Thalib
Sumber Gambar: Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.id, Jakarta - Dunia Islam merasakan goncangan yang mendalam ketika kabar tragis tentang pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan. Suasana tegang dan kekhawatiran meliputi komunitas umat Islam, sementara negara-negara Muslim terperosok dalam ketidakpastian.

Ketika Khalifah Utsman meninggal dunia, kondisi Kota Madinah masih dipenuhi dengan para pemberontak. Dalam keadaan yang sangat kacau tersebut, tentu saja dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengendalikan situasi. Pilihan yang paling utama saat itu adalah Ali Bin Abi Thalib.

Beliau dikenal dengan keberaniannya dalam berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan kesetiaan kepada Islam, Ali bin Abi Thalib muncul sebagai harapan baru bagi umat Islam yang tengah dilanda krisis kepemimpinan.

Ali bukanlah sosok yang asing dalam dunia Islam. Sebagai sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, ia telah terlibat dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah awal Islam, memperoleh reputasi sebagai seorang pejuang yang gigih dan pemikir yang bijaksana.

Dalam pandangan banyak orang, Ali bukan sekadar seorang pemimpin, tetapi juga lambang dari nilai-nilai keadilan, kesetiaan, dan keberanian yang harus dijunjung tinggi dalam memimpin umat Islam.

Meskipun saat itu banyak dari kalangan sahabat membaiat Ali bin Abi Thalib, namun sebagian besar dari mereka melakukannya hanya sebagai formalitas untuk mengisi kekosongan kekhalifahan. Ali bin Abi Thalib sendiri pada waktu itu menolak untuk naik menjadi khalifah karena situasi yang sangat penuh dengan konflik.

Kemudian para sahabat terbagi menjadi dua. Pertama kelompok yang benar benar membaiat Ali sebagai khalifah.

Kelompok yang kedua takut bila Ali menjadi khalifah, takut kembali seperti zamannya Khalifah Umar yang sangat tegas, mereka menimbang dengan alasan saat masa Khalifah Utsman menjabat, mereka merasakan sebuah keringanan. Dan juga mereka tidak mau mengakui dan mebaiat Ali bin Abi Thalib dengan alasan takut kekuasaan yang mereka pegang sekarang, tergeser dengan adanya Ali bin Abi Thalib. Siapakah mereka itu? Yups benar, Bani Umayyah, para pejabat yang memimpin lewat jalur Khalifah Utsman.

Beberapa keluarga Khalifah Utsman melarikan diri dari Madinah. Mengapa mereka lari? Apa yang mereka takutkan? Ternyata, para pemberontak benar benar memenuhi Kota Madinah, mereka takut terjadi hal yang sama kepada mereka seperti yang terjadi dengan Khalifah Utsman.

Akhirnya Ali bin Abi Thalib dengan rela dibaiat menjadi Khalifah ke-4 umat Islam dengan syarat, beliau harus dibaiat secara terbuka di masjid dan juga harus disaksikan semua kalangan orang muslim. Terkhusus adalah Sahabat Badar, dan juga sahabat yang dulu sempat termasuk dalam 6 sahabat dalam Majelis Syura.

Karena beberapa golongan tidak setuju untuk membaiat Ali bin Abi Thalib, pembaiatan tetap dilakukan hanya dengan sebagian besar umat Muslim saja. Beberapa sahabat besar yang ragu atas pembaiatan Ali bin Abi Thalib adalah Abdullah bin Umar dan Sa'ad bin Abi Waqash. Ali bin Abi Thalib dibaiat 5 hari setelah wafatnya Khalifah Utsman.

Walaupun Ali bin Abi Thalib terpilih dengan damai, namun masih saja terdapat desas desus mengenai Ali yang harus bertanggung jawab dibalik terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan.

Di awal pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, semua berjalan dengan aman dan damai, beliau sukses mendapatkan pengakuan khalifah oleh beberapa pemimpin. Namun ada satu yang benar benar dengan tegas menolak Kekhalifahan Ali. Siapakah beliau? Beliau adalah Muawiyah bin Abu Sufyan.

Di awal masa pemerintahannya, Khalifah Ali memecat semua pejabat tidak kompeten yang dulu diangkat oleh Khalifah Utsman, beliau juga mengambil semua tanah-tanah dan kekayaan yang dibagikan Khalifah Utsman kepada kerabat-kerabatnya, harta itu kemudian ia masukan kembali ke Baitul Mal untuk nanti dibagikan kepada umat muslim.

Keputusan ini menimbulkan konflik dalam keluarga Bani Umayyah, terutama menimbulkan ketegangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Muawiyah, yang sebelumnya telah diangkat sebagai gubernur oleh Khalifah Umar, memiliki wilayah yang relatif stabil dan tenang. Namun, setelah Ali bin Abi Thalib mengambil alih kekhalifahan, Muawiyah juga ikut dicopot dari jabatannya. []


Sumber:

Dr. Thaqqusy, Muhammad Suhail. 2022. Sejarah Islam: Dari Arab Pra-Islam Hingga Runtuhnya Khilafah Utsmani. Jakarta Selatan: PT Qaf Media Kreativa.

----------------

Penulis: Muhammad Iqbal Rabbani

Editor: Kholaf Al Muntadar